LOGINIt was a wet, cold afternoon and Xenica got bored. In attempt to relieve her boredom, she played prank on people by calling random numbers. It's all fun and games until her prank suddenly goes wrong! Shaun, a smart and undeniably handsome victim goes on to seek revenge and hunt the prankster. While paying for the consequence of her prank, she found herself entangled in a roller-coaster of romance, laughters, and banters. But little did Xenica know, meeting Shaun would lead her to discover a web of secrets and lies, hidden from her for years, that when revealed, it will change her life forever—one of the people close to her works with the country's most wanted syndicate, Black.
View MoreDahulu kala ketika alam semesta ini baru saja diciptakan, semua Dewa berkumpul dan menyatukan kekuatan masing-masing untuk membuat sebuah senjata pusaka.
Senjata pusaka itu berupa kartu sihir yang menyimpan kekuatan dari masing-masing Dewa. Yang dikenal dengan nama Magic Card.
Senjata pusaka ini rencananya akan digunakan oleh para dewa ketika berperang melawan bangsa Iblis. Sebab, kekuatan dari Bangsa Iblis semakin hari menjadi semakin kuat seiring dengan bertambah besarnya sifat buruk yang ada di dalam hati setiap makhluk hidup.
Karena besarnya kekuatan yang ada di masing-masing kartu sihir, pimpinan para Dewa yang bernama Renzu akhirnya membuat sebuah buku pusaka dengan gabungan ketujuh elemen yaitu air, api, kayu, tanah, logam, cahaya dan kegelapan.
Buku pusaka itu dijaga oleh keempat Dewa Mata Angin. Seiryu dan Byako di bagian depan sampul, sedangkan Genbu dan Suzaku di bagian belakang sampul buku.
Renzu lalu menyimpan buku pusaka itu di Perpustakaan Kerajaan Langit yang diawasi langsung oleh Dewa Naga Shen Long.
Akan tetapi, ketika para iblis melakukan penyerangan besar-besaran ke Alam Dewa. Salah satu Pangeran dari Kerajaan Iblis berhasil menyusup ke Perpustakaan Kerajaan Langit dengan ditemani oleh kelima Jenderal Iblis terkuat.
Pertempuran antara Shen Long dan keempat Dewa Mata Angin melawan kelima Jendral Iblis akhirnya terjadi.
Semua bagian Perpustakaan Kerajaan Langit menjadi berguncang hebat akibat benturan kekuatan antara Dewa dan Iblis.
Banyak sekali buku dari Perpustakaan Kerajaan Langit yang terlempar ke luar dan turun ke Dunia Manusia. Termasuk, buku pusaka yang menyimpan Magic Card.
Pangeran Iblis langsung bergerak cepat untuk mengejar buku pusaka itu ke Dunia Manusia.
Akan tetapi, usaha Pangeran Iblis itu ternyata gagal. Sebab, Shen Long dan keempat Dewa Mata Angin telah mengirimkan kesadaran mereka untuk mengejar buku itu dan menyamarkan aura yang memancar dari buku pusaka itu dengan gabungan kekuatan mereka.
Buku pusaka itu akhirnya jatuh ke salah satu Planet yang ada di alam semesta dan sampai sekarang tidak ada yang berhasil menemukannya. Meskipun para Dewa dan Iblis telah mengirimkan beberapa mata-mata untuk mencari buku pusaka itu di setiap Planet yang ada di Dunia Manusia.
**
Planet Biru.
Planet Biru adalah salah satu Planet yang ada di dalam Galaksi Nebula.
Planet ini didominasi oleh lautan. Luas lautan yang ada di Planet ini hampir mencapai sembilan puluh persen bagian dari daratan yang ada.
Hal ini terjadi karena seratus tahun yang lalu, Planet Biru dilanda sebuah bencana yang sangat besar yaitu hujan badai selama tujuh hari tujuh malam yang membuat sebagian besar daratan yang ada di Planet ini terendam oleh air hujan yang bercampur dengan air laut.
Planet ini memiliki sembilan buah Samudra yang sangat luas dan memiliki warna air laut yang berbeda-beda. Sehingga para manusia yang hidup di Planet ini menamai masing-masing Samudra itu berdasarkan warna airnya.
