Share

Bab 6

Author: Noona_SV
last update Last Updated: 2025-10-21 22:11:18

Aula utama Gala Amal VaC Corporation & Hamesworth Group berpendar dalam cahaya kristal keemasan. Langit-langitnya menjulang tinggi, dihiasi lampu gantung raksasa yang memantulkan bias lembut ke seluruh ruangan. Malam itu, acara penggalangan dana untuk anak-anak korban perang di Marawi digelar—malam eksklusif yang hanya dihadiri kalangan elite Geneva dan para pemilik nama besar.

Alea datang lebih awal, mengenakan gaun hitam sederhana. Ia membawa baki kristal berisi barang lelang milik keluarga Morgan, berjalan dengan tenang melewati lorong kaca yang berembus udara dingin dari pendingin ruangan. Namun langkahnya terhenti ketika telinganya menangkap suara samar dari balik pintu kaca buram bertuliskan Restricted – Board Access Only.

Suara itu... milik Ethan Vale. Dan bersamanya—tawa orang-orang yang dulu menyebut Alea bagian dari keluarga mereka.

“Akhirnya Serena kembali,” ujar seseorang dengan nada lega.

“Antara Serena dan Alea? Yang satu pewaris Morgan, yang satu mantan asisten yang terlalu percaya diri. Mana yang kau pilih? Jelas, kau tidak mungkin memilih yang nggak seharusnya kan,” sahut yang lain, disambut derai tawa kecil.

Lalu suara Ethan terdengar. Dingin, tajam, seperti bilah pisau yang diasah sempurna.

“Alea wanita baik. Tapi dia bukan Serenaku, selama ini… aku hanya menganggapnya sebagai pengisi kekosonganku. Aku pikir, dia bisa menggantikan Kakaknya. Tapi ternyata? Dia tidak punya semua itu.”

Tubuh Alea menegang.

Kata-kata itu menembus kulit, menghantam lurus ke dada.

Menggantikan kehilangan, mengisi kekosongan.

Jadi, ia hanyalah pengganti untuk kehadiran Kakaknya yang tiba-tiba menikah?

“Astaga! Tapi, apa kau tidak takut kalau mungkin saja dia marah setelah tahu, bahwa kau ada dibalik musibah keguguran yang dia alami. Aku harap, kau sudah bisa tangani itu.”

“Tentu saja. Lagipula, itu sudah berlalu,” jawab Ethan datar. “Aku tak pernah berencana punya anak darinya. Aku sudah pastikan itu. Dan soal kemarahan? Sejak kapan dia bisa marah padaku?”

Tangan Alea yang memegang baki membeku.

Obat putih kecil yang dulu dipaksa Ethan agar ia minum, yang katanya vitamin kini seperti sebuah duri yang mengoyak kerongkongannya.

Dulu dia tidak pernah berpikir kalau itu obat lain, selain Vitamin yang dikatakan Ethan. Dan sekarang, semuanya terbuka. Itu bukan vitamin. Itu pencegah kehamilan.

Dan bodohnya, ketika keguguran dulu.. dia merasa bersalah yang begitu besar pada Ethan, karena tidak bisa menjaga anaknya.

“Tuhan. Apalagi ini, sakit apalagi yang masih kurang menusuk kedalam jiwaku?”

Dunia di sekelilingnya terasa berputar.

Ia memutar badan, berniat pergi sebelum suara itu merobeknya lebih dalam. Tapi langkahnya terhenti ketika ponselnya bergetar.

[Ethan Vale: Bawa berkasnya ke lantai dua. Sekarang. Jangan main-main, ini bukan tempat membuat masalah]

Alea menatap layar itu lama.

Senyum getir muncul di ujung bibir. Bahkan kini, ia masih dianggap bawahan, meski dia sempat dibuang dan dianggap sampah.

Pantulan dirinya di kaca lorong tampak asing, matanya sedikit sembab, bibir pucat, dan gaun hitam yang kini lebih mirip pakaian duka.

“Baiklah,” bisiknya pelan. “Kalau ini permainan terakhir, aku yang menutup tirainya.”

Alea berjalan ke arah kamar mandi, lalu mematut sedikit dirinya. Memoleskan lipstik warna nude pada bibirnya dan juga menyapukan beda, agar terlihat sedikit lebih segar.

---

Aula lelang sudah penuh ketika ia masuk.

Lampu berkilau, kamera berderet, dan gemerlap perhiasan memantul di setiap permukaan. Namun bagi Alea, semua itu tak ubahnya ruangan dingin tanpa jiwa.

Beberapa menit kemudian, Ethan muncul menggandeng Serena. Ia sedikit tertegun melihat Alea, namun segera ia tepis.

Senyumnya tampak profesional, namun genggaman tangannya di lengan Serena terasa seperti sebuah deklarasi kepemilikan.

“Alea, kau di sini juga rupanya.”

Nada suaranya datar, seolah mereka sedang membahas jadwal rapat.

Seorang reporter langsung menodong mikrofon.

“Tuan Vale, benarkah Nona Alea mengundurkan diri hari ini?”

