Share

Bab 50

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-07-04 13:21:26

"Aku tidak mau!"

Baik Raina maupun Erina sama-sama terkesiap dengan ucapan Amar. Sementara Amar malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Amar.." Erina menegur.

"Kenapa, ma?" Dinginnya mata Amar menatap Erina. "Apa ingin mengulang kisah pernikahan kami kembali?"

"Sayang.." Erina melunak mencoba menjelaskan maksudnya. Mungkin Amar merasa tersinggung, seolah-olah dia memaksa Raina untuk kembali kepada anaknya.

Padahal, Erina hanya ingin mengingatkan pada Raina tentang perjuangan Amar dulu.

"Sudahlah, ma. Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak mencintaiku." Tegas Amar. Dia lalu beralih ke kamar. Langkah kesalnya diikuti Amara yang dari tadi menyimak percakapan orang dewasa.

Erina sendiri mengelus dadanya. "Apa lagi yang harus aku lakukan?" Ucapnya Frustasi.

Raina sendiri masih terdiam di tempatnya.

Amar menolaknya, benarkah itu yang terjadi barusan?

P
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pravita Dian
lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 60

    Raina bolak balik mencoba untuk tidur. Sudah memejamkan mata tapi mimpi tak kunjung juga datang. Sesak sekali rasanya. Kepalanya jadi sakit karena tidak bisa tidur begini.Sementara disisinya begitu kosong dan dingin. Amar belum pulang sejak tadi.Raina bangkit dan terduduk. Ia menyugar rambutnya ke belakang lalu mengusap wajahnya.Penyesalan terbit di hatinya. Kenapa ia begitu kasar tadi kepada suaminya. Amar hanya ingin mendekat. Ingin mencoba untuk kembali berbaikan dan berdamai dengan hati Raina. Tapi, hati ini begitu keras. Padahal Amar sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan hati Raina.Raina menoleh ke kotak beludru yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Sungguh dia penasaran atas isinya."Apa buka saja?" Tanyanya dalam hati.Raina membuka kotak beludru itu dan matanya membulat ketika melihat isinya.Sebuah cincin bertahta permata kecil diatasnya. Sangat sederhana tapi begitu cantik.

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 59

    Amara berlari kesana kemari mengitari hotel dari lobi hingga restoran. Dia lalu menghentikan langkah kakinya ketika melihat kolam renang yang tampak sepi itu. Hari menunjukkan pukul 2 siang. Jadi wajar jika tak ada yang berenang di tengah matahari yang mulai turun ini.Mengikuti keinginan Amara, Amar berenang bersama si kecil. Mereka memakai pakaian renang yang memang sudah disediakan. Tak lupa dengan pelampung angsa yang akan ditunggangi Amara.Amar sendiri memilih tidak memakai baju atasan. Dia hanya memakai celana panjang saja. Amara sendiri sudah memakai baju renang.Keduanya menikmati percikan air sambil menunggu Raina, terlebih Amar mengajari Amara berenang. Mereka tertawa bersama.Namun baru saja menikmati kolam renang yang serasa milik berdua, tiba-tiba banyak pengunjung yang ikut berenang bersama mereka berdua. Terlebih ada beberapa perempuan muda yang ikut menceburkan diri ke dalam kolam.Melihat kondisi yang mula

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 58

    Senin sampai Jum'at bekerja maka weekend Amar milik keluarganya seutuhnya. Tak ada lagi Amar yang gila kerja atau selalu mencari alasan untuk meninggalkan rumah.Secepat mungkin dia selalu pulang, menjemput kekasih hatinya dan menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya.Tiada hari minggu yang dilewatkan tanpa pergi keluar. Ah, ini seperti balas dendam karena Amara selama ini tak mengenal apa itu dunia luar, bagaimana serunya bermain di wahana permainan anak-anak, berinteraksi dengan teman sebayanya serta membeli mainan yang disukainya."Mas.. ini kamar bukan toko mainan."Amar terkeleh geli. "Iya tahu..""Baru minggu kemarin Amara beli mainan.." protes Raina.Tapi Amar dan Amara terlihat tak perduli sampai Raina harus geleng-geleng kepala. Jika keduanya sudah bersama maka tak ada yang bisa mencegahnya.Mainan sudah bertumpuk di kamar Amara. Lebih mirip toko mainan dibanding kamar tidur.Buk

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 57

    Raina menggigil kedinginan. Angin laut ini begitu dingin menusuk hingga ke tulangnya. Padahal tadinya Amar ingin mengajak istrinya itu berwisata tapi diurungkan niatnya.Mereka pun memutuskan untuk pulang."Aku sudah memesan jeruk hangat untukmu." Amar memberikan segelas jeruk hangat untuk istrinya."Minumlah dulu.""Terima kasih." Dengan perlahan Raina menyesap jeruk hangat itu."Apa lagi yang terasa?"Raina menggeleng. "Cuma mau flu aja kayaknya, mas.""Ya sudah istirahatlah."Raina berbaring diikuti oleh Amar disampingnya."Jam berapa kita pulang besok, mas?" Tanya Raina sambil merebahkan dirinya."Agak siang aja." Amar sibuk memperhatikan gambar dari galeri ponselnya. Raina mengernyitkan dahinya. Ternyata Amara yang sedang mengalihkan perhatian Amar darinya."Gak kerasa dia udah tiga tahun."Raina tersenyum. "Bena

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 56

    "Hah?"Raina terperangah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Amar."Iya, Pacaran." Ucap Amar lagi dengan penuh penekanan.Amar menggenggam erat tangan Raina dan kembali membimbingnya berjalan di sepanjang bibir pantai."Cepet banget." Gumam Raina.Padahal belum ada satu jam mereka memutuskan untuk mengulang semuanya dari awal dengan berteman. Tapi tiba-tiba Amar menaikan status mereka."Bukannya dosa ya kalau pacaran sambil pegang-pegang tangan?" Jebak Raina."Kita kan pacaran halal. Pacaran setelah menikah." Amar mengulum senyumnya.Raina memalingkan wajahnya. Dia tersipu. Terserahlah Amar mau menganggap status mereka apa. Raina terima saja. Yang penting Amar senang.Amar lalu membawa Raina duduk di bawah pohon tak jauh dari bibir pantai. Menikmati sinar matahari yang mulai meninggi. Ada untungnya tak mengajak Amara, jadi mereka bisa mengambil waktu untuk berdu

  • Malam Pertama Di Hari Perpisahan   Bab 55

    "Aku mau keluar!!" Raina memakai hijab dan mengambil tasnya. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu kamar."Raina.." tegur Amar. "Tadi kamu bilang mau istirahat.""Aku mau cari udara segar.""Tunggu. Aku ikut." Amar segera bangun dari tempat tidur."Nggak usah. Aku mau pergi sendiri." Ketus Raina"Raina.." tegur Amar lembut. Ia tahu kalau suasana hati istrinya sedang tidak baik.Raina berbalik menatap Amar yang juga menatapnya. Ada rasa marah di balik tatapan mata itu. Emosi membuncah di dada Raina. Sebenarnya Amar tahu tidak sih kalau dia sedang kesal saat ini."Aku tahu kamu marah. Tidak baik kamu keluar dalam keadaan seperti itu." Amar menasihati."Aku benci padamu." Ucap Raina. Dia lalu keluar dan membanting pintu agak keras.Tersentak Amar karena ucapan Raina. Sakit sekali rasanya. Kata benci itu keluar juga dari mulut manisnya.Amar terduduk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status