Namun, di antara kesembilan Samudra itu, ada sebuah Samudra yang sangat misterius dan menyeramkan. Banyak sekali rumor yang beredar di masyarakat bahwa siapapun yang berani masuk ke dalam Samudra itu, maka dia tidak akan pernah kembali. Dan Samudra itu bernama Samudra Hitam.
Tidak ada seorang pelaut pun yang berani mendekati Samudra itu sampai radius lima puluh kilometer. Sebab, selain dari rumor yang beredar, ternyata arus air laut yang ada di Samudra itu juga sangat kuat.
Wilayah Samudra Hitam selalu ditutupi oleh kabut yang sangat tebal. Selain itu, kompas para pelaut akan menjadi kacau ketika mereka berusaha mendekati wilayah Samudra yang sangat mengerikan itu.
Para pelaut yang berusaha mendekati Samudra Hitam pasti akan dibuat kebingungan saat melihat kompas yang ada di tangan mereka terus berputar seperti jarum jam. Mereka biasanya akan memilih mundur dan mencari jalan memutar untuk menghindari Samudra ini.
Akan tetapi, hal seperti ini tidak berlaku bagi Isamu Kenichi.
Dia adalah seorang bajak laut dengan keberanian yang sangat tinggi dan kemampuan beladiri yang sangat luar biasa.
Dengan ketegasannya ketika memimpin awak kapal serta didukung kemampuan membaca pergerakan bintang, dia telah berhasil mencapai pencapaian yang sangat luar biasa.
Di usianya yang baru menginjak 20 tahun, dia telah berhasil menaklukkan kedelapan Samudra yang ada di Planet ini.
Dia juga telah berhasil menjarah ratusan kapal-kapal milik bajak laut lain dan membagikan harta itu kepada para penduduk miskin yang tinggal di pulau terdekat.
Saat ini, Isamu sedang berdiri di dalam anjungan kapal sambil memegang teropong kesayangan yaitu sebuah teropong sepanjang 20cm yang terbuat dari emas dengan hiasan permata.
Dia sedang mengamati lautan yang ada di depannya agar dia biasa menentukan rute terbaik selama perjalanannya.
“Sebentar lagi kita akan memasuki wilayah Samudra Hitam. Turunkan kecepatan dan sedikit berbelok ke kiri agar kita tidak melawan arus,” seru Isamu.
“Siap Kapten.”
Salah satu anak buah Isamu yang bertugas mengemudikan kapal itu langsung membelokan arah kapal menuju ke kiri sambil menurunkan sedikit kecepatan agar laju kapal tetap stabil.
Salah satu awak kapan yang bertugas mengemudikan kapal ini bernama Miekato.
Sebelum menjadi anak buah Isamu, Miekato adalah seorang Nahkoda salah satu kapal milik pemerintah. Namun karena suatu alasan tertentu, Miekato memutuskan untuk mundur dari jabatannya dan ikut berpetualang mengarungi samudra yang luas ini bersama dengan Isamu.
Tepat seperti perhitungan Isamu, meskipun sudah diperlambat, namun laju kapal ini tetap berjalan dengan cepat karena arus laut di Samudra ini sangatlah luas. Dia tidak berani memerintah Nahkoda kapal untuk melawan arus. Sebab, dia takut jika kapal ini menjadi terbalik ketika di terjang ombak yang sangat kuat.
Isamu terus mengamati daerah sekitarnya dengan menggunakan teropong, sambil sesekali memberikan petunjuk pada Miekato.
“Gawat!”
Raut wajah Isamu tiba-tiba berubah menjadi cemas. Ketika melihat sesuatu yang aneh di depan matanya.
Miekato langsung menoleh ke arah Isamu. “Ada apa Kapten? Apakah ada bajak laut lain yang menghadang perjalanan kita?”
“Mana mungkin ada bajak laut yang berani menghadang kita. Mereka semua akan langsung menjauh begitu melihat bendera yang ada di kapal kita,” jawab Isamu.
“Lalu kenapa kapten terlihat begitu cemas?”
“Ada sebuah pulau aneh di depan kita.”
“Pulau aneh?! Pulau seperti apa itu, kapten? Bukankah kita sudah sering melihat sebuah pulau. Lalu kenapa kapten terlihat begitu terkejut ketika melihat sebuah pulau.”
