Share

Bab 3

Penulis: RATU LANGIT
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 19:18:54

Dengan langkah ragu, Cleo mengikuti pelayan masuk ke ruang pas. Tangannya dingin, jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang.

"Nona, izinkan saya membantu memakaikannya," ujar pelayan itu dengan ramah sambil membuka resleting gaun.

Cleo mengangguk pelan, hampir tanpa suara. Dalam hati ia terus bergumam, “Ya Tuhan, aku hanya ingin kabur dari preman, bukan malah dinikahkan secara tiba-tiba!”

Gaun itu terasa berat, tapi lembut menyentuh kulit. Saat pelayan memasangkannya di tubuh Cleo dan merapikan detailnya, cermin besar di hadapannya pun memantulkan sosok gadis berbeda. Gadis yang tadinya kabur dari preman pasar, kini berdiri anggun bak pengantin bangsawan.

"Wow... Anda sangat cantik, Nona. Seperti putri dalam dongeng," ujar pelayan itu dengan mata berbinar.

Cleo terdiam. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin. Seketika rasa bingung dan takut itu menyatu dengan takjub.

"Ini... aku?" gumamnya pelan.

Tapi momen kagum itu hanya berlangsung sesaat, karena kenyataan menamparnya kembali. "Tunggu dulu... aku akan menikah. Tapi dengan siapa? Dan bagaimana kalau mereka tahu aku bukan Calia? Gawat, bisa-bisa aku dilaporkan sebagai penipu!"

Cleo menelan ludah. Tapi melihat gaun itu, mendengar pujian si pelayan, dan membayangkan Om Chen yang masih berkeliaran, akhirnya ia menghela napas pasrah.

"Lebih baik menikah pura-pura daripada jadi istri Koh Chen si tua bangka," batinnya getir sambil menguatkan diri.

Pelayan pun tersenyum puas, lalu berkata, "Setelah ini, kita ke ruang makeup, ya, Nona. Semua harus sempurna sebelum anda menemui calon suami anda."

Cleo duduk di kursi rias dengan napas tak beraturan. Make-up artist mulai bekerja, merapikan alis, menyapukan foundation, dan memoleskan lipstik warna nude yang manis.

Di dalam hati, Cleo masih saja bingung. Ia melirik sesekali ke arah pintu, berharap Dio—yang ia kira calon suaminya—segera masuk dan menjelaskan semuanya.

“Kenapa calon suamiku belum juga muncul? Apa dia grogi? Kasihan juga, ya…” batin Cleo polos sambil tersenyum malu sendiri.

Setelah beberapa saat, gaun pengantin itu sempurna melekat di tubuhnya. Rambut panjangnya ditata elegan dengan sentuhan mahkota mungil dan bunga-bunga kecil. Makeup natural menonjolkan kecantikannya. Bahkan Cleo sendiri nyaris tak mengenali dirinya di cermin.

"Anda sudah siap, Nona Calia," ucap sang perias sambil tersenyum bangga.

Cleo berdiri perlahan dan menatap dirinya di cermin satu kali lagi. Dia tampak seperti putri dari negeri dongeng, bukan gadis miskin yang selalu tampil awut-awutan karena lelah bekerja.

“Yah, semoga saja setelah ini hidupku benar-benar berubah jadi dongeng.”

Namun begitu pintu bridal dibuka dan Cleo melangkah keluar, jantungnya seketika membeku. Beberapa meter dari tempatnya berdiri, ia melihat dua sosok preman yang tadi mengejarnya sedang celingukan, menatap sekeliling toko sambil mengacungkan foto dari ponsel ke para pegawai butik.

"Permisi, lihat cewek ini nggak?" terdengar suara salah satu dari mereka.

Cleo menegang. Tangan gemetar, kaki mau lari tapi tak bisa bergerak.

“Astaga… mereka masih mencariku?!”

Tanpa pikir panjang, Cleo menunduk dan berjalan cepat menuju arah parkiran, berusaha menutupi wajahnya dengan veil tipis yang menjuntai dari rambutnya. Tapi langkahnya semakin panik, karena suara langkah sepatu preman itu juga terdengar mendekat.

“Hey! Itu bukan dia? Yang barusan keluar dari bridal?” teriak salah satu preman.

Cleo langsung berlari, gaun pengantinnya terseret sedikit. Napasnya pendek, jantung berdentam.

“TIDAAAKKK!” teriaknya dalam hati.

Lalu tiba-tiba Cleo melihat sebuah mobil hitam elegan ada di depannya. Dengan cepat, Cleo menyelinap masuk ke dalam dan langsung meringkuk di jok belakang, mencoba bersembunyi di balik sosok pria yang duduk di sana.

Namun…

“Hei! Apa yang kamu lakukan?! Siapa kamu?” suara pria itu terdengar tajam.

