Share

Bab 3

Penulis: Ciang #17
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-06 01:22:15

Berbeda dengan peserta lainnya, yang punya segala apapun yang mereka inginkan. Dan itu bisa terlihat dari raut wajah mereka yang masih semangat untuk kembali mengikuti kelas Bimbel__tak ada tampang susah disana.

Mereka tidak akan merasa kelelahan__ada kendaraan pribadi yang selalu siap memanjakan mereka! Mereka juga tidak akan pernah perduli dengan apa yang di pikirkan oleh orang – orang susah__secara garis besar.

Sudah jelas bahwa didikan keluarga orang kaya sangat berbeda jauh dengan keluarga orang miskin, pola hidup mereka sudah diatur sedemikian rupa, semua fasilitas tersedia. Sedangkan orang miskin tidak sedemikian, jangankan mengatur pola hidup, untuk bertahan hidup saja rasanya sudah sangat sulit.

Hal itulah yang kadang membuatku merasa tidak pantas berada di sekolah ini! Entah hanya sugesti atau karena status sosial. Awalnya aku tidak begitu mengerti, kenapa pemikiran konyol itu bisa muncul di kepala ku.

Tapi setelah setahun, lebih tepatnya saat aku sudah berada di kelas 11, aku punya alasan untuk pindah, aku memutuskan untuk pindah ke SMA Negeri 11 Ambon.

Aku pindah karena ada insiden yang sangat tidak menyenangkan, itu benar – benar membuatku malu, aku tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Tapi sepertinya Tuhan punya rencana-Nya sendiri.

Tepatnya saat pelajaran bahasa Inggris dimulai. Setiap siswa harus meninggalkan tas di loker sebelum memasuki Lab! Lokernya tidak seperti loker – loker yang ada di film barat. Lokernya terbuka__tidak ada pintu untuk menutupnya. Letaknya berada di luar ruang Lab bahasa Inggris. Sekolah ini menggunakan sistem Moving Class atau setiap pergantian mata pelajaran, semua siswa akan berpindah dari ruang yang satu ke ruangan lain.

Ruangan Lab sangat tertutup, semun jendela kacanya di lapisi horden, tak ada cahaya dari luar, full ac. Mejanya tertata rapi dan sudah pasti terlihat sangat keren untuk orang-orang seperti ku.

Hari itu Guru yang mengajar tidak hadir, itu adalah kabar baik bagi kami semua. Teman – teman yang lain sudah terlihat sibuk dengan komputer yang ada di meja mereka masing-masing.

Ada juga yang asyik bercerita, aku sendiri sibuk bermain solitire! 30 menit berlalu__aku beranjak meninggalkan tempat duduk, menghampiri temanku yang berada di pojok__namanya Ledrick L. Aku biasa memanggilnya Lerry.

Sejak berada di sekolah ini, aku mempunyai beberapa teman baru, termsuk Ledrick L.

“Lerry, apa kau membawa ponselmu? Boleh aku pinjam!”

“Ponselku ada di tas! Kau bisa pergi mengambilnya di loker”.

Aku berjalan keluar__menuju loker__segera meraih tas__mencari ponsel. Dan terjadilah peristiwa yang sangat tidak menyenangkan itu__

Aku masih mengutak atik tasnya, mencari ponsel__tak ada ponsel disana! Aku sudah mengutaknya berkali - kali__belum juga menemukannya__apa Lerry sedang mengerjaiku? Ya, awalnya aku berpikir mungkin dia sedang mengerjaiku__mengingat kami sering bercanda.

Tapi setelah aku kembali dan segera memberitahukan padanya__dia langsung bergegas keluar mengambil tasnya! Aku dan beberapa teman - teman yang lain juga mengikutinya dari belakang__mereka mendengar pembicaraan kami.

Wajahnya terlihat cemas! Dia memeriksa tasnya__seakan tak percaya dengan apa yang barusan ku katakan__tapi hasilnya tetap sama, tak ada ponsel disana__yang ada hanyalah beberapa buku dan pulpen.

