Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi

Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi

Oleh:  Maryam Zalina  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
24Bab
989Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Apakah kamu selalu menyerah kepada takdir? Bukankah hal semacam itu bisa kita tolak dan mudah mengubahnya?" Bara Atmaja. "Sekuat apapun kita menolak takdir, tetapi pada akhirnya kita akan melaluinya juga. Entah kapan! Saat ini, bisa saja kita menolak dan mengatakan hal itu bisa diubah. Namun esok, lusa atau nanti, bisa saja hati kita yang akan melaksanakan takdir itu." Shamita Nur Maulida. Shamita terpaksa menerima tawaran bu Sindi untuk menikah dengan anaknya—Bara Atmaja. Seseorang yang tidak pernah disukai apalagi dicintainya. Kebaikan bu Sindi selaku bosnya, membuat hati Shamita luluh begitu saja. Prilaku buruk yang dimiliki oleh Bara adalah hal yang paling ditakutkan Shamita. Namun, ternyata Sang Maha Kuasa memiliki rencana lain untuknya. Bagaimana Shamita menjalani takdirnya? Akankah ia sanggup bertahan menjadi istri bagi Bara?

Lihat lebih banyak
Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lovely Bintang
aaaaa... aku tak bisa berhenti julid sama si Bara ... lanjut thor
2023-03-02 23:48:55
1
user avatar
I Love Candy
Woaahhhh! Ceritanya bagus. Ayo semangat update, author! ......
2023-03-02 13:18:02
1
24 Bab
Terpaksa Menikah
Bagaimana rasanya menikah dengan laki-laki yang sudah diketahui keburukannya? Bahagia? Tentu saja tidak. Berharap bisa merubahnya? Jangan bermimpi. Seseorang bisa berubah karena diri mereka sendiri, bukan karena orang lain. Apalagi istri yang yang sama sekali tak pernah ia cintai sebelumnya.Dengan balutan kebaya putih dan juga hiasan siger Sunda di kepalanya, begitu juga make up tebal yang menghiasi wajahnya. Shamita yang biasa dipanggil Mita itu harus menerima kenyataan pahit jika saat ini ia harus menikah dengan Bara. Seorang anak dari keluarga Atmaja yang juga adalah atasan di tempat ia bekerja."Sah!" Suara saksi mengatakan jika ucapan ijab kabul yang diucapkan Bara, terucap sempurna hanya dengan satu tarikan napas. Emas kawin sebesar 10 gram emas menjadi pelengkap untuk mengesahkan pernikahan itu. Ya, itu adalah pernikahan Bara dan Shamita yang sudah jauh-jauh hari di persiapkan oleh kedua orang tua Bara, terutama ibunya Bara, yang sangat menginginkan anak bungsunya itu menikah.
Baca selengkapnya
Terjebak Pernikahan Toxic
"Bang Bara," ucap Shamita dengan lirih. Kaget itulah yang ia rasakan saat ini."Bara! Kamu ini apa-apaan, datang-datang nuduh istri yang nggak-nggak. Siapa yang membicarakan aib kamu? Lagipula Ibu ini Ibumu, Shamita berhak mengadu apapun jika kamu tidak memperlakukannya dengan baik." Ucapan Bu Sindi membuat Bara terdiam untuk beberapa detik."Terus saja Ibu membela menantu kesayangan Ibu itu. Ibu perlu tau, aku juga suaminya. Baik buruk dia ada di tanganku. Jadi, ibu tidak berhak ikut campur dengan pernikahan aku." Bara yang keras kepala tak pernah mau mengalah."Ada apa Bu? Loh Shamita, Bara. Sejak kapan di sini?" Pak Indra yang baru menyadari ada keributan, membuat ia harus keluar dari ruangan kerjanya."Assalamu'alaikum Pak," sapa Shamita dengan ramah. Tak lupa ia mencium tangan mertua laki-lakinya itu."Wa'alaikum salam, kalian mau apa ke sini? Bukannya harusnya kalian bulan madu dulu," ucap Pak indra sembari terkekeh."Aku kesini—""Hanya berkunjung, Pak. Iya, kami bosan di rumah
Baca selengkapnya
Hampir Menyerah
