Dua kali gagal membuat sang suami tak nyaman, dua kali juga Indra berhasil menaklukkan hati seorang Keisya—si gadis manja juga omes ini. "Cantik, tapi omes." Begitulah Indra ketika mengejek seorang Keisya. Malam ini gadis itu dipaksa harus tidur bareng bersama suaminya. Yang mana pada kenyataannya Keisya sendiri menolak dan tidak ingin adanya pernikahan ini terlebih jika ada sesuatu kejadian yang membuatnya nanti gagal lagi mengusir Indra dari hidupnya. "Kata Papa seorang istri tidak boleh menolak permintaan suaminya loh," ujar Indra setengah menyindir gadis berhijab itu. "Sebagai istri yang baik itu wajib memenuhi keinginan suami baik lahir maupun batin. Kalau nolak dosa loh," tambah pemuda tampan dengan hidung mancung ini. "Memangnya Kak Indra mau apa dari Keisya?" Keisya mulai tidak nyaman, lantaran guling sebagai pembatas keduanya di kala tertidur diambil Indra. 'Stop, Keisya! Plis, hilangkanlah pikiran burukmu itu. Jangan sampai pikiran aneh bersarang di kepalamu. Istigfar, Kei
"Dasar orang jahat, suami nakal kamu, Kak!" umpat Keisya pada Indra yang kini pemuda itu sudah membuka matanya, sembari mengucek-ngucek. Bukan sekedar khayalan seperti yang ia pikirkan sebelumnya saat Indra mengurung istri sendiri di kamar di bawah tangga. Pagi ini dan malam itu semua benar-benar telah berubah dan nyata terjadi. Keisya sekarang gagu, gugup setengah kesal. Ingin ia memaki-maki suaminya, tetapi ia menyadari tidak ada yang salah dalam hal ini. Pernah ia membaca sebuah artikel yang mana sebagai istri ia tidak boleh menolak saat suami meminta haknya. Lantas, harus apa ia sekarang saat Indra sudah terbangun. Mulut Keisya seakan terkunci dan hanya bola matanya yang kini tengah memandang imamnya ini. "Jangan lama-lama memandang kayak gitu, nanti beneran jatuh cinta loh. Susah dong nanti buat kamu bisa gagalin pernikahan kita ini," sindir Indra, yang mana pemuda itu lebih dulu beranjak dari tempat tidur sembari meraih handuk dan dililitkan di pinggangnya. Lagi dan lagi Kei
Hal paling indah sekaligus yang diinginkan oleh setiap pasangan setelah menikah selain memiliki rumah sendiri, tentu siapa pun ingin disegerakan memperoleh sosok seorang bayi mungil hadir mengisi hari-hari mereka. Kehadirannya, tangisnya selalu menjadi obat 'mungkin' atas setiap lelah yang dirasa. Sayangnya kali ini berbeda dengan seorang gadis seperti Keisya. Namun, meski menolak sebisa mungkin siapa sangka semua telah terjadi dan malam tadi suaminya—-Trimo Indra Gunawan merenggut semuanya. Sehingga detik ini Keisya meraung-raung merasakan sakit di bagian intimnya. "Bibi yakin sakit yang Kei rasain nggak sampai berbulan-bulan, lalu kalau misalkan nanti kejadian mual-mual seperti yang Bibi rasain gimana?" tanya Keisya. Jawaban belum ia dapatkan, tetapi beberapa detik setelahnya. Keisya mendengar seseorang berdeham dari arah belakang. Begitu melihat siapa yang datang, ia malah langsung menutup mulut. "Lah Non Kei kenapa tutup mulut?" Bi Ani hampir keheranan. "Kalian berdua ini, ya
Cantik. Berhijab dan memiliki pemikiran yang cukup bisa dibilang telah 'dewasa' dibanding dengan seorang Keisya. Madina Andini namanya. Salah satu sahabat Keisya sejak TK hingga sekarang berada di kampus yang sama. Namun, antara keduanya tersimpan satu rahasia besar yang menjadikan Madina bertanya-tanya mengapa tingkah Keisya akhir-akhir ini terlihat berbeda. Contohnya seperti sekarang ini, ketika jam mata kuliah pertama baru saja di mulai. Sedang Keisya malah diam-diam berdiri di balik tembok yang posisinya mengarah ke parkiran. Madina tahu di ujung sana terdapat seorang pria tampan tengah berdiri sembari memainkan ponselnya. Akan tetapi, apa hubungannya dengan Keisya?Inikah rahasia besar yang Madina tidak tahu? Keisya tahu siapa pemuda di ujung parkiran sana?"Astagfirullah, Madina. Kamu ini bikin aku kaget saja, deh," ketus Keisya. Gadis manja ini mengelus dadanya, ketika teriakan Madina mengganggu gendang telinganya."Ya lagian kamu di sini lagi ngapain, Keisya Shakira Jasmine?