“Kenapa tidak ada! Jelas – jelas aku meninggalkannya disini!" Dia masih terus mencari__berharap ponselnya terselip disela – sela tasnya__raut wajahnya berubah__dia terlihat panik. Aku dan teman – teman yang lain masih harap – harap cemas melihatnya.

'Apa Ponselnya hilang? Kalau memang iya! Siapa orangnya? Tidak! Ini tidak benar. Bagaimana mungkin ada pencuri? Ini tidak mungkin terjadi! 90% murid dari sekolah ini adalah anak dari keluarga orang kaya. Hanya di Sekolah inilah kita bisa melihat semua anak pejabat berkumpul. Mulai dari anaknya para anggota Dewan, Pengusaha, Kontraktor, Pebisnis, bahkan keponakan orang nomor 1 di Maluku adalah murid dari SMA Negeri 1 Ambon. Lantas! Sisanya? Apa harus di abaikan! Entahlah__10% sisanya adalah yang berasal dari keluarga yang tidak mampu atau miskin. Dan tidak bisa dipungkiri, aku termasuk siswa yang paling miskin__aku berada di urutan terakhir.'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 35

    Alhamdulillah setibanya di Ambon, beliau langsung di bantu oleh Ayahnya Ahmad. Rumah pengungsi yang di janjikan pemerintah benar – benar dibangun, dengan ukuran 2×3m per unit. Sebagian orang mungkin akan bertanya – tanya mengapa rumah pengungsi yang dibangun terlalu kecil! Apa jadinya bila satu kepala keluarga berjumlah 4 atau 5 orang atau bahkan lebih. Karena ukurannya yang terbilang kecil, ada sebagian warga yang memilih untuk mencari tempat tinggal di tempat lain. Entah itu dengan mengontrak rumah atau hanya sekedar mencari kerabat dekat. Meskipun terbilang kecil setidaknya ada hunian, bukan! Kebetulan saat itu Ayahnya Ahmad adalah kepala RT di komplek pengungsian. Ibuku diberikan satu unit. Biar bagaimanapun, Ibuku adalah korban dari kerusuhan kota Ambon dan sudah seharusnya beliau mendapatkan bagiannya. *** Setelah Ibu menjelaskan keadaan kami. Alahamdulillah pamanku tidak keberatan, toh juga si Adit hanya mampir. Beliau meminta agar Ibuku tidak perlu repot – repot mengurus si

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 34

    Sebelum matahari terbit, aku langsung menuju pasar. Pagi ini aku sendirian, aku tidak mengajak Fahri ataupun Umar. Mereka masih tidur. Terlalu pulas untuk dibangunkan. Lagipula tidak ada lagi taruhan diantara mereka. Juli juga tidak pernah lagi bermalam disini. Dan itu membuat Umar tidak mempunyai partner untuk bertaruh dengan Fahri. Orang – orang mulai memadati pasar. Dari pedagang, pembeli hingga orang – orang yang hanya sekedar mampir untuk memanjakan mata. Semuanya menyatuh dalam satu frame.Ratusan kata terdengar samar – samar ditelingaku. Ada yang sedang menawar harga barang karena ingin membeli, ada juga yang hanya sekedar iseng menawar seakan ingin membeli dan itu sudah menjadi seni layaknya musik pengantar. Seakan ingin memberikan sentuhan terakhir, suara roda dua dan empat tidak luput dari perhatianku. Bukan karena itu mobil sport atau harley davidson, akan sangat lucu jika itu benar - benar terjadi. Itu hanyalah angkutan umum dan ojek yang selalu setia menunggu penumpang.

