Share

Bab 05

Author: Miss Yune
last update Last Updated: 2025-03-24 10:33:56

"Jangan asal bicara, Farah. Justru, Karina yang memaksa aku untuk segera datang ke rumah sakit. Dia sangat peduli padamu," balas Mas Rafli membalas ucapanku.

Mataku mengerjap mendengar semua ucapan Mas Rafli. Sangat mustahil bila Karina memaksa untuk segera datang. Kenyataannya, suamiku itu malah mengantarkan Alia ke rumah neneknya terlebih dahulu.

"Sudahlah, Nak Rafli. Farah terserempet motor hingga dirinya terbaring di rumah sakit. Syukurlah tidak terjadi apa pun dalam kandungannya. Bila memang kami peduli pada istrimu, seharusnya kamu yang pertama kali datang pada Farah," ujar Ibu angkat bicara.

Aku menatap Ibu dengan nanar. Tidak pernah aku bermaksud membuat Ibu mengetahui tentang rumah tanggaku. Ditutupi seperti apa pun Mas Rafli tetapi membela sahabatnya.

"Seharusnya, Ibu bersyukur karena bisa saja Farah kehilangan janin yang ada dalam kandungannya," tukas Karina tanpa mempedulikan akibat dari ucapannya.

Ibuku, Bu Reni adalah seorang perempuan yang lemah lembut. Dia membesarkanku yang merupakan anak tunggal dalam keluarga seorang diri karena ayah sudah meninggal semenjak aku kecil. Ibu selalu memprioritaskan diriku.

Ketika aku memilih untuk menikahi Mas Rafli, Ibu berpikir keras karena tidak ingin aku salah dalam memilih suami. Kupikir, Mas Rafli akan membahagiakanku. Namun, seketika hal itu runtuh karena kehadiran Karina di antara kami.

"Memang sebaiknya kamu keluar saya dari ruangan ini. Anak saya membutuhkan istirahat," balas Ibu menahan emosinya.

Mas Rafli hanya diam tidak membantah ucapan Ibu. Ucapan Karina yang keterlaluan tidak ditegurnya sama sekali. Tentu saja, Mas Rafli selalu menganggap semua perkataan Karina adalah benar.

"Baiklah, lagi pula saya juga sudah tidak memiliki urusan di sini," kata Farah dengan santai.

"Aku harus mengantarkan Karina pulang," ucap Mas Rafli.

Ucapannya bukanlah sebuah permintaan izin, tetapi merupakan sebuah pemberitahuan. Aku menahan air mata yang hampir mengalir dari pelupuk mataku.

Tidak adakah sama sekali perasaan khawatir dalam hati suamiku? Mengapa lagi-lagi Karina menjadi prioritas Mas Rafli.

"Apa kamu tidak bisa menunggu Farah di sini? Lihatlah kondisi Farah seperti ini dipenuhi oleh luka. Bahkan, kamu tidak menanyakan keadaan istrimu sedari tadi."

Ibu angkat bicara ketika mendengarkan ucapan Mas Rafli. Dari suaranya yang ketus, aku menduga ibuku menahan semua rasa kesalnya.

"Bukankah Ibu menunggu Farah? Jadi, aku masih memiliki waktu untuk sekadar mengantarkan Karina pulang," balas Mas Rafli tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Ibu harus pulang, ada yang akan Ibu kerjakan. Kalau kamu memang merupakan suami yang bertanggung jawab. Jaga Farah karena dia adalah tanggung jawabmu!" tukas Ibu.

Wanita yang melahirkanku itu berdiri kemudian menatap Mas Rafli dengan tatapan menusuk. Kulihat dadanya naik turun karena menahan gejolak yang ada dalam hatinya.

Di usianya saat ini pasti ingin melihatku bahagia dengan pernikahanku. Namun, hal yang dilihat malah membuat hatinya bersedih.

"Sudahlah, Bu. Biarkan Mas Rafli mengantarkan Karina. Kalau Ibu pergi pasti aku pun akan ditinggalkan seorang diri oleh suamiku," ucapku menatap Ibu dengan tatapan tidak biasa.