Betapa beruntungnya seorang Keisya tatkala mendapatkan perlakuan istimewa dari seorang Indra—-suaminya sendiri. Seharusnya Keisya yang berdiri di bawah terik mentari di tengah lapang sembari tangan kanan diangkat ke atas memberikan penghormatan. Akan tetapi, Indra menggantikan posisi Keisya dan pemuda itu memohon supaya sang istri dapat mengikuti mata kuliahnya meski terlambat beberapa menit. Ah, jika melihat kejadian seperti ini seketika Keisya teringat akan masa SMA-nya dulu. Segala upaya telah dilakukan oleh Indra. Alhasil, dosen setengah baik itu pun mengabulkan permintaan Indra dan dengan berat hati Keisya memasuki kelas bersama sahabatnya—Madina Andini. "Kamu semenjak masuk aku lihat murung terus, Kei. Ada apa?" Madina menuliskan sesuatu di sebuah kertas kecil, kemudian dilipat dan ia lemparkan ke meja sahabatnya. Keisya.Sekali hingga ketiga kalinya Madina tidak mendapatkan tanggapan, Keisya tampak melamun dan sepertinya gadis itu tengah memikirkan sesuatu sampai-sampai mata
Hanya pernah bertemu satu kali dan itu pun ketika di rumah saat Keisya tersadar dari pingsannya sebelum memutuskan pergi ke rumah kedua orang tuanya. Siang ini wanita itu—-wanita yang Keisya ketahui 'katanya itu pun' mantan kekasih suaminya tiba-tiba datang dan mengungkapkan ke semua orang jika Keisya dan Indra telah resmi menikah. Namun, bukan itu yang menjadi permasalahannya sekarang. Wanita yang tak lain adalah Jessica seenak jidatnya mendekati suami orang bahkan tak malu-malu mengecup pipi Indra tatkala Indra masih menjalani hukuman di mana pemuda itu menggantikan istrinya. 'Ya Allah. Betapa perihnya hati Kei lihat suami sendiri dipeluk, dicium sama wanita lain. Dia padahal udah Kak Indra putusin, tapi kenapa harus banget dekati Kak Indra lagi? Apa maunya? Haruskah Keisya dekati mereka?' pikirnya dalam hati."Keisya!" panggil Madina.Bulir-bulir air mata membasahi pipinya, sudah ia mencoba supaya tak mengeluarkan air mata untuk seorang Indra. Namun, tidak ada yang bisa tahan 'mu
Sudah hampir sejam lebih Keisya meminta sang supir membawanya berkeliling melihat-lihat kota Jakarta. Alih-alih ingin melupakan kesedihan yang ia rasakan pasca penemuannya tadi siang, Keisya merasakan perutnya sedikit berbeda. Berusaha untuk tidak menimbulkan sesuatu yang dapat mengundang perhatian si supir, tetapi nyatanya rasa mual itu terus mengganggunya. "Neng hamil, ya?" Begitu pertanyaan sang supir, yang membuat bola mata Keisya membelalak.Ia tidak menjawab. Pandangannya tiba-tiba menoleh ke sisi kanan, menemukan sebuah taman yang mana terdapat sebuah danau kecil. Gegas Keisya meminta sang supir menghentikan laju kendaraannya dan menurunkan Keisya di sana. Ia merogoh uang senilai lima puluh ribu untuk diberikan kepada si supir.Tak ada kata lain selain ucapan terima kasih lantaran supir angkot itu sudah mau ia repotkan. Kini Keisya duduk di tepi danau tersebut sembari memandangi senja yang sebentar lagi datang dan rasa mual itu kembali terasa. 'Apa mual-mual gini karena Kei be
"Apa Kei cek aja ke dokter biar tahu hamil atau tidak?" tanya Keisya saat ia telah tiba bersama mami dan papinya."Nggak. Mami tahu cara lain untuk mengecek kamu hamil atau tidak, Sayang. Sebelum ke dokter, coba kamu pakai testpack dulu sana." Senja telah hilang dan malam datang menyapa. Sebenarnya jauh dalam lubuk hati Keisya, ia tengah berpikir tentang suaminya yang sengaja ia tinggal di kampus. Apakah Indra masih di sana dengan tetap berdiri dan memberi hormat? Ataukah dia justru pergi bersenang-senang dengan wanita itu? Huft, Keisya bahkan tidak tahu harus apa sekarang. Perihal suaminya ia hanya dapat menerka-nerka saja.Sedikit beruntung tadi sore di tepi jalan komplek perumahan sebelah ia bertemu dengan mami dan papinya. Beberapa jam lalu kondisi Keisya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dan hampir tidak sadarkan diri lantaran ia menahan mual yang terus saja dirasakan."Kamu lagi mikirin apa, Sayang?" tanya Geisya sembari mengusap puncak kepala putri kesayangannya. "Assalamua