Share

Bab 5

Author: Pixie
last update Huling Na-update: 2025-08-27 18:01:10

Satu jam kemudian, Briony meluncur menuju kantor Savior. Sesekali ia melirik jok sebelah. Setiap mendapati kondisi laptopnya yang memprihatinkan, ia mencengkeram kemudi lebih kencang. Tak ingin menghabiskan lebih banyak air mata, ia pun menelepon sepupunya lewat monitor dasbor yang terhubung dengan ponselnya, "Halo, Emily. Kamu masih di rumah atau sudah di kantor?" 

"Aku masih di rumah. Ada apa, Bri?"

"Kau tahu Louis di mana? Aku meneleponnya beberapa kali, tapi tidak diangkat. Sky dan Summer juga begitu. Apa yang sedang mereka sekeluarga lakukan?" 

Tawa kecil Emily terdengar renyah. "Kau lupa? Mereka sedang sibuk mengurus anggota keluarga mereka yang baru. Entah kenapa, Storm rewel pagi ini. Summer melarang Louis berangkat kerja. Dia mau ayahnya tetap bersama mereka sampai adik kecilnya tenang. Sepertinya itu akan lama." 

Briony menghela napas berat. "Itu artinya aku harus putar arah. Aku tidak mungkin sabar menunggunya di kantor," gumamnya samar. 

Emily mendeteksi keresahan Briony. Ia bertanya, "Ada apa, Bri?" 

Tatapan Briony mendadak menerawang. Pikirannya buyar. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada laptopnya. "Aku mau meminta Louis membetulkan Beep Beep," sahutnya, muram. 

"Beep Beep kenapa?" tanya Emily. 

Tiba-tiba, seorang anak kecil berlari menyeberangi jalan. Briony spontan menginjak rem. Bannya sampai berdecit, tetapi ia tetap terlambat. Begitu mobil berhenti, anak itu sudah tidak terlihat. 

"Gawat! Apakah aku melindasnya?" desah Briony dengan mata bulat. Rasa dingin telah menjalar di sekujur tubuhnya. Apalagi, orang-orang mulai menunjuk mobilnya dan berdatangan. Debar jantungnya semakin tidak karuan. 

"Halo? Briony? Kau mendengarku? Apa yang terjadi? Apakah kau menabrak orang? Briony?" 

Briony mengerjap. Kepanikan Emily berhasil menyadarkannya. Ia pun membuka sabuk pengaman. "Nanti kutelepon lagi. Aku ada urusan genting." 

"Urusan apa? Di mana lokasimu sekarang? Biar aku—"

Briony mengakhiri panggilan. Ia cepat-cepat keluar dari mobil. Suara seorang wanita paruh baya kini terdengar jelas. 

"Tuan Muda? Astaga! Kenapa Anda jadi begini? Saya mohon, bertahanlah!" ujar wanita itu, histeris. 

Dada Briony semakin penuh dengan ketakutan. Ia pergi memeriksa apa yang terjadi di depan mobilnya. Saat ia menemukan seorang bocah laki-laki yang tergeletak di aspal dengan lengan kiri bawah terlepas dari engselnya, ia terkesiap. 

"Ya, Tuhan!" desah Briony spontan. Tangannya terangkat menutupi mulutnya. 

Semua orang langsung menoleh ke arah Briony, kecuali sang anak. Tatapannya masih menerawang. Mungkin ia belum pulih dari keterkejutannya. Meski demikian, wajahnya tampak meringis. 

"Kau!" Wanita histeris tadi menghampiri Briony dengan tampang garang. "Bertanggungjawablah atas kelalaianmu! Kalau saja kau lebih berhati-hati, tuan mudaku tidak mungkin celaka!" 

Briony tersentak. Matanya semakin lebar. "Anda menyalahkan saya? Tapi anak itulah yang tiba-tiba berlari ke jalan," timpal Briony, tanpa berpikir panjang. 

"Tapi mobilmu-lah yang menyebabkan lengannya patah. Kau harus bertanggung jawab!" desak wanita itu, memaksa. 

Beberapa orang di sekitar mereka mengangguk. Salah satunya bahkan berkata, "Nyonya itu benar. Sengaja atau tidak sengaja, mobil Andalah yang telah menabrak. Anda sebaiknya membawa anak malang itu ke rumah sakit, Nona." 

Briony meringis. Ia perhatikan kondisi anak yang masih berbaring di aspal. Kesadaran bocah itu sepertinya sudah pulih. Ia mulai menangis. 

