Share

Bab 5

Author: Gabby_Rsyn
last update Last Updated: 2024-01-25 13:37:10

Shania mengirim pesan pada Leonard agar tidak mendatangi rumah sakit untuk seminggu terakhir ini karena dia takut Steven nekad mengganggu Leonard.

Apalagi, yang paling Shania takuti adalah rencananya bersama Leonard terbongkar dan Steven yang mengacaukannya. Oleh itu, Shania memilih untuk lebih baik berhati-hati.

Sementara, di tempat Leonard. Dia mulai merasa pusing, bagaimana harus menjalani tanggungjawabnya terhadap Shania jika dia tidak menemui Shania.

"Tuan Cristo, maaf kali ini mungkin aku sedikit gagal tapi ke depannya aku akan menjaga dan melindungi Shania sesuai dengan janji dan sumpah yang pernah aku katakan," ucap Leonard.

Seminggu tidak menemui Shania adalah waktu yang sangat lama. Dia masih ingat ketika dirinya dikirim ke luar negara untuk melanjutkan kuliahnya.

Setelah Leonard berhasil, dia dikagetkan dengan berita bahwa mendiang ayah Shania sedang sekarat di rumah sakit. Setelah itu, Leonard benar-benar seperti orang yang hilang arah tuju apalagi mendiang ayah Shania lah yang mengadopsinya secara diam-diam dari dunia luar untuk membantu di masa depan.

Leonard harus tinggal terpisah dengan Shania dan nyonya Natalia. Hingga nyonya Natalia menemuinya sebelum benar-benar jatuh sakit.

"Leo, kau harus membantu Shania ke depannya. Lindungilah Shania seperti kau melindungi dirimu," pesan Natalia yang merupakan ibu Shania.

Ucapan Natalia masih terngiang-ngiang di dalam pikiran Leonard. Rasa bersalah dan menyesal bermunculan.

"Aku harus lakukan apa? Shania-Shania ... maafkan aku yang tidak bisa lakukan apa-apa," ucap Leonard lirih.

Memang untuk berurusan dengan pria kaya, Leonard juga harus lebih kaya, biar bisa melindungi diri.

***

Shania menatap wajah sang ibu yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia tersenyum dan mulai membayangkan sang ibu memeluk dirinya dengan begitu erat dan hangat.

"Ibu, cepat sembuh ya. Nia, benar-benar rindukan ibu," ucap Shania lirih.

Air mata Shania mengalir membasahi pipi mulus Shania. Selang berapa menit, Shania ikut tertidur di pinggir ranjang sang ibu.

Seorang pria masuk ke ruang inap ibu Shania dengan pakaian dokter dan menggunakan masker. Hal itu tidak di sadari oleh Shania, mungkin karena kelelahan Shania tertidur begitu pulas.

Pria itu menyuntik sebuah cairan pada selang infus ibu Shania dan menitikkan beberapa tetes pada air yang berada dalam gelas di atas nakas bersebelahan dengan Shania.

Selesai melakukan hal itu, pria itu keluar dengan santai. Tidak ada jejak yang dia tinggalkan kecuali jejak cctv, namun pria itu tidak khawatir sama sekali karena wajahnya benar-benar tertutup dan tidak mencurigakan.

Ponsel kentang Shania berbunyi dengan begitu kuat, membuat Shania kaget dan sadar dari tidurnya.

Shania segera mengambil ponselnya lalu menatap ke arah layar, ternyata Steven yang menelepon dirinya. Shania segera menjawab.

"Kau di rumah sakit bersama siapa?" tanya Steven basa basi dari seberang sana.

"Sama ibu," jawab Shania singkat.

"Kekasihmu ke mana? Apa kau sudah memutuskannya?" tanya Steven lagi.

"Kenapa harus memutuskan, kalau aku tidak punya kekasih," sahut Shania.

"Penipu, kau pasti belum memutuskan pria itu! Aku bagi kau waktu sejam kau harus putuskan dia dan kirim bukti pada aku bahwa kalian sudah putus!" tegas Steven lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Shania menghela napas berat. Dia pun menelepon ke nomor Leonard.

