Share

3. Salah Tanya

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-09-27 13:51:12

"Kau tidak bisa seenak hati mengganti paspor yang sudah terbit."

"Tapi di sini ada kesalahan." Elian bersikeras dan menunjukkan kartu tanda penduduknya. "Coba kau lihat ini, di sini tertulis lelaki kan?"

"Ck, inilah yang paling aku tidak suka dari kaum kalian." Petugas yang mengurusi Elian berdecak pelan. "Lain kali, kalau kau sudah operasi kelamin, urus dengan benar sebelum bikin paspor."

Elian membuka mulut sudah mau protes dengan tuduhan si pegawai pemerintahan yang melayaninya. Sayang sekali, dia harus menunda itu karena si pegawai sudah makin tidak senang melihatnya.

"Aku tidak pernah operasi ganti kelamin dan ini bukan kesalahanku," ucap Elian dengan tenang. "Jadi aku ...."

"Lalu kau menyalahkan kami?" tanya si petugas malah makin jutek.

"Bukan begitu, aku hanya ...."

"Kalau begitu kau urus saja sendiri benda ini." Si petugas kembali memotong kalimat Elian dan melempar paspornya begitu saja. "Tidak akan ada orang di sini yang mau membantu."

Elian tentu saja terkejut mendengar kalau dirinya langsung ditolak mentah-mentah. Sayangnya, dia tidak bisa pulang begitu saja kan?

"Begini saja." Elian mencoba untuk tenang. "Bagaimana kalau aku membayar untuk ...."

"Sekarang kau mau melakukan suap?" Lagi-lagi, si petugas memotong kalimat Elian. "Kau membuatku makin tidak mau mengurusimu, jadi sekarang pulang saja."

***

"Ada apa dengan mukamu? Kenapa berantakan sekali?" Seorang perempuan bertanya pada keesokan harinya.

"Ini adalah hadiah dari seseorang," jawab Sebastian dengan senyum tipis di wajah, walau pipinya terlihat bengkak. "Bisa dibilang jawaban dari proposalku."

"Proposal apa dulu?" tanya perempuan tadi dengan sebelah alis yang terangkat. "Proposal kerja atau ...."

"Aku melamar seseorang, Ariana. Melamar untuk menikah, lalu ini yang kudapat sebagai jawabannya." Sebastian menunjuki wajahnya.

"Oh, dia perempuan yang luar biasa ya." Perempuan yang dipanggil Ariana hanya bisa mengangguk pelan.

"Bukan perempuan, tapi lelaki."

Ariana yang sedang menulis itu, langsung mendongak dan melotot. Benar-benar sangat terkejut dengan apa yang Sebastian ucapkan barusan.

"Aku mungkin salah dengar." Ariana mencoba untuk berpikir positif.

"Kau tidak salah dengar, teman. Aku baru saja bilang, kalau aku melamar seseorang dengan jenis kelamin M alias Male tertulis di tanda pengenalnya," jawab Sebastian yang langsung membuat teman bicaranya terkesiap.

"Berhenti bicara tidak masuk akal."

Suara pukulan keras terdengar mengikuti kalimat barusan, dan membuat semua orang terkejut. Rupanya, Elian baru saja masuk ke dalam ruangan dan langsung memukul Sebastian dengan buku yang dia pegang.

"Hei, itu sakit." Tentu saja Sebastian akan langsung protes, sambil mengelus kepalanya yang terkena pukulan.

"Bukankah kau tipe lelaki yang suka disakiti?" tanya Elian dengan nada sarkas dan kedua alis terangkat naik.

"Terbalik, Eli. Aku itu tipe lelaki yang suka menyiksa," balas Sebastian dengan sebelah mata berkedip pelan. "Yah, walau pun masih siksaan yang ringan-ringan saja."

"Oke baiklah." Ariana mengangkat kedua tangan. "Aku tidak mau terlibat dengan percintaan konyol kalian."

"Kau barusan bilang apa?" tanya Elian dengan mata melotot. "Siapa yang kau bilang main cinta-cintaan?"

Sayangnya, Ariana memilih untuk mengedikkan bahu saja sebagai jawaban. Dia benar-benar tidak mau mencampuri apa pun hubungan dua orang di depannya, karena harus kembali bekerja.

"Hei Ari, apa kau tidak mau bilang sesuatu?" Kini Elian mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Bilang apa?" Ariana malah balik bertanya.

"Tentang pasporku," hardik Elian terlihat kesal. "Kau mengubah gender-ku dengan sembarangan dan bikin aku susah waktu di bandara."