"Apakah kondisinya memungkinkan? Maksudku, bukankah sebaiknya kita memanggil ambulans?" Briony khawatir kondisi lengan anak itu memburuk jika dipindahkan. 

"Kau menolak untuk bertanggung jawab?" Nada bicara sang wanita naik. 

"Bukan begitu. Hanya saja ...." Briony bingung harus menjelaskan bagaimana. Di satu sisi, ia memang merasa bersalah. 

"Bawa saja anak ini ke rumah sakit, Nona. Kasihan dia kalau dibiarkan di sini lebih lama. Dia sudah sangat kesakitan," ujar seorang wanita muda yang berlutut di dekat si anak. 

Selang pertimbangan singkat, Briony akhirnya sepakat. Beberapa orang pun bekerja sama untuk memasukkan sang anak ke mobil. Berkat bantuan mereka, Briony bisa segera membawa bocah malang itu dan nanny-nya ke rumah sakit.  

Di sana, sang anak langsung dibawa ke ruang pemeriksaan X-ray. Karena nanny-nya harus mengurus administrasi, Briony terpaksa menemaninya di dalam. Ia merasa canggung karena sama sekali tidak mengenal si bocah. Saat anak laki-laki itu memberontak, Briony hanya bisa menekan pundaknya agar tetap berada di meja. Mulutnya rapat, tak tahu harus mengucapkan apa.

"Maaf, Nyonya. Bisakah Anda menenangkan putra Anda? Kita tidak bisa mengambil foto Rontgen kalau dia terus bergerak-gerak," pinta seorang radiografer yang kesulitan memosisikan pasiennya. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 87

    Selang satu helaan napas berat, Briony menundukkan kepala. Tangannya saling meremas di atas pangku."Maaf. Aku tidak bermaksud merendahkan Emily. Levelku jauh berada di bawahnya. Mana mungkin aku berani? Aku hanya ingin menyemangatimu saja. Jadi tolong ..." Briony mengintip sedikit. Mendapati wajah Brandon yang kaku, ia kembali tertunduk."Tolong jangan salah paham," lanjutnya dengan suara yang lebih pelan. "Sebagai orang yang pernah patah hati, aku bersimpati padamu. Kau dulu pernah menghiburku saat aku terpuruk. Sekarang, aku merasa perlu membalas kebaikanmu. Hanya dukungan dan kata-kata yang bisa kuberikan. Tapi sepertinya, aku justru menyinggungmu. Maaf kalau aku lancang."Brandon tetap membisu. Otaknya sibuk mencerna rentetan kalimat Briony yang panjang. Ia belum yakin bagaimana harus merespons. Akan tetapi, Briony salah menafsirkan diamnya itu. Gadis itu bertambah gundah. "Gawat. Apakah dia marah padaku? Atau justru salah paham? Aku terlihat seperti sedang berusaha mendapatkan

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 86

    Dalam keheningan, Brandon mengulas kenangannya bersama Briony—saat ia menyelamatkan Briony di Adventure Park kemarin, saat ia dan Briony menemani Andrew jalan-jalan seharian, saat ia dan Briony ditugaskan menjaga keponakan-keponakan mereka bersama. Pada akhirnya, Brandon tiba pada momen pertama ia menyadari bahwa ia sudah menyukai gadis yang salah. Waktu itu, ia baru saja melamar Emily. Persiapannya sangat matang dan eksekusinya di depan banyak orang. Namun ternyata, Emily menolaknya. Kegemparan publik pun tak terelakkan. Orang-orang heboh karena seorang Brandon ditolak oleh wanita. Emosinya campur aduk saat itu. Apalagi, Emily kemudian menghilang dan kembali bersama cinta pertamanya. Ia merasa sangat gagal dalam cinta. Penasaran seperti apa pria yang "mengalahkannya", Brandon nekat menemui pacar Emily. Siapa sangka, hal itu memancing kekhawatiran Briony. Saat kabar tersebut sampai ke telinganya, ia bergegas menemui Brandon. "Brandon, bisa kita bicara sebentar?" tanya Briony saat

