Share

100. Selidik

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-12 20:59:36
Setelah kejadian semalam, Hans tiba di kantor dengan wajah yang terlihat lesu. Pagi ini, kepalanya terasa berat, dan sakit kepala yang mengganggu membuatnya kesulitan untuk fokus. Dengan tangan yang terangkat, ia mengurut keningnya, mencoba menghilangkan rasa pening yang seakan tak mau pergi.

Liam yang penasaran pun bertanya mengapa sang CEO pagi ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Sang asisten yang melihatnya tidak bisa menahan rasa penasaran.

"Pak ada apa dengan Anda? Sepertinya Anda tidak dalam keadaan baik-baik saja pagi ini," tanyanya dengan cemas.

Hans mendesah pelan, masih merasa bingung dengan apa yang terjadi semalam. Ia tidak mungkin bisa menutupi dari sang asisten terus menerus.

"Aneh rasanya, Liam," jawabnya perlahan. "Semalam aku bisa menyanyikan lagu yang aku gak pernah dengar sebelumnya, dan Ashley mengatakan bahwa lagu itu milik Soni ... yang sudah meninggal."

Sementara Liam masih mendengarkan dengan seksama.

Sang CEO lagi-lagi memejamkan matanya sejenak, be
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (14)
goodnovel comment avatar
bojone mas Rohmat
mungkin itu yg mendonorkan jantung soni jadi Hans merasa klo itu lagu sangat dekat dengannya
goodnovel comment avatar
Cica
Hemmm makin penasaran saja ini mah Si Hans Yang nggx tau masalah si pendonor jantung nya. . . ayo Liam kmu harus selidiki ini
goodnovel comment avatar
Gadis Bar bar
kayae ada hubungan sma donor jantung mu hans. siapa tau itu jantung soni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   100. Selidik

    Setelah kejadian semalam, Hans tiba di kantor dengan wajah yang terlihat lesu. Pagi ini, kepalanya terasa berat, dan sakit kepala yang mengganggu membuatnya kesulitan untuk fokus. Dengan tangan yang terangkat, ia mengurut keningnya, mencoba menghilangkan rasa pening yang seakan tak mau pergi. Liam yang penasaran pun bertanya mengapa sang CEO pagi ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Sang asisten yang melihatnya tidak bisa menahan rasa penasaran. "Pak ada apa dengan Anda? Sepertinya Anda tidak dalam keadaan baik-baik saja pagi ini," tanyanya dengan cemas. Hans mendesah pelan, masih merasa bingung dengan apa yang terjadi semalam. Ia tidak mungkin bisa menutupi dari sang asisten terus menerus. "Aneh rasanya, Liam," jawabnya perlahan. "Semalam aku bisa menyanyikan lagu yang aku gak pernah dengar sebelumnya, dan Ashley mengatakan bahwa lagu itu milik Soni ... yang sudah meninggal." Sementara Liam masih mendengarkan dengan seksama. Sang CEO lagi-lagi memejamkan matanya sejenak, be

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   99. Mulai Terkuak

    Keheningan menyelimuti dalam kamar mereka. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar, menyayat di antara jarak yang mendadak terasa jauh di antara Hans dan Ashley. Tatapan Ashley kini bukan hanya penasaran, tapi juga terluka. Ada sesuatu yang disembunyikan, dan nalurinya mengatakan Hans tidak sepenuhnya jujur. Hans menunduk, tak sanggup membalas tatapan itu. Ia sangat ingin melindungi Ashley, tapi kebenaran yang samar di pikirannya sendiri membuatnya ragu. Perasaan bersalah, bingung, dan takut bercampur jadi satu. “Kamu nyembunyiin sesuatu, kan, Ko?” tanya Ashley dengan suara bergetar “Ash … bukan kayak gitu.” Sang istri berusaha menahan air mata. “Kamu tahu betapa aku kehilangan Soni. Tapi sekarang kamu datang, bawa lagu itu, nyanyiinnya ... seolah kamu tau semua tentang aku dan dia.” “Aku juga kaget, Ash. Lagu itu tiba-tiba muncul di kepalaku. Aku nggak tau dari mana. Aku nggak ngerti kenapa,” jawab Hans sambil terus menatap sang wanita dengan suara pelan dan berat. Dengan s

