IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU

IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU

By:  Ananda Zhia  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
71Chapters
13.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Yana harus mengalami perdarahan saat akan bersalin karena mertuanya memberikannya air rendaman rumput Fatimah. Akhirnya rahim Yana robek dan harus dioperasi. Yana pun kehilangan rahimnya untuk selama-lamanya. Sementara itu anak Yana ,juga harus masuk ruang NICU karena kondisi nya memburuk akibat hipoksia karena kontraksi rahim Yana yang berlebihan akibat meminum rendaman rumput Fatimah. Bukannya menyemangati Yana, Slamet suami Yana justru disuruh sang ibu untuk menikah lagi dengan perempuan yang masih mempunyai rahim. Bagaimana kisah Yana selanjutnya? Bisakah dia menemukan kebahagiaan?

View More
IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
71 Chapters
Part 1. Syok Saat Bersalin
"Mas..., tolooong!" Yana berteriak saat mencuci piring di sumur."Duh, apaan sih Yan, gangguin saja," tukasku seraya sesekali membuang puntung rokok sembari melihat acara tivi.Tak lupa di atas meja ruang tengah sudah tersaji berbagai kudapan khas desa, bakwan sayur dan pisang goreng serta kopi panas yang masih mengepulkan uap panasnya. Nikmat. Setelah sekitar lima hari hidup di jalanan dengan bekerja sebagai sopir truk sembako antar kota, memang enak kalau menikmati secangkir kopi di sore hari.Kuraih cangkir berisi kopi panas dan kutuang di tatakan piring kecil. Ingin menyeruput kopi susu itu hangat-hangat."Maaas!""Aduh!"Sialan! Teriakan perempuan buruk rupa itu membuatku kaget sehingga cairan hitam pekat itu menumpahi tanganku meninggalkan sensasi rasa panas dan terbakar. Aku langsung membersihkan jariku yang terkena kopi dengan kaos yang kukenakan."Haduh Yana! Apaan sih kamu, masak dimintai tolong cuci piring saja sudah teriak-teriak sih?!" seru ibuku sambil keluar kamar."Met
Read more
Bab 2. Pertengkaran Ibuku dan Bidan
Ibuku nampak memucat. Dengan perlahan ibu memandangiku dan bu Indah bergantian lalu menjawab, " Tadi Yana minum rendaman rumput fatimah."Bidan Indah semakin mendelik. "Astaghfirullah Bu. Kenapa ibu berani memberikannya tanpa berkonsultasi pada medis?" tanya bu Indah garang.Bu Indah langsung meraih sebuah alat bening seperti masker yang terhubung dengan tabung besar lalu memasangkannya di hidung Yana."Bu Yana harus diberi oksigen. Kondisinya drop, perdarahan dan denyut jantung janinnya menurun. Saya curiga rahim bu Yana robek karena telah meminum rendaman rumput fatimah,""Loh, memang kenapa dengan rumput fatimah, Bu? Saya dulu turun temurun juga sebelum melahirkan meminum rendaman rumput fatimah dan anak-anak saya bisa lahir dengan sehat selamat," tukas ibu ngeyel.Bu Indah segera menghela nafas panjang."Ini kondisi darurat. Harus dipasang infus dobel!" Hanya itu jawaban bu Indah. Lalu dengan secepat kilat, bu Indah menuju lemari kaca dan mengambil beberapa peralatan.Bu Indah ta
Read more
Bab 3. Rahim Yana Harus Diangkat
Ciiittttt! "Hah, apa?!!" Aku berseru kaget sampai tanpa sengaja mengerem mobil mendadak."Duh, kamu ini Met. Bisa nggak sih bawa mobil?" gerutu ibu."Maaf Bu, tadi Slamet kaget saat bu Indah bilang kalau rahim Yana bisa robek lalu diangkat dan tidak punya anak selamanya." "Bu Indah, tolong jangan menakut-nakutin. Bu Indah kan tenaga medis. Tolong jangan menakut-nakuti orang awam macam kami," seru ibuku."Saya tidak menakut-nakutin Bu. Saya hanya ingin memberi informasi yang selama ini sering salah kaprah dan dianggap lumrah dalam masyarakat. Saat periksa bulan lalu, saya sudah menulis rujukan untuk ke dokter kandungan. Kenapa tidak dilaksanakan bu?"Ibuku terdiam sejenak. "Bu bidan, dulu saat saya masih kecil, banyak loh orang-orang hamil yang minum rumput fatimah dan tidak ke dokter kandungan. Tapi tetep selamat kan? Kenapa sekarang mantu saya bisa tepar seperti ini?" tanya ibuku."Ya Allah Bu, apa ibu tahu dulu sebenarnya angka kematian dan kesakitan ibu bersalin dan bayi baru la
