Beranda / Romansa / Istri Kecil Suami Galak / Bab 04 - Pembahasan Pernikahan

Share

Bab 04 - Pembahasan Pernikahan

Penulis: Rae
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 10:47:03

Gadis itu menghela napas pasrah, kemudian mencoba kembali melangkah mengikuti pijakan ibunya. Amanda menyemangati diri sendiri, meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa dirinya harus hadir ke acara ini agar cepat berakhir, Amanda meyakinkan diri bahwa jika dirinya terus mengulur waktu, maka pertemuan ini tidak akan pernah selesai.

Amanda berjalan seraya menunduk, hingga tanpa sadar bahwa kini ada empat pasang mata yang tengah menatapnya. Merasa diperhatikan, Amanda mengangkat secara perlahan pandangannya hingga indra penglihatannya itu menatap sang ayah yang menatapnya tajam, pria itu pasti marah karena dirinya sangat lama. Amanda dibuat tersentak oleh tatapan ayahnya itu, kemudian tatapannya tanpa sengaja menatap wanita itu yang tengah tersenyum ramah juga pria tua di sebelahnya, kemudian di pria di sebelahnya lagi yang tanpa terlihat lebih muda.

Sejenak Amanda terpaku kepada pria matang tersebut, satu kata yang Amanda pikirkan saat pertama kali bersitatapnya adalah 'tampan'. Apakah pria itu yang akan menikahinya?

Memang tampan, tetapi usia tidak bisa membohongi. Pria tampan itu terlihat matang, mempesona, tetapi sayang bukan Amanda sudah telanjur membencinya. Andai Amanda tidak bertemu dengan pria itu dalam situasi seperti ini, Amanda pasti akan menggilainya. Namun sayang mereka bertemu dalam situasi yang tidak tepat, yang hanya ingin dirinya lakukan saat ini justru menginginkan menusuk kedua bola mata pria itu yang kini tengah menatapnya tajam, seperti predator yang bertemu dengan mangsanya. Menyeramkan, Amanda tidak suka.

Amanda mengalihkan tatapannya ke arah lain saat ibunya menuntun ia untuk duduk di sebelah ayahnya berhadapan dengan pria itu. Amanda tidak berani mengangkat kepala lebih tinggi lagi, apalagi kini wanita di sebelah pria itu tengah menatapnya juga.

"Maaf harus membuat kalian menunggu lama," ucap Hermawan seraya menatap tiga orang di depannya tidak enak.

"Tidak apa-apa, namanya perempuan kalau berdandan memang suka lama," ucap wanita paruh baya yang sedari tadi menatap Amanda dengan kedua sudut bibir yang menyungging sempurna, matanya sedikit menyipit yang menandakan wanita itu sangat tertarik sekali dengan perempuan muda di hadapannya. "Semakin lama berdandan, itu artinya semakin penting bagi mereka acara yang akan didatang tersebut," lanjutnya diikuti kekehan.

Baik Hermawan maupun Marissa ikut terkekeh mendengar jawaban yang diberikan calon besan mereka tersebut, tersenyum senang sekaligus menarik napas lega, mereka pikir anak bungsunya itu akan menampilkan kesan yang buruk di hari pertama pertemuan, ternyata tidak seperti itu.

Kelima orang itu melanjutkan obrolan-obrolan ringan mereka, sementara Amanda hanya berdiam diri seperti patung dan hanya akan berbicara jika ditanya atau diajak berbicara. Sedari tadi dirinya menahan risi karena pria di hadapannya itu sesekali menatapnya tajam, seolah dirinya adalah seorang kriminal dan pria itu adalah hakim yang sedang mengadilinya.

Amanda tidak bisa ditatap seperti itu, dirinya merasa tersinggung, ia kemudian memberanikan diri untuk membalas tatapan pria itu saat merasakan kedua indra penglihatan pria itu seperti tengah memperhatikannya. Benar saja, saat Amanda menatap pria itu, pria itu pun tengah menatapnya.