"Tapi, kamu ini istrinya!" bantah Ibu tidak menyukai ucapanku.

"Aku akan pulang naik taksi saja, Mas. Tidak perlu kamu mengantarkanku. Lagi pula tidak akan ada yang terjadi padaku, kamu tenang saja."

Mas Rafli mengangguk, dia tersenyum lembut pada Karina. Senyum yang sudah tidak pernah kulihat tertuju padaku lagi.

"Hati-hati, Karina. Maaf aku tidak bisa mengantarkanmu," ucap Mas Rafli meminta maaf.

"Ya tidak masalah. Semoga kamu lekas membaik, Farah." Karina mengatakan hal itu sambil menyunggingkan senyum.

Senyum yang dipenuhi kepalsuan, hingga membuatku mual. Aku diam tanpa membalas ucapan Karina.

Sepeninggal janda beranak satu itu terdapat keheningan di antara kami bertiga. Ibuku menatap Mas Rafli masih dengan pandangan menusuk.

"Ibu harus pergi, jaga Farah. Dokter mengatakan butuh waktu untuk proses pemulihan. Belum lagi, Farah sedang hamil," ucap Ibu pada akhirnya memecahkan kecanggungan yang melanda.

"Ya, Bu. Aku pasti akan menjaga Farah," timpal Maa Rafli.

"Semoga kamu lekas sehat. Bila terjadi apa-apa, hubungi Ibu, Farah," pesan Ibu padaku.

"Terima kasih, Bu," balasku dengan senyum.

Ketika Ibu menutup pintu, Mas Rafli menatapku dengan iba. Mungkin, dia baru melihat kondisiku saat ini. Di kehamilanku yang menginjak tiga bulan, aku malah kecelakaan.

Ingin menyeret Karina ke dalam jalur hukum, tetapi aku yakin dirinya dapat berkelit. Belum lagi, aku tidak memiliki bukti. Memang pengendara motor yang menyerempetku bertanggung jawab dengan membiayai seluruh biaya rumah sakit. Namun, hal itu terjadi karena Karina mendorongku dengan sengaja.

"Jangan pernah menceritakan kondisi rumah tangga kita pada Ibu. Apa kamu tidak lihat kalau tadi Ibu menatap sinis pada Karina? Dia itu sahabatku, seharusnya kamu bisa mengerti posisinya sangat berarti untukku."

"Sahabat? Dia buka sekadar sahabatmu, Mas! Dia menyukaimu!" balasku dengan penuh penekanan.

"Sudah aku katakan bukan? Jangan berpikir aneh-aneh. Kamu tahu mendiang suami Karina menitipkan istri dan anaknya Alia padaku. Jadi, aku juga bertanggung jawab untuk menjaganya," tukas Mas Rafli.

"Tanggung jawab seperti apa yang harus kamu lakukan? Apa dengan selalu berada di sisi Karina itu berarti bertanggung jawab padanya?" cecarku dengan menggebu-gebu.

"Mengapa kamu cemburu pada Karina yang jelas-jelas kuanggap sebagai sahabat. Bukan hanya sahabat, dia bagaikan saudara bagiku."

Aku menatap Mas Rafli dengan pandangan tidak percaya. Mana ada persahabatan di antara pria dan wanita. Pasti salah satu di antara mereka memiliki perasaan yang berbeda.

Teringat pada perkataan Karina yang seolah tidak ingin kalah dariku. Aku yakin wanita itu ingin merebut suamiku.

Kutatap Mas Rafli dengan berani. Tidak peduli apa yang akan dia katakan dan lakukan. Aku sudah cukup lelah dengan semua yang terjadi dalam penikahanku.

"Tidak ada persahabatan murni antara pria dan wanita," ucapku dengan dingin.

"Ada, aku bersahabat dengan Karina dari dulu. Persahabatan kami murni, Farah. Kamu akan lelah bila terus menerus meributkan hal ini," balas Mas Rafli mencoba meyakinkanku.