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 33

    “Apa istrimu memang selalu seperti itu! Atau,, apa karena aku membeli ini?” aku segera melontarkan pertanyaan saat aku turun dari motornya sambil menunjukan ponsel yang baru saja aku beli beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya aku sudah ingin bertanya sejak aku masih berada di rumahnya, tapi urung karena aku rasa itu akan terlihat sedikit tidak sopan, aku juga tidak ingin membuat suasana menjadi canggung. Dan aku rasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk bertanya. Sejujurnya aku tidak akan terlalu perduli jika saja ini terjadi kepada orang lain. Tapi biar bagaimanapun dia adalah iparku, istri dari kakak kandungku. Aku tidak bisa diam saja sebagaimana biasanya aku bersikap. Kebetulan di halaman rumah ada beberapa kursi, kami segera duduk. Dia merabah sak celananya, meraih bungkusan rokok, mengambil sebatang. Pangkal bibirnya mengapit bagian filter kemudian menyalahkan pematik sebelum satu tarikan itu menyemburkan asap yang cukup menutup sebagian wajahnya. “Aku rasa pertanyaanmu suda

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 32

    Menerutku, pemicunya tidak lain adalah karena hubungan darah. Alih – alih memikirkan hubungan darah, skenario terburuknya bahkan kalian akan di peralat. Berbisnis dengan keluarga lebih cenderung berakhir dengan perselisihan. Rasa was – was tidak akan terhindarkan. Ya, tapi kembali lagi, selama bisa me_manage hubungan darah dalam bisnis, aku rasa semuanya akan baik – baik saja. Lain lagi ceritanya jika membangun sebuah bisnis dan bekerja sama dengan orang luar, kedua bela pihak akan saling terbuka dan berusaha meminimalisir kesalah pahaman. Pritoritasnya adalah kepercayaan. Dari pada hanya sekedar memanfaatkan keuntungan pribadi, mereka akan lebih cenderung meningkatkan progres usaha yang di jalankan. Kalaupun ada yang berani bermain di belakang, itu karena memang dari awal sudah di rencanakan. Tapi kemabli lagi kepada diri sendiri. Selama tidak ada niatan untuk memanfaat kerabat atau pun orang luar! Tidak akan ada keriguan yang berarti. Setidaknya semuanya akan baik – baik saja, buk

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 31

    Aku tidak perduli bagaimana sistem gaji disini khususnya bagi pedagang orang buton yang menyimpan gaji karyawan dengan iming – iming akan di berikan saat mereka pulang kampung atau paling tidak harus bertahan selama 3 tahun dengan imbalan akan di bantu menjajaki usaha dengan bantuan modal. Jadi begini! Pertama, setelah karyawan kios mampu bertahan selama 3 tahun. Mereka akan diberikan tanggung jawab untuk menjalankan sebuah usaha. Dalam hal ini mereka akan di berikan kios untuk di jalankan sendiri tanpa campur tangan orang lain. Mulai dari biaya kontrak kios hingga barang – barang yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasar. Kedua, mereka akan di minta untuk mengisi barang – barang yang di butuhkan. Karena baru akan memulai sebuah usaha. Mereka tidak di berikan pilihan selain mengambil barang dari sang Bos. Setelah semua keperluan sudah terlaksana, Barulah sang Bos dan karyawan akan menghitung semua biaya yang di keluarkan. Biasanya, seorang karyawan di gaji Rp. 300.000/bulan. K

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 30

    Saat aku menatap salah satu di antara mereka, aku tersenyum sambil sedikit membungkukan badan, berlalu mengikuti Kakak Ku. Selanjutnya aku asyik menonton melihatnya memasak.Fahri sudah pernah memberitahuku soal Kakak ku yang jago memasak. Dia menyalahkan kompor, menyiapkan wajan, tak lupa juga menuangkan minyak goreng.Aku mengamatinya dengan cermat, barangkali saja aku bisa sedkit belajar. Sambil menunggu minyak di panaskan. Dia menuangkan tepung bumbu di baskom mini, sepertinya dia akan membuat filet udang.Pyak,, pyak,, pyak!Suara itu terdengar mendominasi saat udang yang memang sudah di baluri tepung bumbu berenang ke dalam minyak yang sudah panas. Sambil menunggu, Perhatiannya teralihkan, dia mengambil pisau dan talenan.Mengiris beberapa bawang, cabe dan tomat. Tidak akan berlebihan jika aku berkata bahwa aku sedang menyaksikan perlombaan memasak, hanya saja kontestan yang mengikuti lomba hanya dia sendiri. Hehehe!Dia mengambi