Read more
Bab 4. Kondisi Anakku
"Suami bu Yana? Bisa ikut saya sebentar. Saya dokter Anak. Ada yang perlu saya bicarakan terkait dengan kondisi bayi Anda," Aku tercekat. "Anak saya kenapa Dok?" tanyaku berdebar."Mari kita bicara di ruangan saja," Pria yang berjas putih dan berkata sebagai dokter anak itu berjalan ke arah ruang bayi. Aku dan ibu berjalan mengikutinya."Silakan duduk dulu," tukas dokter anak itu padaku dan ibu.Aku dan ibu saling berpandangan lalu menuruti perintah dokter itu untuk duduk."Anak bapak telah lahir laki-laki," suara dokter itu menjeda kalimatnya."Alhamdulillah," aku mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahku. 'Syukurlah anakku bisa hidup. Awas saja kalau karena Yana, anakku yang berharga menjadi kehilangan nyawa!' bisikku dalam hati. Sedikit lega karena anakku tidak apa-apa. Namun, kalimat dokter selanjutnya, membuat dadaku berdebar kencang. "Tapi.., kondisinya belum stabil,"Ucapan dokter anak itu serasa membuat jantungku tercabut paksa."Maksudnya belum stabil gimana Dok?" tanya
Read more
Bab 5. Dialog dengan Dokter
Aku menoleh keheranan saat perawat tersebut tidak berbelok ke ruang nifas, tapi melanjutkan langkahnya dan tak lama kemudian perawat yang mendorong Yana memasuki ruang ICU!"Tunggu, kenapa tidak dibawa ke ruang nifas? Kata perawat di UGD tadi di UGD istri saya harus dibawa ke ruang nifas?" tanyaku bingung.Perawat yang sedang mendorong tempat tidur beroda berhenti dan melihat sekilas ke arahku."Kondisi bu Yana masih belum stabil Pak. Masih butuh observasi ketat karena saturasi (kadar oksigen dalam darah) rendah, apalagi bu Yana mengalami anemia berat. Jadi harus dirawat di ruang ICU terlebih dahulu,"Penjelasan perawat membuatku tercenung. Seluruh lantai yang kupijak kurasakan goyah."Berarti tidak bisa dijenguk ya Sus?" tanyaku lirih."Belum bisa Pak. Nunggu kondisi pasien membaik terlebih dahulu kemudian pindah ke ruang nifas. Baru boleh dijenguk," tukas suster itu lanjut mendorong Yana dan masuk ke ruangan ICU.Aku hanya bisa terpekur di luar ruangan yang terpisah oleh dinding kac
Read more
Bab 6. Keributan di Rumah Sakit
Setelah mendengarkan dokter kandungan yang mengomel panjang kali lebar kali tinggi, aku dan ibu pun pamit melangkahkan kaki keluar dari ruang dokter dengan perasaan amburadul."Met, ibu capek. Kita istirahat di ruangan nifasnya si Yana saja ya," pinta ibu.Aku mengangguk. Aku juga merasakan kelelahan yang menyerbu leher dan pundak akibat terlalu tegang memikirkan nasib anak istri. Kami berjalan perlahan menuju ruang nifas. "Ibu tadi kok berani banget sih membantah dokternya?" tanyaku pada ibu.Ibu melirik galak padaku. "Ibu cuma mau cari dukungan, Met. Karena hal seperti itu yang ibu kenal selama ibu masih muda dulu.""Tapi kan justru ibu yang mendapat omelan dari dokter," tukasku cepat.Ibu hanya diam tanpa menjawab dengan sepotong kalimatpun."Slamet takut jika orang tua Yana sampai tahu soal rumput fatimah tersebut, terus menuntut kita gimana dong Bu?"Ibu juga tampak terkejut. "Lah, kamu jangan bilang kalau karena rumput fatimah dong. Lagian banyak yang minum tapi enggak apa-apa
Read more
Part 7. Sumpah Seorang Ibu