"Tidak ada sahabat yang merebut perhatian suami orang lain hingga istrinya sendiri tidak dipedulikan. Aku merasa kamu sudah sangat berubah, Mas," ujarku dengan emosi.

"Sudah aku katakan berkali-kali kalau aku hanya memenuhi janjiku pada mendiang suami Karina. Pras mengatakan bahwa aku harus menjaga istri dan anaknya," tukas Mas Rafli.

"Kalau begitu, nikahi saja sahabatmu, Mas!" balasku dengan setengah berteriak. Mas Rafli membelalakkan mata ketika aku mengatakan hal itu.

*

Bersambung...

Terima kasih telah membaca🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wikka Pusparini
Semoga pesan mesra di ponsel suamiku ada di goodnovel... ............ please kak author ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 27

    Ketika Mas Rafli pulang, aku tidak menyadarinya. Hingga pria itu menepuk punggungku pelan. Aku sedang melamun di ruang keluarga hingga tidak mengindahkan suamiku yang baru pulang. "Ada apa?" tanya suamiku itu. "Tadi Karina menemuiku," jawabku tanpa menutupi apa pun. Ekspresi Mas Rafli menegang, tampak sekali kecemasan dalam dirinya. Mungkin, dia mengira kalau Karina kembali mengusik ketenanganku."Mau apa dia ke rumah kita? Kau baik-baik saja, kan? Dia tidak melakukan apa pun padamu?" balas Mas Rafli.Aku menggeleng. "Tidak, aku baik-baik saja. Dia hanya meminta maaf dan berpamitan padaku," ujarku dengan tenang."Lalu, mengapa kamu sampai merenunginya seperti itu?" balas Rafli."Entahlah, dia mengatakan kalau sekarang dia telah menjadi istri kedua dari adik iparnya. Apakah dia melakukan hal itu dengan adik iparnya sendiri dan menjebakmu?" Dari tadi, aku selalu memikirkan hal tersebut. Tega sekali Karina melakukannya untuk menghancurkan rumah tanggaku. Membayangkan dirinya melakuka

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 26

    Kehidupan pernikahanku dengan Mas Rafli kembali membaik. Setelah membuktikan kalau anak yang ada dalam kandungan Karina bukanlah anak Mas Rafli. Tidak lagi terdengar kabar tentang Karina. Aku bersyukur tidak lagi diganggu oleh keberadaannya."Kudengar kalau Karina akan menikah," ujar Kak Widya yang bertandang ke rumahku. "Oh ya? Menikah dengan siapa? Mungkin Ayah dari anaknya sudah bertanggung jawab pada dirinya," balasku dengan senyum di wajah. Kalau Karina sudah menikah, dia tidak lagi menjadi ganjalan dalam rumah tanggaku. Jadi, aku bahagia saja dia menikah dengan orang lain. "Kamu senang dia menikah?" tanya Kak Widya."Tentu saja, aku sangat senang bila dia menikah. Jadi, dia tidak bisa menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku," jawabku dengan tenang."Katanya dia menikah dengan adik suaminya sendiri. Aku tidak tahu mengapa dia memilih untuk menikah dengan adik suaminya. Bisa jadi, anak dalam kandungannya adalah miliknya," ujar Kak Widya. Sedikit terkejut dengan ucapan Kak Wi

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 25

    POV Karina..."Kamu harus mengikuti keinginanku. Beruntung aku tidak melaporkan hubungan kalian ke meja hijau. Bayangkan bila aku melakukannya. Kamu akan mendekam di penjara," ujar Tiara dengan menggerutu. "Laporkan saja, aku tidak takut. Bila aku mendekam di penjara. Akan aku seret Arifin bersamaku," balasku dengan sengit.Tiara yang tidak bisa hamil, tentu mendapatkan tekanan yang sangat besar dari ibu mertuaku. Bu Tuti kerap kali memaksanya untuk melakukan program hamil. Berkali-kali dia mengikuti program hamil, tetapi tidak berhasil.Aku menyeringai ketika Tiara hanya bisa terdiam mendengar penuturanku. Dia tidak akan bisa membalas semua perkataanku karena ini semua bukan salahku.Perselingkuhanku dengan Arifin bukan merupakan hanya kesalahanku. Arifin juga memiliki andil dalam pengkhianatan kami. Jujur saja, aku tidak mengerti jalan pikiran Tiara yang menginginkan anakku. "Bagaimana bila kamu menjadi istri kedua Arifin saja?" tanya Bu Tuti dengan pelan.Aku terkejut mendenga