Istri mana yang mau menerima nafkah yang tidak halal dari suaminya? Tidak ada yang bisa menggambarkan kesedihan Shamita saat ini. Harusnya ia sadar, suaminya itu memang penjudi, pemabuk bahkan mungkin tak jarang ia bergumul dengan wanita-wanita bukan muhrim di luaran sana.Shamita, tidur dalam kondisi habis menangis. Ia tak tahan akan kelakuan suaminya. Haruskah ia bertahan dengan pernikahan yang tidak sehat? Pernikahan ini baru seminggu, tapi rasanya begitu lama ia rasakan. Rasanya ingin menyerah, tapi kembali lagi seorang istri hanya mampu tetap berbakti bagaimanapun sikap suami.Bara memasuki kamar yang kini sudah ada Shamita tertidur. Ia hendak mengganti pakaian. Ditatapnya wanita yang telah sah menjadi istrinya itu. Dalam hati terdalamnya sedikit ada rasa iba, kenapa wanita itu harus menanggung beban untuk menikah dengan dirinya. Seketika ia mengingat perlakuan ayahnya yang selalu saja memaksakan kehendak terhadap anak-anaknya. Termasuk untuk menikah.***Shamita terkejut, saat b
Baca selengkapnya
Dilema
Bara hanya menatap datar temannya yang bernama Agus itu. Menceritakan masalah keluarga bukanlah kebiasaanya. Meski Agus teman yang bisa dipercaya, namun saat ini ia tidak bisa bercerita mengenai istrinya."Sepetinya memang takdir itu tidak bisa dicegah, Gus." Bara akhirnya menjawab."Kenapa sih? Emang kenapa sama istri lu?" Agus semakin penasaran."Istri gue terlalu Solehah untuk gue yang bajingan," ucap Bara dengan lirih. Lagi, Agus tertawa terbahak."Bentar, bentar. Jadi, lu nikah sama ustadzah?" Agus terus saja meledek Bara."Nggak ustadzah juga, pokonya gitu deh, istri gue tuh apa-apa bawa dalil.""Pantes, lu kusut banget. Eh tapi, harusnya lu bersyukur dong, bisa dapet mutiara gitu. Cewek-cewek begitu kan inceran para akhi," ucap Agus."Gue bukan akhi, gue Bara nggak pake batu!" jawab Bara kesal.Berbicara dengan Agus, membuat Bara semakin pusing karena terus saja mendapat ledekan darinya. Minuman yang masih tersegel yang berada di sampingnya tak sempat ia buka. Dengan cepat ia k
Baca selengkapnya
Salah Lagi
"Apa?"Bara berteriak menanggapi jawaban Shamita. Tenggorokannya terasa panas karena ia sangat alergi udang. Sedikit saja terlambat minum, entah apa yang akan terjadi."Kenapa Bang? Kenapa Abang marah?" Shamita nampak ketakutan. Untuk kali ini ia tidak tau letak salahnya apa."Kamu hampir saja membunuhku!"Ucapan Bara membuat Shamita tekejut, ia bahkan tidak tau letak salahnya di mana, tapi suaminya dengan mudah mengatakan jika ia hendak membunuhnya. Sungguh tuduhan paling keji yang pernah Shamita terima dalam hidupnya."Maksud Abang apa? Bagaimana mungkin aku berniat membunuh suamiku sendiri?" Shamita tak kuasa menahan tangisnya."Aku alergi udang! Kenapa hal seperti itu saja kamu tidak tau!" Jawaban Bara semakin membuat Shamita shock, jelas ini sebuah kesalahan. Seharusnya memang ia bertanya dulu hal apa saja yang tidak disukai suaminya. Namun ia telah teledor, untung saja Bara masih bisa terselamatkan."Maafkan aku, Bang. Sungguh aku tidak tau jika Abang alergi udang." Ucapan maaf
Baca selengkapnya
Bab 6. Bara Sakit
"Abang mau apa? Apapun akan aku lakukan, asal Abang tulus memaafkan aku." Shamita berbalik, di tatapnya wajah suaminya itu dengan dalam.Bara hanya diam mendengar ucapan istrinya. Tak berniat menjawab apalagi marah. Padahal ia ingin sekali melihat perlakuan lebih dari Shamita. Namun mulutnya seperti kelu meski hanya mengucap satu kalimat. Tatapan dalam yang diberikan Shamita membuat ia ragu untuk meminta lebih."Pergilah, aku mau istirahat."Hanya itu yang akhirnya terucap dari mulut Bara. Tatapan itu membuat jantung Bara berdetak lebih keras.***Istri mana yang tak sakit saat keberadaanya sama sekali tak dibutuhkan? Meski sudah berusaha agar tak lagi menangis. Shamita tetaplah gadis rapuh yang hatinya mudah sekali terluka.Dilihatnya sekali lagi wajah suami yang kini sudah memejamkan mata itu sebelum ia benar-benar keluar dari kamar. Rasa bersalah itu terus saja datang kala ia mengingat kejadian tadi pagi."Maafkan aku, Bang," ucapnya lirih hampir tak terdengar.Dengan langkah yang
Baca selengkapnya
Bab 7. Sedikit Perubahan