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 29

    Ada begitu banyak gadis di pasar baru. Dan diantara mereka belum ada yang membuat jantungku berdebar, atau paling tidak membuatku tertarik. Ya, mungkin karena di hatiku masih ada Qilla. Meskipun aku belum mendengar kabar tantang Qilla, rasanya terlalu naif jika aku mengatakan bahwa aku tidak merindukannya. Aku sangat rindu padanya. Meskipun dia tidak pernah lagi mengabariku, aku pasti akan mencarinya setibaku di Ambon nanti. Entah 1, 2 atau 3 tahun berada disini aku tetap akan mencarinya. Aku butuh penjelasan. Lagi pula tidak akan semudah itu menghilangkan perasaan yang sudah tertanam selama 3 tahun. Namun, Seakan semua perasaanku untuk Qilla tidak berarti apa – apa! Gadis itu mampu menyihirku hanya dengan mendengar suara dan namanya. Aku masih tidak begitu mengerti dengan apa yang aku alami saat ini! Rasanya terlalu rumit. *** Beberepa keluarga berkumpul di bagian belakang. Mereka sedang asyik nonton TV. Pemandangan yang tidak begitu berbeda deng

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 28

    Siapa sebenarnya gadis ini? Mengapa hatiku seolah – olah sedang mencarinya! Apa karena aku kesepian? Ah, tidak! Menurutku itu bukan alasan yang tepat. Di pasar baru, Sentani, aku sering melihat banyak gadis. Selain para anak mudah, ada juga gadis – gadis yang merantau atau paling tidak, mereka mengikuti keluarga mereka untuk datang kesini. Ada yang fokus melanjutkan pendidikan, ada juga yang sekedar menjaga kios untuk mencari pengalaman. Mereka adalah gadis – gadis Buton yang baru menapakan kaki di kota. Bicara soal karakter, mereka masih terlampau jauh dengan gadis – gadis kota. Mereka masih harus banyak belajar. Lupakan soal attitude! Aku pribadi tidak begitu tertarik dengan mereka. Bukan karena aku membenci mereka! Tapi aku pernah berjanji tidak akan menjalin hubungan asmara dengan gadis Buton, dan aku tidak punya alasan yang jelas untuk itu. Ya, meskipun begitu, aku mengakui 4 dari 10 di antaranya masih terlihat sedap di pandang. It

  • Ketika Adat Menentang Cinta   Bab 27

    Selama ini aku tidak pernah berinteraksi langsung dengan mereka. Lebih tepatnya aku belum mengenal Kakak Ipar ku dengan baik. Meskipun aku selalu menyetor hasil penjualan barang kepadanya selama Kakak ku berada di Ambon. Aku hampir tidak pernah berbasa – basi dengannya. Jarak antara rumah Kakak ku dan tempat tinggalku sebenarnya tidak terlala jauh. Masih bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Kebetulan satu arah dengan pasar baru, Sentani. Dia hanyalah seorang pria yang menurutku terlalu malas untuk berjalan. Itu bisa di lihat dari tubuhnya yang gempal dan perutnya yang semakin buncit. Apa jadinya jika aku memiliki tubuh yang sama dengannya. Memikirkannya saja membuatku merasa ngeri. Mereka tinggal di sebuah ruko. Jika aku tidak salah, panjang bangunannya kurang lebih 20 meter dan untuk lebarnya sendiri aku tidak begitu yaikin berapa meter! Karena semakin kebelakang, bangunannya semakin lebar. Yang jelas lebar pintu depannya mungkin sekitar 5 atau 6

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status