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 85

    Briony kembali berpaling. Ia sadar, pipinya pasti memerah. Ia tidak mau Brandon melihatnya. "Berhentilah menanyakan hal bodoh, Brandon. Kau adalah laki-laki nomor satu di L City. Mustahil ada wanita yang tidak tertarik padamu.""Aku tidak sedang membicarakan wanita lain, Briony. Aku membicarakan dirimu. Apa yang membuatmu tertarik padaku? Tidak mungkin karena titel ataupun hartaku, kan? Aku tahu kau berbeda dari kebanyakan wanita di luar sana," Brandon mengelus lengan Briony dengan punggung tangannya. Briony seketika tersengat. Punggungnya menegak. Napasnya tersekat. Sebelum jantungnya meledak, ia harus kabur. "Brandon, aku mulai mengantuk. Tidak masalah kan kalau aku meminjam kamarmu? Kamu tidurlah yang nyenyak di kamar tamu," Briony bangkit berdiri. Belum sempat ia melangkah, tubuhnya telah terangkat dari lantai. Matanya terbelalak saat ia mendapati dirinya telah berada di gendongan sang pria. "Brandon, apa yang kau lakukan? Aku bisa berjalan sendiri," ucap Briony, agak panik. Ia

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 84

    "Pelan-pelan, Briony. Tidak ada yang menyuruhmu tergesa-gesa. Kunyah dengan benar," ujar Brandon sembari menepuk-nepuk punggung sang pacar. Selesai batuk, Briony langsung menenggak segelas air yang disodorkan Brandon. Kemudian, ia bertanya, "Kau pasti bercanda, kan? Aku mana cocok menjadi istrimu?""Aku serius, Briony. Aku berniat menikahimu setelah hubungan kita bertambah erat. Karena itu, tolong jangan menganggap hubungan kita palsu lagi. Aku adalah pacar sungguhanmu. Perlakukan aku dengan semestinya," ujar Brandon seraya mengelus rambut Briony dengan penuh kasih sayang. Padahal, Brandon tidak menyentuhnya secara langsung, dan mereka sedang berada di ruang makan, bukan di ranjang. Akan tetapi, bulu kuduknya meremang. "Kau mau aku memperlakukanmu bagaimana?" tanya Briony, takut-takut. Brandon menarik sudut bibirnya ke atas. "Aku mau kita berinteraksi selayaknya pasangan biasa."Tiba-tiba, Brandon bergeser mendekat. Punggung Briony menegak. Tangannya mengepal saat jemari Brandon me

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 83

    Di tempat lain, Andrew sibuk mengotak-atik ponselnya. Wajahnya manyun. Matanya bengkak akibat terlalu banyak menangis. Ia sudah beberapa kali mencoba untuk menelepon Briony, tetapi gagal terus. Briony hanya mengajarinya sekali, dan ia lupa bagaimana caranya. "Apa yang harus kulakukan untuk memanggil Briony ke sini lagi? Papa pasti tidak mau membantuku," batin bocah itu, penuh sesal dan kesal. Baru dua jam mereka tidak bersama, tetapi ia sudah sangat merindukannya. "Briony, kumohon cepat kembali. Tidak asyik kalau kamu tidak ada di sini. Semuanya jadi membosankan."Sementara Andrew tenggelam dalam kerinduan,Brandon melakukan banyak hal untuk Briony. Ia membuat klarifikasi untuk membersihkan nama Briony. Ia menggendong sang gadis setiap ia hendak turun dari ranjang. Ia memasak makan siang dan makan malam untuknya, bahkan memotong buah. Briony akhirnya tahu seperti apa rasanya diratukan. "Tipe pria seperti inilah yang seharusnya kau sukai, Briony. Kenapa dulu kau malah tertarik pada A

  • Menjauhlah, Mantan! Aku Pantas Mendapatkan yang Lebih Baik   Bab 82

    Tak bisa lagi menahan malu, Briony tertunduk. Ia lupa kalau posisi Brandon lebih rendah darinya. Pria itu tetap bisa melihat wajahnya yang memerah. "Ada apa?" tanya Brandon, membuat mata Briony melebar."Hmm? Tidak ada apa-apa," bohongnya. Sambil mengobati kaki Briony, Brandon bergumam, "Kamu yakin?" Briony menggigit bibir. Matanya kini tertuju pada betapa lembut Brandon mengoleskan salep di lututnya. Perlahan-lahan, kecanggungannya berubah menjadi keharuan. Siapa yang tidak terenyuh oleh perlakuan istimewa semacam itu? Bahkan Alex saja tidak pernah memperhatikannya sebaik itu saat mereka masih berpacaran dulu. "Brandon, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" bisik Briony. Brandon bergumam tanpa membalas tatapannya. Ia masih fokus mengobati luka. "Tanyakan saja." "Kenapa ... kau memintaku untuk menjadi pacarmu?" Briony menantikan jawaban dengan gugup.Brandon akhirnya menghentikan gerakannya. Sambil menatap Briony lekat-lekat, ia menjawab, "Karena aku peduli padamu. Aku ingin selalu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status