Nikahi Mamaku, Om!

Nikahi Mamaku, Om!

By:  Jamilah  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
9Chapters
219views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Hutang besar yang ditinggalkan mantan suaminya membuat Wilona harus pasrah saat berhubungan dengan rentenir yang hampir menyita seluruh isi rumahnya. Dengan susah payah, ia akhirnya memutuskan untuk membayar uang yang bahkan ia tidak pernah menggunakannya. Namun hal tidak terduga terjadi. Di suatu kesempatan, rentenir yang Wilona hindari justru makan malam dengan mereka. Seperti disihir, pria rentenir bernama Arshaka dijatuhkan hanya dengan makanan. Ia ingin lebih merasakan masakan Wilona. Dengan segala cara, ia memutuskan untuk mengikat wanita itu dan membuatnya tinggal di rumahnya. Akankah Arshaka terpuaskan hanya dengan masakan Wilona, ataukah keserakahannya menuntut lebih dari wanita beranak satu itu?

View More
Nikahi Mamaku, Om! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ichigo Oishi
Nunggu banyak bab. Update sering, dong!
2024-04-14 12:02:03
0
9 Chapters
Terjerat Utang Mantan Suami
"Tunggu! Kalian pikir apa yang kalian lakukan di rumahku?" pekik Wilona sembari berusaha menghalang-halangi empat pria yang terus sibuk mengambil barang-barang di rumahnya."Kami hanya melakukan pekerjaan. Jadi tolong menyingkirlah sebelum Anda terluka.""Tidak!" Wilona masih berusaha menghalangi. Kedua tangan merentang, kaki bergerak sesuai dengan perpindahan pria di hadapannya. "Kau pikir bisa mengambil barang-barang di sini? Semuanya milikku! Aku yang membelinya."Salah seorang pria di sana menghela napas kesal, merasakan kesabarannya hampir habis karena ulah Wilona. Pria itu kemudian menunjukkan selembar kertas pada Wilona. “Baca ini.”“Apa ini?” Wilona mengernyit, tapi ia mengambil kertas itu dan melihat tulisan di sana sepintas. Lalu, dengan nada marah, ia kembali menatap pria di hadapannya. “Kalian mencoba menipuku ya? Tidak bisa!”"Mohon periksa dengan saksama, lalu Anda akan mengerti."Wilona kembali menekuri kertas di tangan, membaca kertas yang dibubuhi tanda tangan lengka
Read more
Om Datang untuk Makan Malam?
"Om Arshaka datang kesini untuk makan malam?" Namun sebelum itu terjawab, Wilona sudah menarik lengan sang anak lebih dulu. “Mendekat ke mama, Arjuna.” Arjuna langsung menurut. Sementara di hadapan mereka, Arshaka menatap dengan mata ragu, seolah tengah mengingat siapa anak yang menyapanya dengan akrab barusan. Saat pria itu masih mencoba menebak, Wilona sudah lebih dulu menyela. Ia bertanya, “Di mana kamu bertemu dengan pria ini, Arjuna?” “Maksud Mama Om Arshaka?” Arjuna menoleh. Melihat sang ibu mengangguk, anak kecil itu melanjutkan, “Mama ingat om-om yang sedih hari itu di taman? Yang aku tolong itu~” Sang ibu tampak berpikir. Arjuna kemudian melanjutkan, “Itu Om Arshaka, Ma. Dan Mama bilang aku boleh mengundangnya makan malam. Tapi aku tidak tahu kalau Om datang sekarang.” Mengingat hal tersebut, Wilona membeku. Ia ingat anaknya menceritakan tentang lelaki yang menangis di taman beberapa waktu lalu dan benar Wilona mengatakan untuk mengundang pria itu ke rumah. Namun … te
Read more
Sihir Masakan Wilona