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 24

    POV Karina ..Tidak! Mas Yudhi meninggal begitu cepat membuatku kehilangan semuanya. Dia memang tidak menguak perselingkuhanku. Akan tetapi, dia secepat ini meninggal karena kecelakaan naas tersebut. Kuusap perutku dengan lembut, ketika adik iparku datang untuk mengikuti pemakaman Mas Yudhi aku memanfaatkan kesempatan itu. Aku menginginkan nasib yang jelas untuk anak yang ada dalam kandunganku. Dia tidak boleh pergi dariku dan lepas dari genggamanku."Rif, kapan kamu menceraikan Tiara? Aku sudah tidak mungkin menutupi kehamilanku," ucapku dengan mimik serius.Arifin adalah adik iparku, dia dan Tiara sudah menikah cukup lama. Akan tetapi, keduanya belum dikarunia seorang anak. Hal itu membuatku menggodanya. Awalnya, kami dapat menutupi pengkhinatan ini, tetapi tidak ada lagi yang dapat kami lakukan setelah dengan mata kepalanya sendiri Mas Yudhi melihat kami bermesraan.Untungnya, ketika Mas Yudhi menyetir untuk memberitahukan perbuatan kami. Dia kecelakaan sehingga tidak sempat me

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 23

    "Ini hasil tes Anda. Bila ada yang ingin dikonsultasikan, bisa Anda konsultasikan ke dokter dengan membawanya ke ruangan," ucap petugas kesehatan yang memberikan sebuah amplop pada suamiku. Hatiku berdebar menunggu hasil tes DNA Mas Rafli. Pria itu segera menghampiri yang duduk bersisian dengan Karina. Wanita di sampingku cukup diam hari ini. Tidak ada sama sekali tersirat kalau dirinya mengkhawatirkan hasil tes tersebut. Kupandangi wajah Karina yang terlihat cekung. Kami sama-sama sedang hamil. Namun, tidak jelas pria yang menghamili Karina. Kuharap semua ekspektasiku menjadi kenyataan dan anak yang ada dalam kandungannya bukanlah anak Mas Rafli."Aku bukan Ayah dari anak yang kamu kandung, Rin," ucap Rafli dengan senyum merekah di wajah. Aku tersenyum mendapati hasil tes yang sesuai harapan. Berbeda dengan Karina yang tampak tidak percaya dengan hasil itu."Apa maksudmu? Tidak mungkin. Pasti kalian melakukan sesuatu pada hasil tes tersebut!" tuduh Karina.Mas Rafli tersenyum meny

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 22

    "Silakan bila Anda ingin menuntut rumah sakit. Kami juga akan menuntut balik Anda karena ingin melakukan penyuapan," ucap petugas keamanan membuat Karina terdiam. Aku tersenyum miring mendengar perkataan petugas. Kupandangi wajah Karina yang tampak merana. Perbuatan yang tidak sepantasnya itu diketahui oleh kami yang terlibat dengannya.Petugas keamanan memaksa Karina keluar dari rumah sakit. Aku dan Mas Rafli hanya memandanginya. Hatiku bersorak senang ketika dia mendapatkan perlakuan yang sepantasnya.Kutatap wajah Mas Rafli yang tidak terbaca. Apa dia memang memiliki perasaan pada Karina? Terlihat kalau bola mata Mas Rafli menyiratkan kesedihan."Mas sedih kalau anak yang dia kandung bukanlah anakmu?" tanyaku dengan pelan. Mas Rafli menatapku terkejut. "Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya tidak menyangka kalau Kirana dapat melakukan hal seperti ini. Ingin mengubah hasil tes agar aku mau bertanggung jawab," jawab Mas Rafli. Kuselami mata Mas Rafli, tidak ada kebohongan di dalam s

