Share

09.

Penulis: Qoi_hami
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-03 12:39:32

Ron jelas telah menabuh genderang perang, tetapi itu bukanlah sebuah ancaman bagi Azlan. Ancaman yang sebenarnya adalah tentang nama baik Bagaskara. Bagaimana jika ada orang lain yang tahu bahwa Bagaskara melakukan kebohongan publik yang begitu besar. Bukankah sudah jelas itu akan menghancurkan reputasi keluarganya. Belum lagi keluarga Parker pasti tidak terima.

Azlan mungkin terlalu dangkal berpikir bahwa Ron dan Rani adalah dua orang yang bisa dia kendalikan. Nyatanya Ron maupun Rani mampu menerabas pagar menyakitkan itu.

"Lepaskan!"

Rani menghempaskan tangan Azlan sekuat tenaga. Mata Azlan pun menatap Ron yang mengatakan bahwa Rani adalah wanita yang bebas.

"Kamu mungkin lupa satu hal, Rani. Kamu telah menandatangani surat perjanjian kontrak itu," ucap Azlan mengingatkan Rani.

"Dalam surat kontrak tidak disebutkan bahwa aku tidak boleh menjalin hubungan dengan pria lain. Jadi jangan menyalahkan aku tentang ini semua."

Azlan tersenyum mengejek dan berkata,"Aku baru tahu sisi Rani yang murahan!"

Plak.

Ron terkejut melihat keberanian Maharani-nya. Bolehkah dia mengklaim wanita itu miliknya sekarang. Sudut bibir pria itu tertarik sedikit, melengkungkan sebuah senyum tipis.

Azlan mengangkat tangannya ingin membalas perlakuan Rani. Namun ucapan Ron membuatnya mengalihkan perhatiannya pada asistennya itu.

"Hanya pria pecundang yang berani main kasar sama wanita," sindir Ron.

Azlan mengepalkan tangannya dan tiba-tiba langsung memukul Ron dengan kuat. Ron terjengkang ke belakang. Maharani terpaku.

"Jangan memanggilku pecundang, jika kau adalah pecundang sejati. Berapa kali harus ku jelaskan padamu jangan ikut campur urusan pribadiku!"

Bugh bugh bugh

Tiga kali pukulan Azlan layangkan ke muka Ron. Rani meringis. Namun tidak berniat melerai. Bukankah sedikit egois itu menyenangkan?

Bibir Ron berdarah, tetapi pria itu sama sekali tidak mengeluh. Bahkan masih menatap Azlan dengan berani.

"Aku berharap pukulanmu itu adalah tanda bahwa kamu mengikhlaskan Rani untukku. Karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan wanita yang aku tandai. Kamu tahu tentang itu bukan?"

Ron bangkit dan dengan sekali sentak tubuh Azlan berguling ke arah kiri. Ron menghampiri Rani yang gemetar.

Suara dering ponsel membuat Azlan tersadar dari syoknya. Pria itu gegas berdiri dan mengambil ponsel di dalam sakunya. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, buru-buru Azlan mematikan ponselnya. Persetan dengan Angela.

Azlan menoleh ke belakang sudah tidak ada siapa-siapa. Dia benar-benar ditinggalkan sendirian. Apa tadi dia tidak salah dengar bahwa Ron telah menandai Rani.

"Br***s*k!" Azlan mengumpat dengan keras. Hal yang paling tidak dia sangka-sangka nyatanya telah terjadi. Dikhianati oleh sahabat yang juga merupakan asistennya sendiri. Apakah sesakit ini rasanya saat Rani melihat pernikahannya dengan Angela. Atau mungkinkah lebih sakit?

Sementara itu, Rani dan Ron dalam perjalanan pulang. Rani masih gemetar di samping Ron. Meski begitu wanita itu selalu bilang baik-baik saja saat Ron menanyakan keadaanya. Bahkan dengan tangan gemetar pula Rani membersihkan darah di wajah Ron dengan tisu.

"Harusnya aku yang bertanya padamu, apa hidungmu patah?"

"Jika ternyata patah, apa kamu sanggup memperbaikinya?"

"Aku tidak bisa," lirih Rani sembari menggigit bibirnya.

"Bagaimana kalau aku tidak lagi mengenali baumu?"

"Maksudmu?"

"Hidungku patah dan tidak berfungsi dengan baik, aku salah mengenali orang dan mencium orang lain yang ku kira itu adalah kamu."

"Aku akan membuatmu tidak punya hidung sekalian," ucap Rani kesal.

Ron tertawa. Dia baru tahu sisi Rani yang konyol. Sisi yang selama ini tidak pernah diperlihatkan pada siapapun. Bahkan saat wanita itu menjadi kekasih seorang Azlan.

"Kita mau langsung pulang?"

"Tidak. Kamu harus ke rumah sakit, Ron. Jangan membantah."

"Ini tidak seberapa lukanya. Aku mau kamu saja yang mengobati ku," kata Ron sembari mengerlingkan matanya.

Rani tersenyum jengah. Kegilaannya hari ini ternyata menciptakan luka untuk orang lain.

"Maafkan aku," ucap Rani tulus. Wanita itu jelas merasa bersalah menyeret Ron dalam masalahnya.

"Jangan katakan itu, aku yang memutuskan mengikuti ide gila darimu."

Mereka berdua membisu. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Besok pagi aku mulai menghadapi Bagaskara," kata Rani. Entah keluhan atau hanya ingin memberitahu Ron.

"Pikirkan baik-baik. Kamu bisa pergi nanti malam."

"Aku akan bertahan dan membuat mereka semua menyesal," tekad Rani

"Apa kau sudah pikirkan baik-baik?"

"Ya, dan menurutku itu keputusan yang paling baik dan menguntungkan untukku."

"Baiklah, besok pagi aku juga masuk kantor."

Rani terkejut. Tentu dia masih sangat khawatir jika Azlan akan lepas kendali seperti tadi.

"Bagaimana kalau Azlan memecatmu?"

"Bukan masalah besar, aku mungkin bisa lebih berkembang jika lepas dari mereka," jawab Ron.

Rani terlihat bingung. Ron tidak seperti yang dia kenal selama ini. Di matanya Ron seperti pahlawan baginya. Ron juga selalu berdiri di pihaknya. Padahal selama ini dia orang itu bersahabat sangat akrab.

"Aku akan berhenti dari pekerjaanku, jika kamu juga berhenti. Kita akan pergi bersama mencari pengalaman baru di luar sana."

Rani ingin memekik kegirangan mendengar ucapan manis itu. Namun yang keluar dari mulutnya hanya sebuah pertanyaan singkat.

"Kenapa kamu begitu ingin bersamaku?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status