Baru saja aku dan ibu pulang dari makan malam di kantin rumah sakit, saat di koridor kami bertemu dengan bapak Yana yang tiba-tiba merengsek maju ke arahku, mencengkeram krah baju lalu meninju wajahku.Buaaaaghhhh!Aku terpental dan terjatuh di ubin rumah sakit. Beberapa keluarga pasien yang sedang duduk di kursi tunggu serentak berdiri dan mengelilingi kami.Aku merasakan pipiku ngilu dan darah mengalir di ujung bibir. Dengan perlahan aku berusaha bangkit. Tapi sebelum sempat benar-benar berdiri, sebuah tangan sudah terkepal dan meninju wajah sebelah kiriku. "Aargggh!"Ibu menjerit. Sedangkan kedua pipiku memanas. Hendak membalas tapi tidak mungkin karena yang memukulku adalah mertuaku sendiri. "Apa salah Slamet Pak? Saya tidak terima kalau anak saya dipukuli oleh mertuanya sendiri!" Seru ibu sambil membantuku berdiri. "Saya cuma memukul pipi Slamet dan ibu berteriak-teriak seperti kesetanan? Terus gimana perasaan saya saat melihat anak saya terkapar tak berdaya di dalam ruang I
Read more
Bab 8. Pura-pura Amnesia
Mendadak kepalaku terasa pusing dengan mata berkunang-kunang. "Slamet!" seru ibu sambil memegangi tubuhku yang sempoyongan. Entahlah, tanpa sadar aku merasakan pandanganku menggelap. Mungkin karena tidak beristirahat seharian atau bisa juga karena baru saja menerima 2 tonjokan maut.Satpam di sebelah segera memapahku. "Lihat perbuatan bapak pada anak saya. Saya bisa adukan bapak ke polisi atas dasar penganiayaan!" kata ibu menuding bapaknya Yana."Slamet nggak apa-apa, Bu," sahutku lirih."Nggak apa-apa gimana? Bibir kamu berdarah, pipi keunguan. Ibu tidak terima!""Silakan saja kalau mau lapor, saya juga bisa lapor polisi atas dasar percobaan pembunuhan atau KDRT, kita bisa lihat nanti siapa yang berhasil," tukas mas Ali menatapku tajam.Hatiku berdebar. Benarkah gertakan mas Ali ini? "Lihat juga anak kamu. Tanya hati nuranimu. Kamu gak kasihan lihat anak kamu gak bisa nafas gara-gara perbuatan kalian? Kalau ada apa-apa sama adik dan ponakan saya, kalian akan tak hiiih!" Seru mbak
Read more
Bab 9. Sadar dari Koma
Flash back on :Aku tidak tahu minuman apa yang diberikan padaku karena tiba-tiba perutku terasa mulas. Rasanya seperti mau mati saja. Seolah ada tangan-tangan yang meremas perutku dengan sekuat tenaga. Aku mengerang-erang sampai sepertinya mas Slamet dan mertuaku marah. Tapi aku tidak peduli lagi dengan omelan mertua karena selama ini aku sangat menuruti kemauan mereka, padahal aku sudah tidak tahan lagi. Jadi sekarang aku tidak peduli jika aku berteriak keras-keras karena aku sungguh kesakitan.Hingga saat aku mulai naik ke atas bentor, aku tidak bisa menahan rasa mulas, hingga akhirnya aku merasakan ada yang meletus di dalam jalan lahir.Dan saat itu seolah sebuah tangan meremas perutku sekuat tenaga membuat seluruh pandanganku menggelap.***Aku tidak tahu berapa lama aku tidak sadar, tapi aku merasakan perutku sakit luar biasa dan badanku seakan tidak punya tulang. Sangat lemas dan tidak bertenaga. Mataku pun hendak terbuka tapi terasa sangat berat.Tapi telingaku seolah mend
Read more
Bab 10. Mitos Bayi Menangis
Salah beli baju menyesal sehari, salah potong rambut menyesal seminggu. Tapi salah milih suami, menyesalnya semur hidup.***Yana dan keluarganya serentak menatap ke arah suster itu. "Apa kabarnya bayi saya Sus?" tanya Yana cemas.Suster itu lalu memandang Yana sejenak dan berkata, "Alhamdulillah, bayinya sudah mulai menangis keras. Dan sekarang rencana mulai dipasang selang untuk minum susu. Apa ada permintaan susu tertentu dari pihak keluarga?" Setelah mendapat keterangan dari suster tentang bayinya, Yana merasa energi luar biasa seolah merasuki tubuhnya.Ada semangat untuk sehat dan sembuh yang terpancar dari hati."Suster, berikan yang terbaik untuk cucu saya. Mahal tidak apa-apa. Petugas medis pasti lebih tahu kandungan susu yang terbaik untuk kondisi cucu saya. Karena anak saya baru keluar dari ICU, ASInya belum lancar," Ucap ibu Yana sambil mendekat ke arah suster tersebut."Oh, baiklah. Kalau gitu saya sampaikan ke ruang bayi dulu ya," suster itu hendak pamit meninggalkan rua
Read more
DMCA.com Protection Status