"Dir, awasi Putri selama aku tidak di rumah. Kalau sampai Putri berhasil diam-diam keluar dari rumah ini, awas kamu!"Setelah selesai mengancam pembantunya, Indra kembali ke kantornya. Jam makan siangnya sudah habis. Meski dia belum sempat makan tapi dia tak berniat kembali ke restoran. Sampai detik ini Indra belum bisa melupakan kekesalannya saat melihat Putri sedang makan siang bersama lelaki lain.[Ndra, kamu kemana? Kok belum balik ke kantor?]Baru beberapa jam lalu Indra berjanji pada Sarah takan mengabaikan wanita itu lagi namun sekarang dia mengingkarinya. Rasa cemburu dan marah pada Putri membuat lelaki itu kembali tak mempedulikan Sarah.Beberapa kali Sarah menghubungi Indra namun lelaki itu tak mau mengangkatnya, ini membuat Sarah kembali marah. Dia mondar mandir berada dalam ruangan Indra menunggu lelaki itu tiba di sana."Ndra, kamu kenapa enggak angkat teleponku lagi?" tanya Sarah setelah Indra sampai dalam ruangannya."Tan, aku lagi banyak urusan. Bisa enggak biarkan aku
[Hallo, Lucky. Kamu jangan bilang ya pada Tante Sarah kalau aku diam-diam meneleponmu!]Indra sengaja menelepon Lucky karena ingin mengabulkan permintaan Putri. Indra yakin Lucky bisa diajak kerjasama. Asal Indra memberinya sedikit uang, Lucky takan memberitahu Sarah kalau diam-diam Indra menghubunginya.[Tuan, Indra. Baru saja saya ingin menghubungi Anda. Saya sedang kebingungan saat ini!][Kebingungan kenapa?] tanya Indra pada anak buah Sarah.[Tuan, Pak Suryo pingsan dan sampai sekarang belum sadar juga. Sebelum pingsan dia sempat mutah darah. Saya sangat panik dan ingin membawanya ke rumah sakit tapi sayangnya Nyonya Sarah melarangnya. Saya beneran takut terjadi sesuatu pada Pak Suryo!]Indra terkejut bukan main, kabar sepenting ini Sarah tega menyembunyikan darinya. Indra sangat kecewa dengan kekejaman Sarah pada keluarga Putri.[Sekarang mana Ibu Mertua saya? Ada hal yang ingin saya bicarakan dengannya?]Lucky menuju ke Bening yang tengah menangis di sebelah suami yang tengah ta
"Indra, istri kamu cantik sekali. Om sampai pangling tadi!" Ristian memuji kecantikan Putri. Ini membuat Sarah makin marah dan cemburu."Kalau Putri enggak cantik enggak mungkin Indra mau menikahinya, Pah." ucap Dewa. Indra terlihat datar menanggapi pujian sepupu dan pamannya. Putri tersenyum getir melihat reaksi suaminya yang seperti itu."Keluarga Tante Riyan mana, Om? Mereka di undang juga kan?" tanya Indra mengalihkan pembicaraan."Iya, di undang. Mungkin mereka masih dalam perjalanan menuju ke sini!" balas Ristian."Wa, ini acara spesial kamu. Apa kamu enggak ngundang seseorang yang spesial juga?" Pertanyaan Dicky membuat gelagapan Dewa."Aku juga heran sama anakku, Bang. Wanita seperti apa yang dia cari sampai diusianya yang sudah matang seperti ini masih juga belum dapatkan pacar!" Ristian menatap Putranya sembari menghela nafas panjang."Dia masih nyari cinta pertamanya saat SMA dulu, Om. Om tenang saja, aku akan bantu anak Om ini nyari cewek itu.""Tunggu...tunggu...! Kamu bi
Pov Putri"Sayang, kenapa makanmu sedikit banget?" Mas berpura-pura bersikap sangat manis terhadapku. Tak ada yang tahu kalau sebenarnya dia sangat jahat padaku. Aku hanya diam mengikuti alur sandiwara lelaki kejam itu."Udang ini enak banget, loh. Kamu enggak mau cobain?"Mas Indra mengambil udang di depannya. Saat hendak meletakan ke piringku, Kak Dewa yang duduk persis di samping Mas Indra melarangnya."Putri alergi udang. Dia bisa gatal-gatal meski makan sedikit saja!"Tunggu, kenapa Kak Dewa bisa tahu aku alergi udang? Mas Indra saja yang suamiku tidak tahu. Aku menoleh ke arah Kak Indra. Dia tersenyum tipis lalu membuang pandangan."Alergi udang? Kok dia enggak pernah cerita ke aku ya?" tanya Mas Indra."Kamu sih jadi suami selalu sibuk dengan kerjaan terus. Mulai sekarang tolong lebih perhatian sama Putri atau kamu akan nyesel kalau tiba-tiba ada yang lebih bisa ngasih perhatian lebih ke dia!"Mungkin Kak Dewa cuma becanda mengucapkan kalimat itu namun sepertinya kata-katanya b