Isamu lalu menurunkan teropongnya dan menatap tajam ke arah Miekato. “Pulau itu terlihat seperti makhluk hidup karena pulau itu sedang bergerak menuju ke arah kita.”
Isamu lalu mendorong Miekato ke samping dan merebut roda kemudi kapal dari genggaman tangan Miekato
“Biar aku saja yang mengemudikan kapal ini. Kau pergilah ke geladak dan perintahkan para awak kapal yang lain untuk menyiapkan meriam.”
Miekato tidak berani mendebat Isamu karena Isamu terkenal berhati dingin dan tidak segan-segan untuk menghukum anak buahnya yang berani melanggar perintahnya. Dia langsung pergi meninggalkan anjungan dan pergi menuju ke geladak utama untuk menemui awak kapal yang lain.
Isamu lalu mengendalikan roda kemudi kapal itu dengan sangat lihai sambil menghindari terjangan ombak yang sedang menuju ke arahnya.
Chapter 16BUTI nalang talaga to the rescue si Glen nong gabing ‘yon kundi naging piniping Xena talaga ako o di kaya’y pinaglalamayan na panigurado. Childish man ang ginawa ko, deserve niya ‘yon. Hindi ko siya uurungan!Mula ng mangyari ang incident na ‘yon sa café, hindi na ako tinantanan ng mga baliw sa pang-aasar. Kaya daw lumapit si Shaun sa counter ay dahil daw nagselos sa hottie barista. Jusmio, kung alam lang nila ang mga sinabi ni Shaun ng gabing ‘yon. Ayoko maalala. Napahiya ako e!Nag-unat ako bago bumangon sa kama. Sa wakas at biyernes na. Sa kagustohan kong matapos na ang weekdays para makapag day off naman ako sa mga utos ni Shaun, tila nang aasar naman ang oras at bumagal ang takbo.Lumapit ako sa salamin at pinagmasdan ang kawawang kong face. “O my gash,what happened to you eyes? Kawawa ka naman.” may namumuong masamang panahon sa ilalim ng mata ko plus may eyebags pa. Kasalanan talaga to ng hari ng mga h1nayups nayon.Late na kasi akong nakakauwi araw-araw. Shift ko ka
Chapter 15NAGPUMIGLAS ako pero ang siraulo, ayaw talaga akong bitawan. Ngumisi pa ito ng nakakaloko. Nasa ilalim lang ng mga kamay namin ang mga drinks nila Shaun. Makawala lang ako dito, isasaboy ko ‘to sakanya!Huminga ako ng malalim at sinamaan siya ng tingin. Mukhang kailangan ko na gamitin ang vocal chords ko para makahingi ng tulong. Sinubukan kong alisin ang kamay ko sabay banta, “Bitiwan mo po ako while I’m being nice. Kapag sumigaw ako, paniguradong wala ka ng traba—”May mga mabilis na kamay ang walang pasabing tumulong sa akin para makaalis mula sa pagkakahawak ng malanding barista. Hindi ko inasahan ‘yon. Pero laking pasasalamat ko na dumating si Shaun.He didn’t say any word. Hindi niya rin ako binalingan ng tingin. Dinampot niya lang ang mga inumin pero bago siya tumalikod, isang mapagbanta at malamig na tingin ang ibinigay niya sa barista.Sige, Shaun. Saksakin mo siya ng mala stalactites mong titig!Ramdam ko ang tibok ng puso ko dahil sa nangyari. Buset na barista. L
