Beranda / Mafia / Mantan Kakak Tiri / Bab 4 Kamu Membunuh Orang

Share

Bab 4 Kamu Membunuh Orang

Penulis: Silentia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-19 16:06:45

Malam itu, hujan turun deras.

Langit bergemuruh, memantulkan cahaya petir di jendela besar rumah keluarga Morreti. Semua lampu di ruang bawah menyala terang, tapi rumah itu terasa lebih menyeramkan daripada gelap.

Elara turun pelan dari kamarnya, menggenggam sweater di tubuhnya. Ia takut petir dan ia butuh Damian. Suara keras, seperti benda pecah terdengar dari ruang kerja ayah tirinya. Ia berhenti di tangga, jantung berdegup cepat.

Biasanya, suara seperti itu artinya satu hal, Damian sedang marah dan setiap kali Damian marah, semua orang di rumah itu memilih diam. Semua takut dengan kemarahan Damian.

Malam ini berbeda..Ada teriakan suara pria lain. Suara yang bukan berasal dari keluarga Morreti.

Elara menelan ludah.

Naluri menyuruhnya kembali ke kamar, tapi rasa penasaran dan entah kenapa, juga kekhawatiran mendorong langkahnya maju. Ia berjalan mendekati ruang kerja di ujung koridor. Pintu kayu besar itu sedikit terbuka. Ruang kerja ayah tirinya yang hampir tak pernah ia datangi selama ia tinggal di rumah Morreti.

Dari celah sempit, Elara melihat segalanya.

Damian berdiri di tengah ruangan, mengenakan kemeja hitam yang sebagian terbuka di dada. Lengan bajunya tergulung, memperlihatkan urat dan otot yang menegang. Di depannya, seorang pria bertubuh besar berlutut dengan wajah babak belur, darah mengalir dari pelipisnya menodai karpet marun.

“Damian, aku sudah bilang, aku tidak....” Suara pria itu berhenti dengan dentuman keras ketika Damian menendang dadanya.

“Jangan bohong padaku!” Suara Damian berat, tenang, tapi dinginnya menembus udara seperti bilah baja. “Tidak ada yang mencuri uang ayahku tanpa izin, apalagi pengawal pribadinya sendiri.”

“Damian, cukup!” suara lain datang, ayah tirinya, Giovanni Morreti, namun tidak terdengar seperti perintah. Lebih seperti kebiasaan formalitas karena ia tidak benar-benar bermaksud menghentikan anaknya.

Damian menoleh sebentar, lalu menatap kembali pria di depannya. “Ayah, kamu tahu apa yang terjadi pada pengkhianat.”

Ia meraih sesuatu dari meja, pistol hitam, dingin dan mengilap di bawah lampu gantung kristal.

Elara menahan napas. Tangannya mencengkeram kusen pintu begitu kuat hingga buku jarinya memutih.

Damian menunduk sedikit, menatap pria yang kini menangis ketakutan. “Jika kamu berpikir bisa lari dari keluarga Morreti, kamu seharusnya tahu aku bukan orang yang percaya pada maaf.”

“Damian, jangan....” suara itu lirih, bukan dari Giovanni, tapi dari Elara sendiri. Ia bahkan tidak sadar telah mengucapkannya.

Namun Damian mendengarnya.

Mata kelam itu menoleh ke arah pintu, ke arah tempat Elara berdiri.

Waktu seakan berhenti.

Tatapan mereka bertemu, tatapan yang tak akan pernah Elara lupakan seumur hidupnya. Tatapan seseorang yang berada di antara dua dunia, manusia dan monster.

Lalu suara letusan terdengar.

Panas, keras, dan memekakkan.

Elara menjerit, menutup mulutnya dengan tangan. Tubuh pria itu jatuh ke lantai dengan bunyi berat, darah mengalir cepat di karpet. Damian tetap berdiri di tempat, wajahnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia lakukan hanyalah rutinitas biasa.

Ayah tirinya menghela napas pendek, lalu berkata datar, “Bersihkan semuanya sebelum jam dua.”

Lalu pergi begitu saja.

Elara memundurkan tubuh, lututnya gemetar tapi sebelum ia bisa kabur, Damian bergerak cepat. Ia membuka pintu, menatap Elara yang berdiri di sana dengan wajah pucat pasi.

“Elara.” Suara itu dalam dan pelan, tapi membuat gadis itu membeku.

“Kamu membunuh orang, Damian!" Tangis Elara tak terbendung, ia sungguh takut.

Damian menatapnya lama.

Lalu perlahan, ia menurunkan pistolnya, meletakkannya di meja sembarang, dan melangkah lebih dekat dihadapan Elara tapi setiap langkahnya membuat Elara mundur. “Dengar,” katanya rendah. “Kamu tidak boleh cerita pada siapa pun tentang ini.”

Elara menggeleng cepat, air mata mengalir di pipinya. “Kamu membunuhnya! Kamu membunuh.”