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 21

    Aku merasa sangat lemas, tidak bertenaga malam ini. Semua makanan yang tadi kumakan telah keluar hingga membuat tubuhku terasa limbung."Bagaimana, Dok? Apa yang terjadi pada istri saya? tanya Mas Rafli dengan raut wajah penuh kekhawatiran.Jujur saja aku menyukai Mas Rafli yang mencemaskan kondisiku. Tidak pernah menyangka kalau hubungan kami akan kembali seperti sebelumnya. "Sebelumnya, saya ingin bertanya kapan terakhir kali Anda datang bulan?" jawab dokter yang membalas pertanyaan Mas Rafli dengan bertanya padaku.Aku terkejut mendengar pertanyaan dokter. Berpikir keras kapan terakhir kali aku mendapatkan menstruasiku. Sayangnya, aku tidak menemukan jawaban yang tepat. Setelah aku pulang dari rumah sakit pasca keguguran. Aku belum mendapatkan datang bulan. Mas Rafli langsung melakukannya padaku. Pria itu tampak mengerutkan dahi ketika aku hanya diam."Ehmm... Maaf, Dok. Saya bulan lalu baru saja keguguran. Hmm... Tidak mungkin kan kalau aku langsung hamil lagi. Kami...""Semua m

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 20

    Kupegangi pipi yang memerah karena tamparan dari Karina. Mas Rafli, suamiku langsung menegur Karina dengan mengucapkan perkataan yang sepertinya menyakiti hati Karina. "Hentikan, si*lan. Kamu benar-benar tidak bisa aku percaya lagi, Karina. Pergi kamu sekarang juga! Aku sungguh muak dengan kelakuanmu," ucap Mas Rafli kemudian mengelus pipi yang ditampar oleh Karina.Di sudut hatiku, aku ingin menampar balik perempuan yang mengancam pernikahan kami itu. Akan tetapi, mendengar ucapan Mas Rafli aku mengingat kalau dia tidak menyukai wanita yang kasar. "Mas! Mengapa kamu berubah secepat ini? Kita ini saling mencintai. Farah menjadi penghalang bagi hubungan kita seperti ucapanmu dulu, tetapi kamu tetap tidak bisa menceraikannya," ujar Karina masih tidak beranjak dari tempatnya berdiri.Sedangkan, Mas Rafli menemengiku sekarang. Dia tidak membiarkan Karina lebih dekat denganku lagi saat ini. "Aku tidak pernah mengatakan hal itu, Karina. Mungkin kamu saja yang mengkhayal. Dulu, aku memang

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 19

    Aku memang tidak begitu mengenal Kakak iparku dengan baik. Dia lebih dekat dengan Karina dibandingkan dengan diriku. Namun, Karina yang menikah terlebih dahulu dengan suaminya. Hingga, akhirnya Mas Rafli mengenalku dan menjalin hubungan denganku.Sifat Kak Widya membuatku semakin kecewa. Dia hanya diam tidak menjawab ucapanku. Kerap kali dia mengirimkan pesan untuk mengakhiri saja hubunganku dengan adiknya. Akan tetapi, kali ini dia membelaku di depan Karina. "Jawab, pertanyaanku, Kak. Kakak memang tahu kalau Karina menyukai Mas Rafli? Lalu, apa Kakak menginginkan Karina menjadi adik ipar Kakak saat ini," ujarku sengaja memancing emosi Kak Widya."Jangan sembarangan, Farah. Kamu tahu kalau aku sangat membenci pengkhianatan. Jadi, mana mungkin aku menginginkan wanita ini menjadi adik iparku," tukas Kak Widya akhirnya menjawab ucapanku. "Sudahlah, lebih baik kamu pergi dari sini, Karina. Rafli sudah memiliki keluarga sendiri. Sebaiknya, kamu intropeksi diri. Kamu memiliki anak perempu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status