Shamita menyeka air matanya dengan tangan, melihat Bara yang sudah kembali bersikap dingin, baginya adalah kabar baik. Karena artinya rasa sakitnya sudah sedikit berkurang."Abang mau apa mencari aku?" tanya Shamita ragu. Rasanya sedikit aneh saat Bara lebih memilih memanggilnya dibanding kedua orang tuanya."Kamu lupa statusmu itu apa?""Istri, tapi sayang belum pernah di sentuh," celetuk Shamita. Tangannya segera menutup mulutnya karena baru sadar jika ia salah bicara.Bara terkekeh pelan, "Jadi, mau disentuh?"Wajah Shamita bersemu merah, nampak sekali jika ia merasa malu atas godaan yang diberi oleh Bara. Sementara senyum Bara mengembang saat istrinya terlihat malu.Hati Shamita sedikit menghangat saat Bara mengajaknya bercanda. Suatu hal yang sangat mustahil dilakukan Bara, jika Bara dalam kondisi sehat.Sementara Bu Sindi dan Pak Indra nampak tersenyum di balik jendela, merasa bersyukur jika Bara saat ini sudah sedikit menunjukkan perubahan sikap yang lebih baik."Bu Shamita, bi
Baca selengkapnya
Bab 8. Kabar Irham
Semua mata menatap kepada Bara yang tiba-tiba saja menyelesaikan kegiatan sarapanya dengan cepat. Apalagi Shamita yang begitu heran, padahal Bara hanya diajak makan bersama keluarganya. Apa yang salah akan hal itu?"Bu, Pak, aku lihat Bang Bara dulu ya." Sebagai istri, Shamita merasakan perasaan yang tidak baik dalam diri Bara. Ia memang tak pernah tau masalah apa yang telah terjadi antara suaminya dan keluarganya. Bu Sindi mengangguk tanda mengerti. Ia lupa jika Bara sedikit ada masalah dengan kakak-kakaknya.Shamita mencoba mendatangi Bara ke dalam kamar. Ternyata suaminya itu sedang berdiri menatap jendela dengan tatapan yang entah kemana."Bang," panggil Shamita lembut. Bara menengok tapi ia kembali menatap ke arah jendela lagi."Kalau ada masalah, Abang boleh kok cerita," sambung Shamita."Kamu tidak perlu tau masalahku, tolong jangan ikut campur." Suara Bara datar, tapi begitu menohok di hati Shamita yang rapuh.Bahkan cara ia peduli saja, tak direspon baik oleh pria berstatus
Baca selengkapnya
Bab 9. Pesan Irham
Setelah kepulangan kedua mertuanya, Shamita kembali ke rutinitas biasa. Cucian kotor sudah menunggunya untuk segera dicuci, begitupun lantai yang berdebu sudah menunggu agar segera dibersihkan.Begitulah kehidupan ia saat ini, jika dibilang mebosankan mungkin iya. Tapi sejatinya seorang istri memang tak lepas dari pekerjaan rumah. Semua itu akan bernilai pahala jika kita ikhlas melakukanya.Tubuh kurus itu entah kenapa akhir-akhir ini terasa mudah lelah. Shamita mendudukkan tubuhnya di atas ayunan kayu yang berada di belakang rumah. Sembari meluruskan otot-otot yang terkuras karena pekerjaan yang begitu banyak, sesekali ia bermain ponselnya. Betapa terkejutnya ia saat ada pesan masuk dari seseorang yang sangat ia kenal. Tapi saat ini hampir saja ia lupakan.Ya, pesan itu dari Irham—mantan kekasih Shamita. Hampir saja Shamita lupa jika ia pernah menjalin hubungan dengannya. Selepas menikah dengan Bara, dirinya memang sengaja tak pernah lagi menghubungi Irham. Selain agar Irham tak lagi
Baca selengkapnya
Bab 10. Akhirnya
Shamita duduk termenung, ditatapnya ponsel yang berada di tangannya. Pikirannya masih bergulat antara membalas atau tidak pesan dari Irham. Hatinya mengajak, tapi otaknya menolak.Andai saja saat ini Shamita bukan istri dari Bara, sudah pasti pesan itu langsung dibalasnya. Bagaimanapun ia juga merindukan sosok Irham yang selalu ada disaat kondisi terburuknya."Sedang apa kamu?" Suara Bara tiba-tiba membuyarkan lamunan Shamita."Abang? Sejak kapan di situ?" tanya Shamita gugup."Kalau ada orang nanya itu dijawab.""Maaf Bang. Aku hanya sedang menikmati udara segar aja di sini. Abang butuh sesuatu?" Shamita bangkit dari duduknya."Bikinin aku kopi! Inget gulanya nggak usah banyak-banyak. Kopi satu sendok, gula satu sendok.""B-baik Bang."Shamita bergegas membuatkan kopi pesanan Bara. Hatinya menghangat karena baru kali ini Bara berucap sedikit lembut saat menyuruhnya.***Setelah mendengar pernikahan Shamita, Irham seolah malas untuk melakukan sesuatu. Hatinya hancur menyisakan kepinga
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status