Damian menatapnya, rahangnya mengeras tapi di balik sorot mata dingin itu, ada sesuatu, seperti rasa bersalah yang ditahan paksa karena melihat Elara ketakutan sampai menangis seperti itu. “Dia pengkhianat, Elara. Dalam dunia kami, itu artinya mati.”

“Dunia kalian?” Elara berbisik. Ia melihat sekeliling, melihat banyak pistol dan senjata. "Mafia?" Ia mengambil kesimpulan itu karena pernah melihat film tentang Mafia saat ia dan ibunya tinggal di rumah kecil.

Damian terdiam sesaat. Lalu dengan nada yang sangat pelan, ia menjawab, “Selamat datang di keluarga Morreti. Semua yang kamu lihat hari ini adalah bagian dari kami.”

Elara mundur, suaranya nyaris tak keluar. “Kamu benar seorang mafia?”

Damian tidak menjawab. Hanya menatapnya dalam-dalam, seolah jawaban itu sudah jelas tanpa perlu diucapkan. Ia mencoba mendekat lagi, tangannya terulur dan memegang bahu Elara. “Dengar aku baik-baik,” katanya pelan namun tajam. “Aku akan menjagamu, puteri tunggal Morreti."

Air mata Elara jatuh, bahunya bergetar. “Kamu menakutkan, Damian.”

Damian memejamkan mata, lalu berbisik lirih, nyaris tak terdengar.

“Percayalah, aku tidak pernah ingin kamu melihat sisi ini.”

Malam itu, semuanya berubah.

Batas antara Damian si pelindung dan Damian si pembunuh menghilang dan untuk pertama kalinya, Elara menyadari cinta yang ia rasakan mungkin tidak bisa hidup berdampingan dengan dunia tempat Damian berasal.

Sejak malam itu pula, Damian tahu, Elara telah melihat segalanya, dan ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyentuh atau menyakitinya.

Bahkan jika yang harus ia lindungi adalah ketakutannya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Kakak Tiri   Bab 8 Cinta Bukan Alasan Menghancurkan Seseorang

    Pagi di Firenze selalu punya caranya sendiri untuk menipu perasaan. Langit cerah, udara segar, burung-burung beterbangan di atas atap, tapi di dada Elara, selalu ada sisa mendung yang tak juga pergi.Ia bangun lebih awal dari biasanya. Menyalakan lampu toko, merapikan rambutnya yang sedikit kusut, dan mengecek serta menyiapkan pesanan besar untuk Hotel La Firenze supaya pemesan merasa puas mendapatkan bunga terbaik. Hari itu, bunga yang dipesan adalah mawar putih, bunga yang melambangkan kesucian dan kedamaian. Ironis, pikir Elara, karena dalam hidupnya, kedamaian sudah lama tak singgah.“Signorina, mobil pengantar sudah siap,” ujar Sofia sambil menenteng clipboard. “Terima kasih, Sofia. Kamu jaga toko, ya. Aku yang antar pesanan ini sendiri,” balas Elara sambil tersenyum kecil.Sofia sempat memprotes, “Tapi ini banyak sekali, kamu yakin sanggup sendiri?”Elara mengangguk, “Aku butuh udara pagi. Tak apa, anggap saja jalan-jalan singkat.”"Baiklah." Sofia tidak mau berdebat, ia takut d

  • Mantan Kakak Tiri   Bab 7 Aku Tidak Akan Jatuh Lagi

    Seperginya Damian dari toko, Elara berusaha menata napasnya. Udara malam di Firenze terasa lembap, aroma tanah basah masih tertinggal setelah hujan panjang yang mengguyur sejak pagi. Ia berdiri di balik meja kasir, menatap sekeliling toko bunganya yang kini dipenuhi mawar mawar, lili putih, lavender ungu, dan daisy kuning. Hari ini adalah hari kasih sayang. Hari di mana orang-orang datang membawa senyum, dan pulang dengan bunga di tangan. Namun bagi Elara, hari ini adalah hari sial, pengingat bahwa cinta tidak selalu indah, kadang cinta bisa melukai sedalam duri mawar yang tampak lembut dari jauh. Ia menyesal pernah menaruh hati pada Damian. Bel pintu berbunyi membuyarkan lamunan Elara. “Selamat sore!” seru sepasang kekasih muda yang masuk dengan tawa. Elara tersenyum ramah, seperti biasanya, seolah tidak ada badai yang pernah melewati hidupnya. “Mawar merah tiga tangkai, tolong dibungkus cantik ya, signorina,” kata pria itu sambil menatap pacarnya dengan tatapan penuh kasih. “Te

