Share

Bab 5

Author: KarenW
Sudut Pandang Edwin.

Ivana bilang dia bosan, jadi kupikir akhir pekan di rumah danau akan menghiburnya. Itu hal paling kecil yang bisa kulakukan.

Sementara itu, Ellea dikurung di rumahku, hukuman atas sikapnya yang buruk juga karena dia telah mendorong Ivana di dermaga hari itu.

Berani sekali dia.

Bisa-bisanya dia bisa memperlakukan Ivana seperti itu. Kalau bukan karena Ivana, aku bahkan tidak akan hidup sampai sekarang.

Jadi, ya, mungkin aku memang terlalu keras pada Ellea.

Aku sempat mengirim pesan padanya sebelumnya, hanya untuk memastikan saja.

Tak ada balasan. Dia tidak biasanya seperti ini. Ellea biasanya cepat membalas pesan, bahkan meski hanya dengan emotikon sarkastik saja. Tapi sekarang? Sepi.

Ponselku akhirnya bergetar, sedikit rasa lega muncul dalam dadaku.

Namun, Ivana langsung merampasnya sebelum aku sempat melihat layarnya.

"Nggak boleh ada ponsel, Edwin," katanya manja, bibirnya cemberut menggoda. "Kamu janji akan fokus padaku akhir pekan ini."

"Maaf," gumamku, berusaha merebutnya. "Mungkin itu dari Ellea. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja."

Senyum Ivana seketika lenyap. Matanya berkilat merah karena amarah. "Sudah kuduga!" isaknya. "Kamu masih memikirkan dia. Jadi untuk apa kamu membawaku ke sini kalau kamu masih memikirkan Ellea? Setelah semua yang dia lakukan padaku. Walau cuma akhir pekan, kukira setidaknya aku bisa hidup tenang tanpa gangguan darinya."

Sebelum aku sempat menjawab, dia berbalik dan pergi dengan langkah cepat.

"Ivana, tunggu!" Aku mengejarnya, dadaku terasa sesak.

Dia benar. Tidak adil kalau aku memikirkan Ellea di saat aku bersama Ivana. Apalagi Ellea yang menyakitinya.

Namun … terakhir kali aku melihat Ellea, dia terlihat seperti bukan dirinya sendiri. Dia terasa jauh dan wajahnya bimbang.

Mungkin aku hanya berpikir berlebihan saja.

Memangnya dia bisa apa? Aku punya pengawal yang menjaganya.

Saat akhirnya aku menyusul Ivana, aku menyerahkan ponselku padanya. "Ambillah. Aku milikmu akhir pekan ini. Hanya milikmu."

Senyumnya kembali, seperti matahari menembus badai. Dia menciumku lembut. "Kamu memang yang terbaik." Lalu dia berhenti sejenak. "Edwin, aku ingin makan malam di tepi danau. Bisakah kamu tanyakan ini pada koki?"

"Tentu, sayang," jawabku sambil merangkul pinggangnya.

Aku berbalik menuju rumah, tapi berhenti, sial. Aku lupa menanyakan dia ingin makan apa.

Aku pun berlari kembali.

Lalu, aku terdiam di tempat.

Alex ada di sana bersama Ivana. Bukan sedang mengobrol melainkan sedang berpelukan dan berciuman seperti sepasang kekasih.

Ivana melingkarkan lengannya di leher Alex, mencium telinganya sambil tertawa kecil.

Apa-apaan ini?

"Alex, kalau bukan karena kamu," katanya dengan nada puas. "Edwin nggak akan percaya cerita bahwa akulah yang menyelamatkannya di Makua. Belum lagi membuatnya membawaku ke liburan romantis ini sekaligus menjadikanku kekasihnya."

Alex terkekeh, tangannya meraba bokong Ivana. "Gimana kalau memberiku hadiah nanti malam? Aku rindu berada di bawahmu."

Darah seolah terkuras dari wajahku. Tangan kananku, orang yang paling kupercaya serta perempuan yang kukira kucintai, mereka sedang bersama, berciuman, bermesraan, dan menertawakanku sekaligus berkomplot untuk mengelabuiku.