Melalui ekor matanya, ia melihat para orang tua tengah asyik mengobrol diselingi dengan sedikit tawa. Gadis itu menyunggingkan salah satu sudut bibirnya sebelum kembali menatap pria di hadapannya dengan sebelah alis terangkat dengan kepala yang sedikit miring ke kiri.

Pria itu seperti tidak menyangka bahwa akan ditatap sedemikian rupa oleh gadis di hadapannya, ia sedikit melebarkan mata sebelum akhirnya membalas tatapan gadis itu hingga kini keduanya saling melempar tatapan tajam. Pria itu tidak menyangka bahwa gadis yang terus menunduk seperti tikus yang sedang ketakutan itu kini berani menatap matanya langsung seolah sedang menantang.

"Kenapa kalian belum terdengar memperkenalkan diri?" tanya wanita paruh baya bernama Alina itu seraya menatap putranya dan perempuan yang duduk di hadapan putranya itu secara bergantian.

Amanda langsung merubah ekspresinya detik itu juga.

Marissa langsung menatap Amanda, ia kemudian terkekeh. "Putri kami memang pemalu, sepertinya tidak berani berkenalan duluan."

"Harusnya putraku yang memperkenalkan diri lebih dahulu, secara dia pria dan usianya jauh lebih dewasa."

Pria itu berdeham mendengar kalimat yang diutarakan oleh ibunya, mau tak mau kemudian ia mengulurkan sebelah tangannya yang dibalas dengan enggan juga oleh Amanda. "Nama saya Rendra."

"Amanda."

Setelah menyebutkan nama masing-masing, jabatan tangan itu terlepas begitu saja, tetapi membuat baik orang tua Rendra maupun orang tua Amanda tersenyum senang.

"Baik," ucap Hartanto yang sedari tadi belum memulai percakapan sama sekali. "Saya tidak ingin berbasa basi lagi, kedatangan kami ke kediaman Hermawan ingin membicarakan perihal perjodohan."

Pria yang usianya jauh lebih tua dari ayah Amanda itu menatap Amanda. "Kamu sudah mengetahui hal ini kan?"

Amanda hanya mengangguk saja, tenggorokannya terasa mengering seketika saat ditatap oleh pria tua yang memiliki tatapan sama dengan putranya itu, tatapan pria tua itu bahkan jauh lebih menyeramkan daripada tatapan ayahnya, Amanda jadi takut saat ingin bertingkah.

Pria bernama Hartanto itu mengalihkan tatapan dari amAmanda ke ayahnya. "Bagaimana Pak Hermawan, putri anda setuju kan untuk dijodohkan dengan anak kami?"

"Tentu saja Pak," jawab Hermawan mengundang ejekan dalam hati oleh Amanda. "Putri kami sangat menerimanya, dia sangat setuju dengan rencana perjodohan ini."

Apa ayahnya itu tidak merasa ingin tersedak mengutarakan kalimat-kalimat kebohongan tersebut? Apa dirinya tidak merasa bersalah sedikit saja? Amanda benar-benar tak habis pikir.

"Baguslah kalau begitu." Hartanto menyunggingkan kedua sudut bibir lebar-lebar, begitu pun dengan wanita yang duduk di sebelahnya. "Kami tidak ingin menundanya lebih lama lagi, mungkin malam ini kita bisa langsung membicarakan soal pernikahan?"

Amanda memelototkan matanya lebar-lebar mendengar penuturan pria tua itu, ia terkejut sekaligus tidak menyangkah bahwa pria tua itu akan membicarakan pembicaraan yang terlalu jauh. Pernikahan?

Bukankah biasanya yang membahas pernikahan lebih dahulu itu pihak perempuan? Mengapa mereka terlihat terburu-buru seperti ini? Amanda ingin berkata tidak mau, tetapi urang bagaimana menyeramkannya ekspresi pria tua itu. Bisa jadi dia akan dibuat meninggal detik itu juga jika berani melawan. Amanda bergidik, walau di dalam hati ia memprotes apa yang mereka tengah bicarakan dirinya tidak berani melawan, terlalu menakutkan.