"Helo, Leo," ucap Shania lebih dulu ketika Leo menjawab panggilannya.

"Iya Shania, ada apa?" tanya Leonard dari seberang sana.

"Kita main akting-akting yuk," ajak Shania.

"Hah? Maksudnya bagaimana?" Leonard bingung.

"Aku akan mengirimmu pesan, kita putus dan kau harus balas kenapa, terus aku akan balas aku sudah nikah. Terus kau jangan balas lagi ya dan misi akting-akting kita selesai," jelas Shania sambil tertawa geli.

"Heh, apa mau aku tambah kata-kata manis?" sahut Leonard.

"Bisa juga, ha ha ha! Aku mau lihat responnya bagaimana, tetapi aku yakin dia pasti akan menemui kau Leo ... aku khawatir kau kenapa-kenapa," ujar Shania diakhiri dengan suara lirih.

"Aku akan baik-baik saja Shania. Jangan khawatir, jika dia menemuiku aku akan bawa dia bersaing ha ha ha! Biar kayak bener aja," ucap Leonard masih tertawa geli.

"Hmm," gumam Shania, "selalu berhati-hati di mana kau berada, Leo," pesan Shania.

Beberapa menit kemudian mereka mengakhiri panggilan lalu memulaikan rencana mereka tadi dengan berpura-pura berbalas pesan. Setelah selesai Shania menangkap layar pesan itu lalu mengirimkan pada Steven.

Di tempat Steven, dia tersenyum puas karena Shania mengikuti ucapannya. Namun, ada yang menjanggal pada dadanya ketika membaca pesan dari Leonard kepada Shania.

"Sean! Cepat temukan pria ini, aku akan menjelaskannya lebih detail lagi!" teriak Steven dengan kesal.

"Cinta? Sayang? Aku akan menghabisi kau jika kau masuk campur antara aku dan Shania!" gerutu Steven yang masih kesal.

Sean menatap Steven dengan dahi yang mengerut, dia merasa aneh kenapa Steven terlihat kesal dengan Leonard.

'Jangan-jangan Tuan terbawa perasaan,' batin Sean lalu dia segera menggelengkan kepalanya.

***

Di lobi sebuah hotel mewah. Terlihat Leonard baru saja tiba dan mulai memasuki lobi tersebut. Leonard di sambut oleh salah satu pelayan hotel dan dituntun menuju ke tempat yang dia tuju.

Setelah tiba, di sebuah ruangan vip. Leonard memasuki ruangan itu dan.menemukan sosok seorang pria yang berbuat janji temu dengannya.

"Silakan duduk, Tuan Leonard," tawar pria itu.

"Terima kasih, Tuan Steven," sahut Leonard.

Ternyata pria yang membuat janji ingin bertemu Leonard merupakan Steven.

"Steven saja cukup," ujar Steven dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Baiklah, kalau begitu kau juga bisa memanggilku Leo saja," jawab Leonard tersenyum.

Steven hanya tersenyum tipis, dia pun tanpa basa basi mengeluarkan cek bernilai 5 miliar dollar dan meletakkannya di atas meja. Lalu digesernya ke arah Leonard.

Sementara, Leonard tidak sedikit pun menyentuh cek itu. Dia belum tahu tujuan apa pria di hadapannya ini ingin bertemu. Terlebih, Leonard juga belum mengetahui bahwa Steven merupakan suami dadakan Shania.

"Ambillah cek ini, kau pasti memerlukannya," ujar Steven dengan wajah sombong.

"Maaf, tetapi aku tidak tahu alasan kau apa, tiba-tiba memberi ku cek ini." Kini Leonard membalas tatapan Steven dengan lebih intens.

'Ada sesuatu yang aneh!' batin Leonard.

Bukan menjelaskan kebingungan Leonard, Steven malah tertawa kecil dengan wajah yang mengejek.

"Bukankah perusahaan kau membutuh biaya?" tanya Steven kemudian.