Sebelum Ethan sempat menjawab, Alea melangkah maju.

“Benar. Masa kontrak saya sudah berakhir. Dan ini hari terakhir saya bekerja.”

“Tapi bukannya kalian..”

“Itu hanya rumor tidak mendasar. Kami tidak ada hubungan pribadi, selain asisten dan juga bossnya,” sela Alea dengan cepat dan tenang.

Bisik-bisik bertebaran di antara tamu. Ada yang tidak percaya dengan penuturan Alea, namun ada yang juga tidak menanggapi apapun.

“Lalu, setelah ini, apa anda sudah ada planning untuk bekerja dimana?” tanya salah seorang reporter.

“Tentu saja. Saya sudah mendapatkan tempat baru, dan mulai besok, saya bekerja sama dengan Crestwood Group.”

Rahang Ethan menegang. Ia tidia tahu apa maksud Alea membuat berita semacam ini. Bagaimana dengan santainya gadis itu mengaku, kalau dia bekerja untuk Crestwood, sementara selama ini Alea Tidka pernah keluar dari perusahaannya dan ruang lingkup hidupnya.

Seorang wartawan lain menimpali cepat:

“Lalu cincin pasangan itu? Masih Anda simpan?”

Alea mengangkat tangan, jari manisnya kosong.

“Apakah Anda melihatnya di sini? Lagipula, itu hanya cincin pasaran. Bukan cincin pasangan.”

Seketika ruangan terasa hening. Kilatan kamera semakin menyilaukan, seakan penuturan dan tingkah Alea ini sesuatu yang layak untuk di sorot.

“Lalu, bagaimana dengan rumor kalau anda istri rahasia dari boss anda sendiri? Bukankah kalian di rumorkan memiliki hubungan spesial.”

Wajah Ethan mengeras. Sorot matanya seakan ingin menelan Alea hidup-hidup , andai wanita itu bertingkah dan membuatnya malu. Namun alih-alih menjawab seperti yang ditakutkan Ethan, Alea justru melirik tas kecilnya, lalu menarik map perak dan menyerahkannya pada wartawan terdekat.

“Saya tahu kalau kalian akan mempertanyakan hal ini, karena rumor itu sudah sangat mengganggu,” sahut Alea dengan santai. “Ini salinan dokumen dari Pengadilan Lyones. Tidak ada catatan pernikahan antara Ethan Vale dan Alea Morgan. Hubungan kami sudah berakhir secara hukum pekerjaan, bukan hukum pernikahan atau hubungan apapun.”

Diam-diam tangan Ethan terkepal. Ada rasa yang tidak bisa ia katakan dan jelaskan, namun yang pasti… ada rasa tidak terima disana.

Bel gala berbunyi—tanda lelang utama akan dimulai dan pembicaraan mereka terhenti.

Alea menoleh sekali lagi. Tatapan Ethan penuh amarah dan kebingungan.

Ia tersenyum tipis. Seakan mengatakan.

“Kalau kau menyembunyikanku dan membungkuk dengan sadar, maka aku tidak akan mengakui apapun yang berkaitan diantara kita.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 7

    Alea melangkah menjauh dari kerumunan reporter, membiarkan para tamu kembali pada percakapan gala dan kilatan kamera yang terus menyala.Lorong remang di sisi aula menjadi tempat paling tenang setelah lelang berakhir. Alea hendak mengambil napas tenang saat melihat seseorang berdiri di ujung lorong.Serena.Senyumnya tidak lagi manis dan anggun seperti di depan kamera. Senyum itu dingin, tipis, membuat udara di lorong terasa lebih sempit.“Seharusnya malam ini menjadi milikku, Alea,” ucap Serena pelan. “Tapi kau justru menarik perhatian semua orang. Seolah aku tidak ada.”Alea menahan napas. “Apa maumu?"“Aku hanya ingin menempatkanmu kembali di tempat yang semestinya.”Tanpa peringatan, Serena menangkap pergelangan tangan Alea dan menariknya mendekat. Gerakannya begitu cepat hingga Alea kehilangan keseimbangan. Namun sebelum Alea sempat menolak... Serena menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai.Suara tubuhnya membentur marmer memecah keheningan.Alea terbelalak.“Apa yang kau—”Belum s

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 6

    Aula utama Gala Amal VaC Corporation & Hamesworth Group berpendar dalam cahaya kristal keemasan. Langit-langitnya menjulang tinggi, dihiasi lampu gantung raksasa yang memantulkan bias lembut ke seluruh ruangan. Malam itu, acara penggalangan dana untuk anak-anak korban perang di Marawi digelar—malam eksklusif yang hanya dihadiri kalangan elite Geneva dan para pemilik nama besar. Alea datang lebih awal, mengenakan gaun hitam sederhana. Ia membawa baki kristal berisi barang lelang milik keluarga Morgan, berjalan dengan tenang melewati lorong kaca yang berembus udara dingin dari pendingin ruangan. Namun langkahnya terhenti ketika telinganya menangkap suara samar dari balik pintu kaca buram bertuliskan Restricted – Board Access Only. Suara itu... milik Ethan Vale. Dan bersamanya—tawa orang-orang yang dulu menyebut Alea bagian dari keluarga mereka. “Akhirnya Serena kembali,” ujar seseorang dengan nada lega. “Antara Serena dan Alea? Yang satu pewaris Morgan, yang satu mantan asisten yan