Ada baiknya mungkin ia membicarakan lagi nanti bersama orang tuanya setelah acara ini. Gila saja, dijodohkan saja dirinya tidak mau, apalagi sampai pada tahap pernikahan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kecil Suami Galak   Bab 45 - Hati Yang Lemah

    Sudah satu minggu berlalu sejak pembicaraan antara Rendra dan Alina di ruang kerja pria itu, ia masih belum memberitahukan perihal rencana bulan madu kepada Amanda karena masih sibuk mengerjakan pekerjaannya yang sangat banyak akibat di kantornya terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan.Namun walau begitu, Rendra masih menyempatkan diri untuk mengantar anak-anak ke sekolah dan mengantar Amanda ke kampus. Seperti biasa, dirinya terlebih dahulu mengantar Dean dan Mikayla, kemudian mengantar Amanda.Kini mobil yang dikendarai Rendra berhenti di tempat parkir universitas tempat sang istri menimba ilmu. Ia masih belum membuka kunci benda tersebut sehingga Amanda masih bertahan, padahal biasaanya Amanda akan langsung pergi begitu saja.Amanda kembali menyentuh handle pintu, mendorongnya tetapi masih belum mau terbuka. Gadis itu berdecak di dalam hati.“Saya bisa telat!” ujarnya tegas, tetapi Rendra tidak menghiraukan sama sekali. Dirinya tahu pasti pukul berapa sang istri memulai kegiatan

  • Istri Kecil Suami Galak   Bab 44 - Sebuah Rencana

    Amanda tersenyum canggung mendapati telapak tangan Alina bertengger di puncuk kepalanya, mengelusnya lembut seraya kedua sudut bibirnya tidak berhenti mengungkap betapa betapa bersyukurnya ia karena Amanda sudah kembali setelah lima hari meninggalkan rumah.“Nggak ada kamu di sini suasana jadi hampa,” ungkap Alina. Lagi-lagi Amanda hanya tersenyum dan mengudarakan tawa kecil, tidak tahu harus menanggapi ucapan wanita itu bagaimana.Di dalam hati Amanda mengejek, tidak percaya akan ucapan mertuanya karena selama ini keberadaannya di sini hanya sekadarnya saja, ia lebih sering menghabiskan waktu di kampus daripada di rumah, tentu kehadirannya tidak berpengaruh sama sekali.Ibu mertuanya itu pasti hanya ingin membesarkan hatinya saja.“Masa sih Ma?” Akhirnya Amanda membuka suara, tidak enak juga jika terus menanggapi setiap ucapan wanita itu dengan senyum atau tawa.Alina tertawa ringan menanggapi ucapan menantunya, ia mengangguk samar.“Iya,” jawabnya. “Kalau Rendra bikin kamu marah ata

  • Istri Kecil Suami Galak   Bab 43 - Tidak Seperti Biasanya

    Rendra tersenyum begitu indra penglihatannya menangkap bahwa Amanda sedang memainkan ponsel yang tempo hari dirinya berikan.Ternyata walau gadis itu berkata tidak mau, tetapi tetap benda tersebut diterima juga. Rendra senang, berarti untuk masalah ponsel ini sudah selesai. Entah apa yang sedang Amanda lakukan dengan ponsel barunya, gadis itu terlihat sangat fokus sampai kehadirannya saja tidak dihiraukan.Rendra menghampiri Amanda yang tengah duduk berselonjor kaki di ranjang, kemudian duduk di sisi kosongnya. Amanda langsung mengalihkan perhatiannya begitu merasakan tempat yang tengah didudukinya bergerak. Tatapan keduanya saling bertubrukan, Amanda langsung menurunkan ponselnya.“Kenapa?” tanya Amanda heran karena suaminya tersebut tiba-tiba saja duduk di sebelahnya.“Kamu sudah putus dengan pacarmu itu?” Amanda tersenyum lebar mendengar pertanyaan tak terduga yang dilontarkan oleh suaminya.Amanda tentu sangat senang ditanya seperti itu, itu artinya dirinya tidak perlu repot-repo