  • Mantan Kakak Tiri   Bab 6 Kamu Memang Neraka Bagiku

    Hujan deras mengguyur Firenze malam itu. Langit seperti sedang berduka, petir menyambar dengan suara menggelegar, dan setiap kilat yang menyinari kaca jendela memantulkan bayangan suram di dinding rumah keluarga Morreti.Elara berdiri di dapur sendirian, hanya ditemani cahaya temaram dari lampu kecil di sudut ruangan. Tangannya menggenggam gelas air yang dingin, menatap kosong ke luar jendela. Ia sudah terbiasa dengan malam-malam seperti ini. Malam di mana Damian belum pulang, Giovanni sibuk di ruang kerjanya, dan rumah itu terasa lebih seperti penjara daripada rumah.Namun malam itu berbeda.Ada sesuatu di udara, berat, lembab, dan menyesakkan.Suara pintu besar terbuka dengan keras dan kasar membuat Elara tersentak.Langkah kaki berat bergema di sepanjang lorong. Ia tahu langkah itu milik Damian tapi ia tak tahu, kenapa malam ini membuatnya merasa gemetar ketakutan. Biasanya, suara langkah itu membuatnya tenang tapi malam ini, ada nada aneh di sana, langkah yang terseret, berat, da

  • Mantan Kakak Tiri   Bab 5 Kamu Takut Padaku?

    Elara tidak bisa tidur meski hujan di luar sudah berhenti dan petir sudah tidak ada lagi, hanya ada kilatan cahaya di langit sesekali. Ia duduk di pojok kamar, menggenggam lutut, sementara pikirannya berputar tanpa henti, bayangan darah, suara tembakan, dan tatapan dingin Damian berulang dalam kepalanya.Ia tidak pernah menyangka, semua adegan dalam televisi, ia kini melihatnya secara langsung. Sangat mengerikan dan bau darah itu, membuatnya terus menerus-merasa mual. Ia menatap jendela, berharap pagi cepat datang tapi justru ketukan pintu yang terdengar. Jantungnya langsung berdegup keras. “Siapa?” suaranya serak, penuh waspada.“Elara.” Hanya satu kata, tapi cukup untuk membuat napas Elara tertahan. Ia berdiri perlahan, tangannya ragu memutar kenop pintu tapi ia tetap membukanya. Damian berdiri, tanpa jas, kemejanya masih sama seperti sebelumnya, hanya kini sedikit basah karena hujan yang baru berhenti. Wajahnya tenang, tapi matanya, mata itu menyimpan sesuatu yang gelap, sesuatu

  • Mantan Kakak Tiri   Bab 4 Kamu Membunuh Orang

    Malam itu, hujan turun deras.Langit bergemuruh, memantulkan cahaya petir di jendela besar rumah keluarga Morreti. Semua lampu di ruang bawah menyala terang, tapi rumah itu terasa lebih menyeramkan daripada gelap.Elara turun pelan dari kamarnya, menggenggam sweater di tubuhnya. Ia takut petir dan ia butuh Damian. Suara keras, seperti benda pecah terdengar dari ruang kerja ayah tirinya. Ia berhenti di tangga, jantung berdegup cepat.Biasanya, suara seperti itu artinya satu hal, Damian sedang marah dan setiap kali Damian marah, semua orang di rumah itu memilih diam. Semua takut dengan kemarahan Damian. Malam ini berbeda..Ada teriakan suara pria lain. Suara yang bukan berasal dari keluarga Morreti.Elara menelan ludah.Naluri menyuruhnya kembali ke kamar, tapi rasa penasaran dan entah kenapa, juga kekhawatiran mendorong langkahnya maju. Ia berjalan mendekati ruang kerja di ujung koridor. Pintu kayu besar itu sedikit terbuka. Ruang kerja ayah tirinya yang hampir tak pernah ia datangi se

  • Mantan Kakak Tiri   Bab 3 Aku Akan Menjadi Neraka Untukmu

    Suara lonceng kecil di atas pintu kembali berbunyi, disusul langkah seseorang yang terbiasa datang setiap sore. Elara menoleh dan tersenyum tipis.“Ah, kamu datang lagi, Arvid,” sapanya lembut sambil mengelap tangan di celemek. Ia meninggalkan Damian begitu saja. Pemuda itu, dengan rambut cokelat muda dan wajah yang selalu tampak gugup di hadapan Elara, tersenyum kikuk sambil memegang setangkai bunga matahari. “Aku ingin bunga ini, cantik dan cerah sepertimu," ucapnya bercanda sembari membetulkan letak kacamatanya. Elara terkekeh kecil. “Kamu pelanggan paling rajin yang pernah aku punya. Bahkan bunga-bunga di etalase hafal sama wajahmu dan candaanmu.”Arvid tertawa pelan, matanya menatap Elara sedikit lebih lama dari yang seharusnya. Ada kekaguman yang jelas, tapi tidak berani diungkapkan.Namun sebelum Arvid sempat menjawab, suara berat memotong udara. Suara yang dalam, tenang, tapi membuat jantungnya langsung menegang.“Menarik,” ujar Damian datar dari sudut ruangan. “Jadi sekaran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status