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 5

    Keesokan harinya, begitu Alea tiba di kantor pusat Hamesworth Group, suasana terasa berbeda.Ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, seolah udara di tempat itu memberi peringatan bahwa segalanya sudah berubah.Beberapa karyawan yang biasanya menyapa kini hanya menunduk, pura-pura sibuk dengan layar komputer.Lobi yang biasanya riuh kini terasa seperti ruang tunggu tanpa jiwa.Dan kemudian, suara seseorang terdengar memanggilnya dari ruangan direktur.“Alea.”Nada datar tanpa kehangatan sedikit pun.Alea menoleh, mendapati Ethan Vale berdiri di depan pintu ruangannya.Sikapnya kaku, dingin—seolah mereka hanyalah atasan dan bawahan yang tidak pernah saling mengenal.Tangannya menegang di sisi tubuh, namun ia tetap melangkah mendekat, mengikuti perintah yang tak diucapkan.Saat Alea masuk, Ethan bahkan tidak menoleh.Matanya terpaku pada layar ponsel, jarinya bergerak cepat, sementara Alea berdiri di ambang pintu seperti pesakitan yang menunggu vonis.“Tutup pintunya,” katanya akhirny

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 4

    Mobil yang dikemudikan Alea terus membelah jalanan malam, dengan air mata yang mulai menetes meski sebelumnya ia sudah yakin kalau hatinya itu sudah mulai kebas."Nggak, kamu nggak boleh lemah, Alea."Getir! itu yang dirasakan Alea, setelah tahu kenyataan bahwa suaminya dan keluarganya sendiri tidak menginginkannya. dan itu karena Serena.Ya, Serena.Kakak yang tertukar dengannya sejak lahir.Gadis yang selalu mendapatkan semua yang seharusnya menjadi milik Alea—kasih sayang, kemewahan, bahkan pria yang ia cintai.Masih jelas dalam ingatan Alea, dua bulan setelah kebenaran pertukaran bayi terungkap, Alea “dikembalikan” ke keluarga Morgan seperti barang hilang.Namun sambutan yang datang hanyalah dingin dan perhitungan.“Kami tak bisa menyingkirkan Serena,” ujar sang ayah waktu itu. “Dia sudah menjadi bagian keluarga ini selama dua puluh lima tahun. Kau? Kau hanya kebetulan berdarah sama, dan kembali di saat yang tidak tepat.”Alea menunduk waktu itu, menahan perih yang menyesakkan da

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 3

    Bau obat dan disinfektan memenuhi udara. Ruangan itu putih, sunyi, hanya suara mesin monitor yang berdetak pelan di sisi tempat tidur.Alea membuka mata perlahan. Cahaya dari jendela menyilaukan pandangannya yang masih kabur. Tubuhnya terasa berat, setiap tarikan napas seperti menarik jarum di dada.Selang infus tertancap di tangannya. Luka di bibirnya belum kering, dan pipinya masih membengkak akibat tamparan hari itu.Suara langkah kaki terdengar dari arah pintu. Pelan, tapi pasti mendekat.Ketika pintu terbuka, napas Alea tercekat.Sosok itu berdiri di ambang pintu, mengenakan jas hitam dan kemeja putih rapi.Ethan.Tatapan Alea membeku. Ia ingin marah, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk sekadar mengangkat tangan.Ethan mendekat, wajahnya datar tapi suaranya dibuat lembut—terlalu lembut untuk jadi tulus. “Alea…” suaranya rendah. “Aku baru tahu kau benar-benar diculik.”Alea menatapnya lama, suaranya nyaris tak keluar. “Baru tahu?”Ethan menarik kursi dan duduk di samping ranjang.

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 2

    Alea melangkah keluar dari rumah keluarga Morgan tanpa menoleh ke belakang. Malam sudah larut, udara di kota Volka menusuk dingin. Di bawah sinar lampu jalan yang redup, bayangan tubuhnya tampak rapuh namun tegar. Ia masuk ke dalam mobilnya, menutup pintu perlahan, lalu duduk diam cukup lama. Tangannya memegang setir, tapi matanya menatap kosong ke depan. Tidak ada air mata, tidak ada amarah. Hanya kehampaan yang begitu kental hingga membuat napas terasa berat. Ia menyalakan mesin. Suara mobil memecah kesunyian malam, membawa dirinya menjauh dari rumah yang tidak lagi pantas disebut rumah. Selama perjalanan, lampu-lampu kota memantul di kaca depan. Setiap kilau seperti bayangan masa lalu yang datang silih berganti—menyisakan luka yang belum kering tapi juga sudah terlalu lama untuk disembuhkan. Tidak ada lagi air mata. Sudah habis. Yang tersisa hanyalah rasa sesak di dada yang tak bisa dijelaskan. Alea menatap sekilas pantulan wajahnya di spion. Wajah itu tampak asing.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status