  • Istri Kecil Suami Galak   Bab 42 - Kembali ke Neraka

    Rendra membuka pintu mobilnya begitu berhenti di depan sebuah gerbang rumah, indra penglihatannya tertuju pada seseorang yang tengah berjongkok seraya menelangkupkan kepala di hadapan kendaraannya. Ia mengenal betul orang tersebut, tetapi pertanyaannya adalah apa yang sedang orang ini lalukan?Pria tersebut berjalan menghampiri, kemudian berhenti dan berdiri menjulang benar-benar di hadapannya.“Apa yang sedang kamu lalukan?” Rendra mengutarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Namun Amanda tidak kunjung mengangkat kepala dan menjawab pertanyaannya, gadis itu masih setia menelangkupkan kepalanya. Hal itu membuat Rendra menghela napas panjang.“Ayo pulang,” ucapnya sekali lagi.Ia ke sini memang untuk menjemput Amanda, ia pikir akan sulit mengajak istrinya ini pulang, tetapi ternyata Amanda suadah ada di luar rumah sedang melakukan hal aneh pula. Kenapa gadis itu tidak masuk ke rumah?Apakah gadis itu diusir oleh keluarganya sebab terlalu lama menginap dan tidak mau pulang ke rum

  • Istri Kecil Suami Galak   Bab 41 - Diusir

    “Kapan kamu akan pulang?” tanya Marissa seraya merapikan kembali meja makan yang berantakan selepas dipakai.Sudah lima hari sejak kedatangan Amanda ke rumah untuk pertama kalinya lagi dan Amanda masih belum kembali pulang ke rumah keluarga suaminya walau suaminya sering kali menjemput. Entah apa yang ada di dalam pikiran putrinya itu, ia sudah capek menasihati Amanda supaya cepat pulang, dirinya sudah merasa tidak enak kepada keluarga besannya kalau Amanda tidak kunjung kembali.Detik itu juga, Amanda menatap wanita yang melahirkannya dengan tatapan sedikit sinis, sedikit tidak terima mendengar nada pengusiran darinya. “Nggak seneng ya aku tinggal di sini?”“Bukan begitu!” balas Marissa langsung seraya mendelik, kekeras kepalaan putrinya tersebut sungguh sangat memancing emosinya. “Kamu kan sudah menikah, nggak sepatutnya kamu tinggal di sini terus, kasihan suami kamu!”“Biarin aja, dia udah besar, nggak akan nangis walau aku tinggalin lima tahun!”“Ya memang tidak akan menangis, tap

  • Istri Kecil Suami Galak   Bab 40 - Ponsel

    Rendra mengemudikan kendaraannya menuju kediaman Amanda demi menuruti perintah ibunya yang meminta ia untuk membujuk istrinya itu. Dalam hati ia merutuki mengapa Amanda pulang ke rumah orang tuanya tanpa izin.Dirinya mengerti bahwa ponsel gadis itu sudah hancur, tetapi paling tidak gadis itu pulang terlebih dahulu dan meminta izin secara langsung bahwa dirinya ingin menginap di rumah orang tuanya. Bukan justru pergi tanpa izin dan membuat semua orang khawatir terutama mamanya.Tadi dirinya juga sempat khawatir sekaligus bingung bagaimana cara menemukan gadis itu sementara tidak ada ponsel yang bisa dihubungi. Ia tidak berpikir kalau ternyata istrinya tersebut pulang ke rumah orang tuanya, ia justru berpikir bahwa Amanda pergi bersama kekasihnya.Syukur kini semua sudah tahu di mana keberadaan Amanda.Gadis itu yang membuat kesalahan, ia juga yang harus membujuk dan meminta maaf kepadanya. Sungguh sangat menyebalkan, tetapi mau bagaimana lagi, sepertinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status