"Masa sih?" Ariana malah kembali mengedikkan bahu, pura-pura tidak tahu. "Perasaan aku cuma suruh buat sesuai dengan seharusnya saja deh. Lagi pula, berkasnya semua darimu kan? Aku cuma membantu karena waktu itu kau lagi sakit dan tidak bisa bergerak."

Elian menggeram kesal. Yang dia dengar barusan itu memang benar, tapi tidak mungkin kan kalau ada yang berubah begitu saja.

"Sudahlah. Aku mau kerja lagi, jadi kalian jangan ganggu." Ariana dengan cepat memberi batasan yang tidak mungkin Elian langgar.

Sementara Elian hanya bisa misuh-misuh saja, Sebastian memilih untuk melihat Elian dengan tatapan penasaran. Biar bagaimana, dia masih tertarik dengan rekan kerjanya itu.

"Hei Eli, aku mau tanya." Sebastian tiba-tiba saja bersuara, tepat ketika pintu ruangan terbuka dan beberapa orang masuk.

"Apa lagi yang kau mau tanya?" hardik Elian dengan mata melotot. "Kalau yang aneh-aneh, aku pukul kau."

"Menurutku sih ini bukan hal aneh, jadi aku tanya saja ya." Sebastian memperbaiki duduknya, agar dia bisa melihat lawan bicara yang duduk di sampingnya dengan baik.

"Aku ini kan tampan, terkenal dan banyak uang." Sebastian mulai bicara dengan kening berkerut. "Jadi, kenapa kau tidak mau menikah atau jadi pacarku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   11. Pasangan Menjijikkan

    Mata Elian tampak membesar, dengar rahang yang mengetat karena dia menggertakkan gigi dengan keras. Belum lagi kedua tangan yang mengepal erat, walau salah satunya memegang pulpen. Mata besar itu, kemudian melirik benda yang teronggok di atas mejanya. Sebatang cokelat yang sudah dimakan setengahnya dan tentu saja itu adalah pemberian Sebastian tadi. "Dasar sialan," desis Elian pelan. "Kenapa juga pada akhirnya aku terima benda sialan ini," lanjutnya malah mendorong batangan cokelat itu menjauh darinya. "Maaf, tapi apa ada yang salah?" Elian mendongak menatap perempuan yang memegang map di depannya. Hal yang membuatnya sadar kalau sekarang dia sedang bekerja dengan serius. "Tidak ada." Elian berdehem pelan, seraya menyugar pelan rambut super pendeknya. "Aku hanya menggerutu karena kesalahanku sendiri." "Memangnya Eli bisa bikin kesalahan?" tanya perempuan tadi dengan senyum tertahan. "Selain bos Ariana, kau itu masih termasuk orang yang perfeksionis loh. Tapi rambut yang sed

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   10. Berikan Semua Hartamu

    "Hei, jangan cemberut begitu dong," ucap Sebastian menengok ke arah kursi penumpang di sebelahnya. "Bukan aku loh yang bikin kau di-cancel sama taksi online sampai berulang kali." Elian yang duduk di kursi penumpang itu mendengus keras. Dia benar-benar tidak habis pikir, dengan aplikasi taksi online yang sejak tadi tidak mau menerima orderannya. Sudah lima kali cancel dari dua aplikasi yang berbeda dan sekarang dia mau tidak mau menerima tawaran menumpang Sebastian. "Apa ada yang eror dengan aplikasinya ya?" gumam Elian menatap ponselnya dengan kening berkerut, mencoba melihat apa yang salah. "Mau eror atau bukan, kau jadi menghemat ongkos kan?" tanya Sebastian yang sekarang lebih fokus pada jalanan di depannya. "Bonusnya, aku sekarang akan tahu kau tinggal di mana." "Kalau begitu, turunkan saja aku di sini." Elian langsung mengambil keputusan secepat kilat, bahkan langsung melepas sabuk pengaman yang dia pakai. "Loh, bukannya rumahmu masih jauh?" tanya Sebastian terlihat b