Tawa kejam Alex bergema. "Aku mempertaruhkan segalanya untukmu, sayang. Kamu tahu sendiri bagaimana tabiatnya kalau sampai Edwin tahu kebenarannya, dia pasti membunuh kita berdua."

"Oh, tenang saja, sayang," bisik Ivana manja. "Dia nggak akan pernah curiga. Kita sudah memberinya pertunjukan sempurna." Kepalanya bersandar di dada Alex. "Omong-omong..." Suaranya terdengar manis tapi beracun. "Apa yang kamu lakukan pada Ellea tadi malam? Kamu nggak …."

"Ya ampun, nggak," potong Alex dengan nada jijik. "Dia hanya sampah. Bukan tipeku. Tapi aku mempermalukannya. Membuatnya merangkak seperti anjing."

Ivana tergelak. "Kamu nakal sekali."

Lalu bibir mereka kembali berciuman dan batas kesabaranku habis.

Aku melangkah keluar, mengangkat pistol dan melepaskan satu tembakan ke udara.

Keduanya terlonjak seperti remaja yang ketahuan.

Alex hampir saja kencing celana ketakutan. Wajah Ivana pucat pasi.

"Bos, aku … itu cuma lelucon! Hanya bercanda!" Alex terbata-bata. "Aku nggak pernah …."

Tapi aku tak lagi mendengar apapun perkataannya. Aku bahkan tidak marah karena dia mencium Ivana. Aku marah karena apa yang dia katakan tentang Ellea.

Membuatnya merangkak seperti anjing.

Amarah seketika meledak di dalam dadaku seperti granat. "Berani sekali kamu," desisku.

Aku arahkan pistol ke kakinya dan menarik pelatuk.

Dia menjerit saat tubuhnya ambruk, darah membasahi rumput. "Aku minta maaf! Tolong, Bos. Jangan bunuh aku … aku akan cerita semuanya!"

Aku melangkah mendekat, pistolku masih mengepulkan asap.

"Mulailah bicara," kataku datar, dingin seperti baja. "Siapa sebenarnya yang menyelamatkanku di Makua?"

Karena sekarang aku tahu orang yang menyelamatkanku bukan Ivana.

Dan di detik itu juga, firasat yang sangat buruk menyelinap kuat dalam pikiranku tentang siapa yang sebenarnya menyelamatkanku.

"Edwin!" Suara Ivana melengking di belakangku. "Jangan percaya kata-kata ular ini! Alex mengancamku! Dia memaksaku tidur dengannya, kalau nggak dia akan membunuhku!"

Aku bahkan tidak menoleh, sama sekali tidak memandangnya.

"Kamu bicara satu kata lagi..." ancamku dingin. "Peluru berikutnya akan menembus wajahmu."

Alex merangkak, menyeret tubuhnya yang berlumur darah, memegang celanaku seperti pengemis. "Tolong, Bos. Kamu harus percaya padaku."

Wajahnya basah oleh air mata dan keringat. "Aku … aku kehilangan akal waktu Ivana datang padaku. Dia memohon agar aku berbohong padamu. Katanya itu untuk menyingkirkan Ellea. Tapi, bukan Ivana yang menyelamatkanmu di Makua, orang itu Ellea. Dialah yang mengobatimu, dia adalah seorang dokter. Ivana … dia hanya berpura-pura."

Alex terisak lirih. "Tolong … aku nggak bermaksud menyakitimu. Aku hanya …."

Dia tidak menyelesaikan perkataannya. Suaranya hilang oleh rasa bersalah.

"Dan soal di dermaga..." tambah Alex pelan. "Hari saat Ivana bilang Ellea menghinanya … sebenarnya Ivana-lah yang lebih dulu memukulnya. Ellea sama sekali nggak menyentuhnya."