Kalau bukan Indra yang melakukannya apakah Tante Sarah yang membuatmu terluka seperti ini?"Mampus! Kenapa Kak Dewa bisa tahu. Harus menjawab apa aku?"Put, kenapa ditanya malah bengong. Kamu enggak usah takut bicara jujur. Katakan sama aku, apa Tante Sarah yang melakukannya?" Kak Dewa bertanya dengan suara yang sangat pelan. Meski begitu aku harus tetap menyangkalnya. Jika aku bicara jujur itu sangat beresiko. Keselamatan orangtuaku aku pertaruhkan."Beneran bukan dia, Kak. Kalau sekiranya enggak ada urusan lagi, mending Kak Dewa pergi, ya. Aku takut ada yang salah paham soal kita. Kak Dewa datangnya pas suamiku lagi enggak ada soalnya!""Em, ok. Aku akan pergi. Aku berharap apapun masalah yang sedang kamu hadapi kamu jangan simpan sendirian, ya. Kamu bisa hubungi aku kapanpun yang kamu mau."Kak Dewa memberikan kartu namanya padaku."Ini nombor ponselku. Kapanpun kamu butuh bantuanku aku siap membantumu!""Kak Dewa. Apa ini enggak berlebihan? Aku takut buat orang salah paham jika ak
Pov PutriSelesai membahas urusanku bersama Farid aku kemudian keluar kamar untuk makan siang. Tak lama setelah aku duduk di ruang makan, aku dikejutkan dengan kedatangan Mas Indra. Sepertinya dia tak kembali ke kantor lagi setelah pulang tadi."Aku sengaja tak pergi kantor lagi karena takut Tante Sarah akan kembali menyakitimu."Aku tak menanggapi ucapan suamiku. Akhir-akhir ini lelaki gila ini memang terlihat cari perhatianku. Setelah menyakitiku, dia pikir aku bisa kembali mencintainya seperti dulu. Aku bukan orang bodoh, seharusnya dia tahu hal itu mustahil."Dira bilang tadi Dewa sempat datang kesini? Ngapain?" tanya Mas Indra. Karena tak mau membuatnya salah paham, aku terpaksa mau menjawab pertanyaannya."Dompet kamu jatuh pas kamu di kamar mandi. Dia datang buat nganterin dompetnya.""Jatuh di kamar mandi? Kayaknya pas kita mau pulang aku masih mengantongi dompetnya." cerita suamiku sembari mengingat-ingat kejadian semalam. Aku hanya mengendikan kedua bahuku sebagai respon."S
"Kalian enggak biasanya akur. Lagi ngomongin apa?"Aku dan Dira langsung panik mendapat pertanyaan seperti itu dari Tante Sarah. Bukannya dia dan Mas Indra lagi sibuk bercinta kenapa malah ada disini sekarang?"Kami membahas soal--""Aku lagi enggak tanya kamu."Setelah memotong kalimat Dira, Tante Sarah menatap penuh benci ke arahku."Kamu dan Dira lagi enggak kerjasama ngerencanain sesuatu kan?" tanya Sinis Tante Sarah."Enggak, Tant. Kami cuma lagi mbahas soal masakan untuk makan malam nanti.""Kamu pikir aku percaya gitu aja ucapanmu? Hati-hati ya kalian berdua. Aku sudah mencium bau tak beres pada kalian."Tante Sarah pergi setelah melontarkan ancamannya."Dir, selama ada Tante Sarah di rumah ini. Mending kita jaga jarak sementara dulu. Lihat, dia sudah mencurigai kedekatan kita. Aku takut nanti kamu akan jadi terkena imbas kemarahannya." "Baik, Mbak. Saya akan jauhi Mbak jika ada Nyonya Sarah dan Tuan Indra. Kalau begitu saya permisi ya, Mbak!"Dira pamit masuk. Aku kembali fok
Pov PutriJam menunjukan pukul 2 malam namun aku tak bisa tidur. Suara Tante Sarah berisik sekali saat bercinta dengan suamiku. Dia pikir aku akan marah dan cemburu jadi terus-terusan dengan sengaja menunjukan kegilaannya bersama suamiku.Karena Tante Sarah dan Mas Indra tengah sibuk memadu kasih, aku kembali mengambil ponselku yang aku sembunyikan. Aku mengaktifkan ponselku dan mencoba menghubungi Ferdi tapi sayangnya Ferdi bilang hingga sampai sekarang belum menemukan jejak apapun tentang keberadaan kedua orangtuaku. Meski aku sudah menyuruhnya untuk mengeceknya disetiap rumah sakit tapi dia belum juga menemukannya.[Put, jam segini kamu online? Kamu belum tidur?]Aku terbelalak kaget tiba-tiba mendapatkan pesan dari Melly. Jam menunjukan 2 malam. Kok dia masih belum tidur.[Aku tidak bisa tidur. Kamu sendiri jam segini kenapa belum tidur?] balasku pada Melly.[Aku tidak bisa tidur karena masih penasaran dengan ceritamu beberapa jam lalu.]Ya ampun Melly, dia sampai tak bisa tidur k