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   98. Tidak Mungkin Kebetulan

    Situasi dalam ruang keluarga itu semakin hening meski alunan musik Hans mengalun lembut. Namun, tetap saja tidak merubah hati dan perasaan Ashley yang sangat penasaran, mengapa suaminya bisa tahu dengan lagu yang ia dengarkan.Tatapan nanar dalam pelupuk mata yang berkaca-kaca itu ingin segera menemukan jawaban. “Ko …” gumamnya pelan.Hans yang tanpa sadar diperhatikan sang istri dengan tatapan asing pun menghentikan pergerakan jemarinya. “Kamu kenapa, Ash?”Pertanyaan Hans ternyata mampu menghilangkan lamunan Ashley yang kini menatap wajah tampan sang suami dengan terisak.“Kamu kenapa, Sayang?” Hans seketika bangkit dengan menggendong Baby Neul. Langkah kakinya menghampir

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   97. Siapa Kamu, Ko?

    Di dalam rumah tangga Hans dan Ashley semakin harmonis meski dalam kehidupan pasangan suami istri itu kedatangan tamu yang sangat tidak diharapkan. Namun, kejadian kemarin tidak membuat Ashley menaruh curiga terhadap mantan istri dari sang suaminya tersebut.Pagi ini di dalam keluarga Hans, Ashley tengah menyibukkan diri sejak tadi di dapur hingga membuat pancake. Sementara Hans sedang bermain bersama sang putra yang kini sudah aktif bermain. Usia Baby Neul setara dengan perkembangan fisik anak sebayanya, namun untuk perkembangan otak anak laki-laki tampan itu sangat cepat tanggap.“Neul, mau apa buka kulkas?” tanya Ashley saat melihat kedatangan sang anak yang membuka lemari pendingin.Rasa ingin tahu sang anak semakin kuat saat ia berhasil membuka kotak p

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   96. Tanpa Sengaja

    Sementara Sisil yang tidak mendapatkan keinginannya saat di rumah Hans, wanita itu langsung keluar rumah dan melajukan mobilnya menuju diskotik. Kedatangannya kali ini benar-benar mengejutkan semua orang setelah kepergiannya secara sepihak sekian lalu lamanya.Kedatangannya kembali ke dalam kehidupan Hans, tentu saja tidak jauh dari niatnya ingin menyatu dengan mantan suami dan anaknya. “Sialan banget sih kamu Hans, baru juga aku tinggal beberapa bulan, kamu sudah punya wanita lain,” gerutunya sambil terus menginjak pedal gas.Setiba di Diskotik Eleven, dengan langkah penuh percaya diri, Sisil masuk ke dalam dengan rambut yang tergerai indah. Seolah ada rasa rindu terhadap tempat yang dulunya sering dikunjungi, wanita itu memilih salah satu bangku di sudut ruang tersebut.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   95. Kepercayaan Ashley

    Kedatangan Sisil di rumah Hans tentu saja membuat hati kecil Ashley penuh pertanyaan. Siapa wanita yang sempat memeluk suaminya itu? Namun, jangankan bertanya, ingin bernapas saja dadanya masih terasa sesak. Ashley sekuat tenaga menahan semua rasa itu demi sang suami.Tiba di lantai atas, Hans langsung membuka pintu kamar agar sang istri bisa masuk lebih dulu. Ia tidak ingin Ashley semakin kepikiran tentang Sisil, meskipun kenyataannya Ashley memang harus tau siapa Sisil sebenarnya.Keduanya melangkah lebih dalam masuk ke dalam kamar, kemudian Hans menutup pintu kamar rapat. Ada rasa campur aduk di dalam hati pria itu, apakah ini waktu yang tepat mengatakan semuanya pada sang istri?“Uhm … Ash?” panggil Hans tiba-tiba menghentikan langkah kaki sang wanita.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status