Tiba-tiba Ivana menerjangnya seperti ular lalu menutup mulut Alex. "Diam!" desisnya. "Edwin, jangan dengarkan dia. Dia bohong! Kamu tahu aku yang menyelamatkanmu! Kamu tahu itu aku! Ingat saat-saat kita bersama! Kenangan kita nyata."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Bos Mafia yang Menghancurkanku!   Bab 8

    Sudut Pandang Ellea.Sorot mata Edwin berbinar dengan sesuatu yang terlihat seperti harapan? Atau kegilaan? Saat dia melangkah ke arahku. Tangannya telentang seolah ingin memelukku."Kamu nggak tahu betapa aku merindukanmu," ujar Edwin lembut. "Mereka bilang kamu pergi. Kamu sudah meninggal dan bahkan tubuhmu nggak dikubur."Saat aku tidak segera menjawab, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah foto usang. Foto itu bergetar di tangannya. "Lihat," bisiknya sambil mengangkat foto itu di antara kami seolah foto itu berarti. "Dulu, kita sangat bahagia. Apa kamu nggak merindukanku, Ellea?"Aku menatapnya, menatap pada pria yang pernah menghancurkan segalanya yang aku miliki. Aku tidak habis pikir beraninya dia berdiri di sini seolah tidak terjadi apa-apa."Merindukanmu?" Aku tertawa getir. "Lupakan saja, Edwin. Kita nggak pernah saling cinta. Pernikahan kita hanya dibangun oleh kebohongan dan saling memanfaatkan. Sebuah pernikahan kontrak, bukan hubungan."Bahunya merosot. "Tolong jang

  • Menikahi Bos Mafia yang Menghancurkanku!   Bab 7

    Sudut Pandang Ellea.Setelah Cavin membawaku keluar dari rumah Edwin, aku tidak lagi menoleh ke belakang. Aku langsung naik ke pesawat yang akan membawaku jauh dari semuanya.Teman-teman lamaku dari sekolah kedokteran kini bekerja dengan organisasi Persatuan Dokter Perbatasan di Afra dan menjalani hidup yang dulu hanya bisa kami impikan di sela-sela kuliah panjang dan malam-malam tanpa tidur.Tak lama lagi, aku akan menjadi bagian dari mereka. Itu selalu menjadi impianku, untuk menolong, menyembuhkan dan berarti bagi seseorang.Ketika pesawat mendarat dan aku melangkah ke landasan panas yang membakar, aku tidak bisa menahan tangisku.Sudah lama sekali, sangat lama.Satu pandangan pada teman-temanku saja sudah cukup untuk mengingatkanku siapa diriku dulu. Sebelum aku masuk penjara, sebelum pernikahan, sebelum bertemu dengan Edwin.Johan, salah satu dokter senior, menghampiriku dengan senyum lembut. "Ellea," sapanya pelan, suaranya penuh ketulusan. "Apa kamu sudah merasa lebih baik sekar

  • Menikahi Bos Mafia yang Menghancurkanku!   Bab 6

    Sudut Pandang Edwin.Alex mendorong Ivana, wajahnya penuh amarah. "Enyah! Dasar pelacur gila! Aku lelah bersekongkol denganmu."Mereka berkelahi seperti anjing gila tepat di depanku. Melontarkan berbagai kebohongan dan kebenaran secara bergantian.Namun, ini sudah cukup, lebih dari cukup.Setiap kata yang mereka ucapkan seperti belati. Makin aku mendengarnya, aku malah merasa makin kosong.Ternyata aku bersikap kejam pada satu-satunya orang yang peduli padaku.Ellea.Aku menyuruh para bajingan mengganggunya. Aku merencanakan untuk mengirimnya ke pengiriman narkoba itu agar dia menanggung akibatnya untukku. Kubiarkan dia dipenjara, membusuk di balik jeruji selama dua tahun penuh.Dua tahun!Padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun.Tanganku gemetar. Kulihat tanganku yang berlumuran darah. Darah Ellea, bisa dibilang gitu.Jadi apa aku? Monster sejati yang tidak bisa lagi membedakan benar dan salah.Tidak lebih baik dari orang-orang yang dulu kuserang.Aku mengangkat pistolku dan men