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   9. Sopir Pribadi

    Elian menatap selembar foto yang terlihat lusuh. Sebagian dari foto itu sudah terbakar, tapi dia tahu siapa yang ada dalam foto itu. Hal yang membuat Elian menatap foto yang sudah nyaris tidak terlihat apa pun itu dengan sendu. "Kau datang lebih cepat ya." "Akhirnya kau datang juga." Elian dengan cepat menyimpan foto lusuh itu ke dalam tas laptop-nya. "Aku sudah pegal menunggumu, Ariana." "Mungkin kau yang aneh." Ariana tentu saja akan protes. "Ini adalah kantormu juga dan kau ada ruangan sendiri, jadi kenapa malah menunggu di lobi dan sambil berdiri menatap barang lusuh tidak jelas?" "Itu tadi barang berharga untukku," jawab Elian mengikuti langkah atasannya dengan santai. "Lagi pula, aku langsung ke sini dan tidak pulang ke rumah. Aku tidak bawa kunci ruanganmu." "Kau tidak bawa kunci ruanganku?" tanya Ariana yang segera menoleh menatap Elian dengan sebelah alis terangkat, sebelum naik lift. "Apa kau yakin kau itu asistenku?" "Aku asistenmu, tapi aku tidak ada uang lagi u

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   8. Berhenti Berbohong

    Elian menatap lelaki yang duduk di sebelahnya dengan kening berkerut. Itu sudah dia lakukan agak lama, sampai Sebastian jadi ikut mengerutkan kening. Biar bagaimana, adu tatap itu rasanya tidak nyaman. "Maaf menunggu lama." Tiba-tiba saja Pierre muncul dan membuat dua orang yang saling tatap itu langsung menoleh. Lebih tepatnya, Elian yang langsung menoleh dan itu membuat Sebastian tersenyum. "Apa aku mengganggu?" tanya Pierre dengan kedua alis yang terangkat. "Sama sekali tidak." Elian dengan cepat menggeleng dan langsung beranjak dari duduknya. "Kenapa kau malah berdiri?" tanya Sebastian dengan sebelah alis yang terangkat. "Tadinya aku mau bermalam, tapi sepertinya tidak bisa." Elian menjelaskan pada pemilik rumah. "Aku harus pulang dan kerja lagi." "Oh, sayang sekali." Pierre langsung terlihat kecewa. "Padahal aku mau ngobrol lama denganmu." "Kalau kau buru-buru pulang karena aku." Tiba-tiba saja Sebastian ikut berdiri. "Biar aku saja yang pulang." "Ini tidak ada

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   7. Bukan Rahasia

    [Sebastian Leclerc: Boleh aku nyusul ke sana?][Sebastian Leclerc: Karena kau lama tidak menjawab, aku anggap itu iya.]Elian menggenggam erat ponselnya. Bahkan dia melakukan itu dengan dua tangan, seolah mau membelah benda persegi panjang dan pipih itu jadi dua bagian. Tapi, itu jelas percuma.Sebastian sudah terlihat berjalan melintasi padang, dengan latar belakang helikopter. Rambut pendek lelaki itu bahkan ikut tertiup angin dari baling-baling."Bonjour," sapa Sebastian dengan senyum lebar. "Aku harap aku tidak mengganggu.""Tentu saja tidak." Pierre tentu akan menggeleng, bahkan menyambut Sebastian yang baru datang itu dengan tangan terbuka. "Apa kau pacarnya Elian.""Bukan.""Oh, senang disebut begitu."Balasan dari Elian dan Sebastian datang nyaris bersamaan. Membuat si tua Pierre sedikit bingung, bahkan melirik dua orang muda di depannya secara bergantian."Mungkin kita semua harus duduk dulu." Pada akhirnya, Pierre memutuskan untuk menjamu Sebastian juga. "Kebetulan

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   6. Malaikat Penolong

    "Aku mau cuti." Elian mengatakan hal itu dengan ponsel yang menempel di telinga."Kau bilang apa?" Suara teriakan yang cukup keras, terdengar dari ponsel."Aku mau mengambil cuti, Ariana." Elian memperjelas apa yang dia ucapkan tadi. "Setelah dua tahun lebih bekerja tanpa cuti, sekarang aku mau cuti.""Tapi tidak lama kan?" tanya Ariana terdengar agak panik."Hanya satu atau dua hari saja. Belum pasti, tapi tidak lama dan maaf karena tiba-tiba." Elian tidak lupa menambah kata maaf itu. "Aku butuh waktu sendiri.""Ya sudahlah." Suara embusan napas terdengar cukup keras dari sambungan telepon. "Tapi aku beneran tidak bisa memberi cuti lama, karena belakangan ini aku gampang sekali capek.""Itu karena hormon ibu hamil dan aku bisa mengerti." Elian mengangguk pelan. "Aku usahakan semua selesai paling lama dua hari.""Oh, jangan lupa kasih tahu aku kau mau ke mana." Ariana menambahkan sebelum menutup telepon. "Siapa tahu aku tiba-tiba perlu bantuanmu, jadi bisa langsung kirim heli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status