Sudah empat hari berlalu sejak malam itu, dan Arshaka masih belum mampir ke tempat Wilona lagi untuk makan malam. “Bukannya aku berharap lintah itu datang. Hanya saja, bukankah akan lebih baik jika dia sering makan dan memotong sisa bunganya?” keluh Wilona di tengah waktu senggang menjaga rumah makan. Beberapa hari ini pelanggan cukup sepi, padahal ia harus bekerja keras untuk melunasi hutang. “Hah ….” Ia hanya bisa menghela. Lagipula tidak ada yang bisa dilakukan sekarang. Ketika Wilona masih sibuk menghitung sisa hutang dan cara melunasinya, seseorang terlihat datang untuk makan. Suara langkah kaki yang berjalan mendekati pintu masuk membuat mata Wilona melebar senang. Setelah hampir dua jam tak ada pelanggan, itu membuatnya sedikit lega. Wanita itu segera bangkit dan bersiap menyapa. “Selamat datang. Ap—” Namun, nada semangat Wilona mendadak berubah jutek saat melihat yang masuk adalah Arshaka. “Mau apa ke sini?” “Mau makan, lah. Memang ada layanan apalagi selain rumah makan
Read more
Rumah Disita, Tawaran Tinggal Bersama
Setelah semalaman bulan menggantung, kini giliran matahari yang perlahan naik ke peraduan. Kedua mata Arshaka mengerjap ketika mendengar alarm yang tak kunjung berhenti dari tadi. Tak perlu menoleh, ia segera meraih benda pipih di atas nakas dan melihat pukul berapa sekarang. Namun saat ia melihat angka sembilan di layar, kedua mata yang tadi masih berat mendadak terbuka lebar. "Sial! Aku benar-benar tidur seperti orang mati," pekiknya, di detik berikutnya ia segera bangkit dari ranjang. Entah kapan terakhir kali Arshaka tertidur nyenyak. Agaknya perut yang dipuaskan semalam sungguh membuatnya terlena dalam kenyamanan. Tak suka membuang waktu, Arshaka bergegas keluar setelah mengenakan pakaian. Rambut disisir seadanya, wajah yang kusut kini sudah rapi seperti baru disetrika. "Pukul berapa pertemuan dengan Grup Sean?" tanyanya seraya menerima beberapa dokumen dari anak buah. "Pukul sebelas. Masih ada waktu, Bos." Mendengar itu Arshaka mengangguk. Dalam hatinya merasa lega, bagai
Read more
Pindah ke Rumah Rentenir
“Kamu yakin cuma ini?”Satu tas berukuran tidak terlalu besar yang Wilona bawa setelah mengemasi barang-barang, membuat dahi Arshaka mengerut. Untuk orang yang akan pindahan, bukankah bawaannya terlalu sedikit?“Aku sudah membawa semua yang kami butuhkan,” ucap Wilona, “kenapa? Kamu berharap aku juga membawa perabotan ke rumahmu?”Pertanyaan tidak masuk akal barusan membuat Arshaka terdiam. Tak mau berdebat, pria ini hanya mengangguk sekenanya. “Ya sudah. Bawa barang-barangmu ke mobil.”Jika bukan karena kemampuan memasak Wilona, sepertinya akan lebih mudah bagi Arshaka untuk melenyapkan wanita itu. Sayang sekali, ia tidak ingin keuntungan sekecil apapun hilang begitu saja.“Jalan, Pras.”Mesin mobil yang langsung dinyalakan menandakan kepatuhan dari Pras. Dengan kecepatan sedang, ia membawa mobil membelah jalanan yang perlahan menggelap.Di kursi belakang, Wilona banyak diam. Pandangan dialihkan ke luar jendela, sedangkan sisi yang lain ia gunakan untuk menyangga tubuh Arjuna. Apakah
Read more
Sarapan yang Berisik
Matahari yang semakin tinggi di luar mengembalikan kesadaran Wilona secara perlahan. Cahaya terang yang menyelinap di balik tirai membuat mata wanita itu mengerjap.Silau dan hangat. Itulah kesan sesaat yang ia rasakan. Sebelum bagian kosong di samping akhirnya menyadarkannya.“Arjuna!” Wilona memekik kaget. Tempat yang semalam masih dipenuhi dengan kehangatan tubuh Arjuna kini kosong, bahkan sudah terasa dingin.Mendadak perasaan cemas menggerayangi hati Wilona. Terlebih saat ia menatap seluruh ruangan, dan batang hidung putranya sama sekali tidak bisa ditemukan. “Jangan-jangan mereka berbuat sesuatu pada putraku.”Tak sempat menunggu detik beralih, Wilona segera menyingkap selimut. Langkah besar diambil, dengan terburu-buru ia membuka pintu sambil meneriakkan nama sang anak.“Arjuna! Arjuna!” panggilnya seraya terus melangkah menyusuri lorong yang terlihat asing.Apakah ke kiri atau ke kanan. Wilona tidak sempat berpikir, kemanapun kakinya pergi, ia hanya berharap segera menemukan A