  • Menikahi Bos Mafia yang Menghancurkanku!   Bab 5

    Sudut Pandang Edwin.Ivana bilang dia bosan, jadi kupikir akhir pekan di rumah danau akan menghiburnya. Itu hal paling kecil yang bisa kulakukan.Sementara itu, Ellea dikurung di rumahku, hukuman atas sikapnya yang buruk juga karena dia telah mendorong Ivana di dermaga hari itu.Berani sekali dia.Bisa-bisanya dia bisa memperlakukan Ivana seperti itu. Kalau bukan karena Ivana, aku bahkan tidak akan hidup sampai sekarang.Jadi, ya, mungkin aku memang terlalu keras pada Ellea.Aku sempat mengirim pesan padanya sebelumnya, hanya untuk memastikan saja.Tak ada balasan. Dia tidak biasanya seperti ini. Ellea biasanya cepat membalas pesan, bahkan meski hanya dengan emotikon sarkastik saja. Tapi sekarang? Sepi.Ponselku akhirnya bergetar, sedikit rasa lega muncul dalam dadaku.Namun, Ivana langsung merampasnya sebelum aku sempat melihat layarnya."Nggak boleh ada ponsel, Edwin," katanya manja, bibirnya cemberut menggoda. "Kamu janji akan fokus padaku akhir pekan ini.""Maaf," gumamku, berusaha

  • Menikahi Bos Mafia yang Menghancurkanku!   Bab 4

    Sudut Pandang Ellea. Pada saat ini, ekspresi Ivana tiba-tiba terlihat lemah dan dia tersandung mundur beberapa langkah lalu menangis. "Kenapa kamu mengutukku seperti itu, Ellea? Apa salahku?"Dia tampak berpura-pura seolah aku telah mendorongnya.Lalu aku melihatnya, Edwin. Tentu saja, semuanya sandiwara untuk Edwin.Dia bergegas ke sisi Ivana dan memeluknya. "Apa kamu terluka, Ivana? Apa kamu baik-baik saja?"Ivana mengigit bibirnya. "Ellea, aku tahu kamu marah karena aku menikahi mantan tunanganmu. Tapi, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita, hanya untuk bertukar kabar. Tapi, kamu masih saja marah padaku. Apa kamu masih mencintai Adrian, bahkan setelah menikah dengan Edwin?"Matanya menyipit, lalu menambahkan, "Meski kamu membenciku, kamu seharusnya nggak melakukan ini pada Edwin. Mencintai pria lain bahkan setelah setuju untuk menikahinya …."Dia melirik ke arah Edwin lagi, menurunkan suaranya. "Jangan marah, Edwin. Ellea dan Adrian punya kisah panjang bersama ...."Edwin meno

  • Menikahi Bos Mafia yang Menghancurkanku!   Bab 3

    Sudut Pandang Ellea.Sepuluh menit kemudian, mobil Alex datang untuk menjemputku. "Nyonya Ellea, Pak Edwin menelepon. Dia mengirimku untuk menjemputmu."Aku masuk ke dalam mobil tanpa bicara, aku memikirkan banyak hal.Dalam perjalanan pulang, ponselku berbunyi. Itu adalah pesan dari Ivana, sebuah foto tepatnya.Edwin sedang memeluknya, Ivana duduk di pangkuannya dengan tangan Edwin memeluknya dari belakang.Latar belakangnya? Lautan. Berdasarkan foto itu, aku bisa tahu mereka berada di atas kapal pesiar, kemungkinan adalah salah satu kapal yang baru saja dibeli Edwin. Sebotol sampanye dengan dua gelas berada di depan mereka.Edwin berbohong padanya.Dia tidak berada di kasino. Dia sedang bersama dengan Ivana.Sebuah pesan baru muncul di bawah foto itu. Itu adalah tangkapan layar dari pesan Edwin untuk Ivana."Setiap malamku bersama Ellea rasanya seperti neraka. Aku membayangkan kamulah yang berada di bawahku, dengan begitu aku baru bisa ejakulasi. Aku sangat merindukanmu, Ivana. Kelua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status