"Sangat membutuhkan, tetapi tidak dengan cara seperti ini," jawab Leonard. "Terus terang saja, apa maksud kau dengan memberi aku cek uang ini? Atau jangan-jangan kau ingin menjadikan aku kambing hitam?" lanjut Leonard kemudian.

Steven masih betah menatap Leonard, sebenar sempat merasa cemburu karena wajah Leonard memiliki tipe yang diminati para gadis-gadis di luar sana.

Namun, Steven berpura-pura terlihat biasa saja. Jangan sampai rencana gagal.

"Baiklah, aku akan beritahu," jawab Steven, "jauhi Shania, istri aku!" lanjutnya kemudian.

"Hah?"

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 52

    "Memangnya aku sakit apa?" tanya Shania setelah meminum obat yang diberikan oleh Mikael. Mikael menatap Shania dengan raut intens. Dia menghela napas panjang. "Kau tidak tahu?" Mikael kembali bertanya. Shania mengerutkan dahinya, sejak kapan dia sakit. Kemarin dan beberapa hari yang lalu, dia masih merasa sehat-sehat saja. "Sudahlah, kau hanya perlu makan dan minum obat secara rutin," imbuh Mikael lagi. Pria itu membantu Shania kembali ke kamar yang sempat dia tempati tadi. Dia terlihat begitu misterius sebenarnya, tetapi perlakuannya terkesan tulus. "Mikael, kenapa tidak kau memberitahuku saja? Aku sakit apa sebenarnya?" tanya Shania yang masih saja penasaran dan merasa sedikit bingung. Mikael diam, dia terus saja mengandeng tangan Shania hingga mereka tiba di dalam kamar. Setelah memastikan Shania bisa duduk dengan tenang. Barulah, Mikael menunjukkan raut wajah tersenyum tipis. "Kamu keguguran dan rahimmu bermasalah," jelas Mikael. "Keguguran?" ulang Shania tampak begitu kag

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 51

    Cristo pulang ke rumah dengan terburu-buru, ketika dia sampai di rumah dia langsung mencari sang istri."Natalia?" Suara Cristo menggema ketika memanggil nama sang istri."Ada apa?" sahut Natalia yang datang dari ruang baca.Cristo menatap Natalia, dia segera mendekati sang istri. Lalu, perlahan menarik tangan sang istri dan membawanya masuk kembali ke ruangan membaca."Ada apa sebenarnya? Kenapa wajahmu terlihat khawatir?" tanya Natalia ketika telah duduk di sofa dalam ruang baca itu.Cristo diam, dia hanya mengeluarkan beberapa dokumen dan kotak kecil. Lalu, diserahkannya pada Natalia."Sayang, aku mempercayaimu untuk menyimpan kedua barang-barang ini. Jangan sampai ada orang merampasnya darimu," ungkap Cristo."Tapi ini apa?" tanya Natalia lagi."Ini adalah dokumen kepemilikan perusahaan dan kotak kecil ini adalah kunci brankas," jelas Cristo.Natalia memasang raut bingung, terus ada apa dengan dokumen dan kunci ini. Kenapa harus diserahkan padanya?"Aku belum mengerti, jika ini pe

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 50

    Gadis ini aneh menurut Mikael, namun sudut bibirnya terangkat. Merasa Shania sedikit menarik, selama ini banyak gadis berusaha mendekatinya dan sanggup melemparkan diri kepadanya.Akan tetapi, berbeda dengan Shania yang menolak dirinya mentah-mentah tanpa ingin berkenalan terlebih dalam."Apa yang aku dapat jika aku bekerjasama dengan kau?" tanya Mikael.Shania tampak berpikir, sebuah ide terlintas dan langsung saja Shania katakan tanpa ada rasa ragu."Hubungan pertemanan, tapi tergantung sih bagaimana sikap kau terhadapku," jelas Jessi.Mikael tersenyum sungging, dia pun mengangguk mengerti. Sebenarnya, bukan berarti bersetuju, tetapi dia ingin melihat sampai mana Shania bisa menolak dirinya."Terus sekarang kau mau ke mana? Mau kabur?" tanya Mikael lagi dengan raut penasaran."Sangat tepat!" jawab Shania penuh bersemangat."Hm, bagaimana kalau kita kabur bersama saja?" Mikael menawarkan untuk melarikan diri bersama Shania.Shania terkejut, dia kembali berpikir. Sungguh, tidak mungki