Read more
Jangan Sentuh Apapun
Jika ada yang lebih cepat dari kedipan mata, itu adalah waktu yang dilalui oleh Wilona. Rasanya baru kemarin mereka menjadi tawanan di rumah rentenir itu, sekarang sudah satu minggu berlalu sejak saat itu.Selain pekerjaannya yang berbeda, kehidupan mereka juga banyak berubah. Salah satunya, ia harus mengurus perpindahan sekolah Arjuna. Kemudian hari ini adalah hari pertama anak itu di sekolah baru. Berterima kasihlah pada Arshaka, sebab atas bantuannya, Arjuna masuk ke sekolah swasta ternama dengan mudah.Pukul setengah enam pagi adalah jadwal Wilona memasak sarapan untuk tuan barunya, Arshaka. Alih-alih bertanya, ia mempunyai cara tersendiri untuk mengetahui makanan apa yang ingin disantap pria itu.Sebuah catatan menu dari sarapan sampai makan malam akan dipajang, lalu Arshaka akan mencoret masakan yang tidak ingin ia makan.Hal itu lebih memudahkan bagi Wilona.“Daging lada hitam, brokoli dan jamur,” gumam wanita itu sambil membaca menu sarapan yang Arshaka tandai.Tak banyak ber
Read more
Keadaan Berubah
“.....”Makan malam kali ini hanya ditemani oleh gesekkan sendok dan piring. Jika biasanya Arjuna akan banyak mengoceh, kali ini bocah itu terlihat sangat tenang. Atau mungkin … ketakutan?Bayangan tentang Arshaka yang lemah lembut dan menyenangkan, mendadak hilang begitu Arjuna tidak sengaja melihat bagaimana pria itu memukuli salah satu anak buahnya tadi pagi.Namun bukan hanya Arjuna, Wilona juga terlihat lebih banyak diam. Kalau bukan karena hutang yang mengikat leher, ia akan segera mengemasi barang-barang dan hengkang dari rumah mewah itu.Sayangnya akal wanita itu masih bekerja dengan baik. Jika kesalahan kecil seperti tadi pagi saja bisa membuat Arshaka sangat murka, apalagi jika dirinya kabur begitu saja?Tidak ada pilihan lain. Untuk saat ini sampai hutang mantan suaminya lunas, ia akan berusaha menahan diri, dan bersikap sebaik mungkin.Wilona menarik napas panjang sebentar. Kemudian menampilkan senyum untuk membuat putranya merasa tenang.“Mau tambah ayam?” tanyanya.Arjun
Read more
Mantan Suami Datang
“Bagaimana kabar kalian?” Wilona sengaja membuang pandangan ke sembarang arah. Melihat Randi–mantan suaminya tiba-tiba muncul setelah menghilang berbulan-bulan, rasanya seperti menyiramkan garam ke luka yang belum kering. Perih dan menyakitkan. “Aku minta maaf karena pergi begitu saja,” lanjut lelaki di depan Wilona. Cafe di seberang jalan raya menjadi saksi bagaimana Wilona berusaha mati-matian untuk mengendalikan perasaan. Dasar memang perempuan, mendengar satu kata maaf saja sudah hampir menghapus semua derita yang ada. Wilona menarik napas dalam. Dia sengaja memberi jeda, menyeruput es kopi sambil menenangkan hati. Setelah cangkir kembali diletakkan di atas meja, ia berkata, “Cuma itu yang mau kamu omongin?” “.... Tidak,” ucap Randi setelah terdiam sesaat. “Aku juga kangen sama kamu dan Arjuna.” “Terus?” “Terus ….” Bola mata Randi bergerak cepat tanda ia sedang memikirkan alasan yang lain. “Aku masih cinta sama kamu. Wilona—” “Astaga.” Helaan kasar keluar dari bibir Wilona.
Read more
DMCA.com Protection Status