Chapter 14LAHAT ata ng mata sa café nasa kanila. Malalaki o mababae. Kung sila titig na titig, kasalungat naman ang ginawa ko. Tumikhim ako, yumuko at pasimpleng uminom ng inumin ko.“T—Tara na?” pabulong na aya ko sa mga baliw na katulad ng iba’y nakatingin sa apat. Kinalabit ko silang dalawa, “Araw araw niyo ‘yang nakikita sa school. Hindi ba kayo nag sasawa?” dagdag ko.“Nope.” sabay nilang sagot. I rolled my eyes heavenwards.Sa totoo lang, hindi naman talaga sila nakakasawa. I totally agree with the baliws. Kung wala lang talaga akong atraso kay Shaun, sinutsutan ko na ‘yan—nyaha!“Hay,nakakaproud talaga na classmate natin sila.” nakapangalumbaba na sabi ni Lex na tila nag de-daydream.“Mas nakakaproud kung magkakatuloyan si Xena at Shaun. Ship ko sila.” dagdag naman ni Nisha kaya nasamid ako sa iniinom ko.“Hoy,manahimik ka nga! Bibig neto.” sita ko sakanya.Humagikhik si Nisha na parang timang. At dahil medyo may kalakasan ang tawa niya, nakuha niya ang atensyon ng mga h1nayu
Chapter 13IMBES nag re-relax lang sa kwarto dahil week end, andito ako sa labas at nakikipagsapalaran. Naghahanap ako ng trabaho para mabayaran ang cellphone ni Shaun the h1nayups. Gusto ko sana na isumbat sakanya 'yong binayad ko sa taxi no'ng araw na iniwan niya ako sa airport, para naman kahit papano'y makunan ng kunti ang tumatangingting na otsenta mil na 'yon. Alam ko na barya lang 'yong pero sabi nga nila, every barya counts! Pero kahit naman gawin ko 'yon, malaki parin ang kulang~Help me, Lord!Bagsak balikad na nagpatuloy ako sa paglalakad habang naghahanap ng mapapasukan. Until now, hindi parin ako makapaniwala na nangyayari sa'kin 'to. Dinaig pa ng isang cliche w@ttpad story ang buhay ko kung saan kapag may kasalanan ka, agad ka nilang ginagawang alila. Buset na h1nayupak!"ONE TASK IS EQUALS TO ONE PESO." 'Yan ang mga exact words mula sa bibig niya. Sa bawat utos, isang pisong bawas LANG sa otsenta mil. Kumusta naman po 'yon?! Hindi ako magaling sa math pero sa cal
Chapter 12KAGAT-kagat ang kukong paulit-ulit kong pinindot ang refresh F5 sa keyboard ng laptop, nananalangin na sanay mag-iba ang mga numerong nakikita ko sa screen. Nakakapanghina dahil hindi ito nagbago. Nagkanda buhol buhol na ata ang mga internals ko kaba, at tila iniwanan ako ng utak ko dahil wala akong maisip na solusyon! Basta ang alam ko, I’m so freaking triple, triple dead meat sa h1nayupak na’yon.Naiiyak ako sa mga numerong nakikita! Putrag1s.“H-Hindi naman reliable ang site na‘yan. Kalokokohan. Cellphone? Ganyan kamahal?! Try...try na'tin sa shopee baka mas mura.” balisang sabi ko.“Iphone naman kasi ang tinutukoy nating cellphone, baliw.” itinaas ni Nisha ang mga kamay at gumuhit ng quote sign sa hangin gamit ang mga daliri.“Baliw, iphone site na ‘yan baliw. Wag kang baliw. ‘Yan ang latest prices ng mga gadgets nila.” natatawang sagot ni Lex.“How to uns
Chapter 11LAHAT ng kaklase ko’y natahimik, at natigilan sa mga ginagawa nang makita akong pumasok ng classroom. Sobrang kaakit-akit ko kasi sa araw na’to—charot lang. Pero seryoso, awang-awa ang mga mata nilang nakatuon sa akin. Inulan rin nila ako ng mga tanong. Kesyo napa’no raw ako, bakit ganito itsura ko.“Mahabang istorya, guys. Wag kayo mag-alala. Okay lang ako.” malumanay na sagot ko sa kanila.“Hoy, Xenica. Dapat umabsent ka nalang.” worried na suhestyon ng class president namin na awang-awa sa itsura ko, “A—Ayos lang talaga ako, pres.”Hindi ko na pinansin ang ibang tanong ng mga kaklase kong usyosero’t usyusera. Tinungo ko na ang upuan ko. Huminto muna ako saglit para tingnan ang pwesto ng hari ng mga h1nayupak na nakakapagtakang bakante kahit malapit na ang oras ng klase. Mas nauuna kasi ‘yon sa’kin parati.Muli akong humakbang sa patungo sa upuan ko, at
Comments