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 49

    "Shania, bangunlah. Kau harus pergi, dengarkan ibu. Jangan percaya mereka yang berada di sekitarmu kecuali ....""Ibu!" pekik Shania, dia terbangun dengan napas yang memburu. Keringat telah membasahi kulit wajah Shania. Dia belum sadar sepenuhnya, hingga masih terdengar helaan napas yang coba diatur perlahan. Air mata, Shania juga terlihat mengalir tanpa ada isak tangisan."Kau sudah bangun?" Suara seorang pria memberi Shania kesadaran penuh. Shania langsung mengambil posisi duduk, dia mencari asal suara tadi. Sehingga, netra mata Shania menangkap satu sosok yang sedang duduk bersilangkan kaki.Ingatan tentang 6 tahun sebelum sang ayah meninggalkan, kembali berputar pada benak Shania. Wajah yang dia lihat kembali membuka masa lalu yang seharusnya dia lupakan.***"Nia malam ini kita ada tamu, ayah harap kau tidak memasang wajah cemberut," ucap Cristo, sang ayah yang berpesan pada putri semata wayangnya."Kalau begitu, Nia tidak perlu turun dari kamar sekalian saja," jawab Shania."H

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 48

    Shania terkejut ketika pria asing itu menggerakkan tangannya yang memengang pisau. Lengan Steven tergores oleh senjata tajam itu."Stev!" pekik Shania.Steven lantas menendang pria tadi dengan tendangan berputarnya, darahnya terlihat semakin banyak mengalir. Pria asing tadi, sempat tersungkur ke atas jalan raya itu. "Steven! Masuk mobil!" pekik Shania yang telah berada di luar mobil.Steven menoleh, raut wajahnya berubah mendadak, dia tahu pria di hadapannya ini cuma untuk memancing Steven dan Shania keluar. Apalagi, sedari tadi Steven menunggu musuh yang lain keluar, namun hingga saat ini belum ada satu pun yang terlihat dan hanya ada satu pria asing itu saja."Shania, masuk! Ini je--"Dor..dor..Bunyi tembkan membuat Steven berhenti memekik, dua kali tembakan dari arah belakang lalu mengenai Shania, mata Shania terlihat melebar dan akhirnya terjatuh di atas aspal jalan itu."Sha-- Shania!" pekik Steven.Steven coba berlari ke arah Shania yang telah tergeletak di atas jalan di sampi

  • Istri di Atas Kertas sang CEO   Bab 47

    Steven pulang ke rumah utama dengan raut lesu, dia sedikit merasa kesal dengan Bernard dan Gerald yang sedikitpun tidak menaruh curiga pada Carry.Namun, jika dipikirkan, itu juga bukan salah keduanya yang memilih tidak percaya. Hanya saja, Carry yang terlalu licik dalam menutupi sisi jahatnya.Semakin hari, dia semakin yakin ada yang disembunyikan oleh Carry dan Carry juga berkaitan dengan teror beberapa hari yang lalu."Stev," tegur Nikel.Steven menoleh, dia lantas mengukir senyuman tipis untuk diperlihatkan."Kau melamun, apa ada masalah?" tanya Nikel kemudian."Tidak, hanya saja masih terpikir tentang teror hari itu," jawab Steven dengan jujur."Tenang saja, Oma dan paman sudah mengerahkan orang-orang untuk mengawasi sekitar kalian," jelas Nikel sembari menepuk pundak Steven.Steven mengangguk, dia hanya tersenyum tipis. Berharap, suatu saat nanti akan ada hasil dari pencarian mereka. "Oh iya. Malam ini jamuan makan, keluarga besar Smith semuanya akan datang," beritahu Nikel."M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status