Cleo menjerit kecil, matanya melebar. Sosok yang kini menatapnya tajam bukan Dio. Tapi seorang pria asing yang jauh lebih dingin, dengan sorot mata tajam dan rahang tegas. Pria itu mengenakan jas hitam mahal, dan tatapannya menusuk seperti es musim dingin.

Cleo membeku. Dalam hati ia hanya bisa berkata:

“Ya Tuhan…Ini bukan cowok yang tadi. Lalu siapa lagi cowok ini?!"

“A-a-aku… Calia,” ucap Cleo gugup, berbohong dengan suara gemetar.

Devan mengernyit. “Dasar penipu. Keluar dari mobilku sekarang. Kita pergi ke kantor polisi.” Ia menunjuk ke arah seberang jalan.

Cleo mengikuti arah telunjuk Devan dan nyaris tersedak napasnya sendiri. Di sana berdiri tegak sebuah kantor polisi.

“Se-sejak kapan kantor polisinya pindah ke situ?” tanyanya panik.

“Apa katamu barusan?” sahut Devan tajam, nadanya meninggi.

Ia menahan senyum yang nyaris muncul di wajahnya. Tingkah Cleo konyol sekali, tapi ia tak boleh kehilangan citra dinginnya. Ia menggeleng pelan, menahan geli.

“Jadi, sebenarnya apa maumu? Kenapa kamu ngaku-ngaku jadi Calia?” tanyanya serius.

Belum sempat Cleo menjawab, dua preman tiba-tiba mendekat ke arah mobil Devan. Salah satu dari mereka mengintip ke dalam lewat kaca. Wajah Cleo langsung pucat. Tanpa pikir panjang, ia memeluk Devan dan menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.

“Tolong… aku mohon. Mereka mencariku. Kalau mereka menangkapku, aku bisa mati…”

Devan melirik ke luar, melihat para preman bertubuh besar dengan ekspresi garang. Matanya lalu kembali ke wajah Cleo yang ketakutan. Ia terdiam sejenak, lalu dengan tenang menyentuh kepala Cleo dan menyandarkannya ke dadanya.

Cleo tercengang. Baru kali ini ada pria yang memeluknya seperti ini—hangat, melindungi.

Devan membuka kaca mobil perlahan. “Ada urusan apa?” tanyanya datar.

Salah satu preman menyeringai. “Kami sedang mencari seseorang. Tapi… wah, ternyata pengantin baru, ya? Maaf, silakan lanjutkan!” Ia tertawa kecil dan segera menjauh.

Devan menutup kaca kembali. Cleo perlahan menatap wajah pria di sampingnya. Mata mereka saling bertemu, membuat keduanya sedikit tersentak.

“Maafkan aku… tolong aku! Aku akan lakukan apa saja, asal kamu mau membawaku pergi dari sini,” pinta Cleo memelas.

Devan menatapnya lekat. “Apa saja?”

Cleo mengangguk cepat. “Apa pun itu. Tolong… aku nggak bisa keluar dari mobil ini. Mereka akan menangkapku.”

Beberapa detik kemudian, Dio datang sambil membawa dua botol air.

“Maaf, Tuan. Sudah menunggu lama. Apa semuanya baik-baik saja?”

“Kita pergi dari sini sekarang,” perintah Devan singkat.

“Baik, Tuan.”

Dio segera menyalakan mesin dan membawa mobil melaju pergi.

Dari kursi depan, Dio melirik lewat kaca spion. Dalam hati ia membatin, "Tadi Tuan Devan begitu gelisah menjelang pernikahan… tapi sekarang? Wajahnya malah terlihat bersemangat. Apa karena kecantikan Nona Calia? Yah, anggap saja begitu..."

Sementara itu, Cleo masih bingung. Tadi ia pikir Dio adalah calon suaminya. Tapi mengapa Dio malah memanggil “Tuan” pada pria di sampingnya? Segalanya terasa semakin rumit.

Namun, Cleo menarik napas dalam. Untuk sekarang, yang terpenting adalah satu hal—ia berhasil kabur. Terlepas dari kejaran preman-preman menyeramkan, dan terutama… dari pernikahan dengan Koh Chen Si, si pria tua-tua keladi. Membayangkannya saja sudah membuat perut Cleo mual.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 6

    Richard tampak gelisah. Ia takut terlambat hadir di pesta resepsi cucu kesayangannya. Tidak ada yang tahu jika kemacetan di jalan raya itu adalah ulah cucunya sengaja agar semua terlambat datang ke resepsi pernikahannya. "Kenapa macet sekali? Ada apa, Ini?" tanya Richard gelisah. "Maaf, Tuan. Sepertinya ada mobil terbakar di depan. Beberapa mobil damkar sedang berusaha memadamkan api tersebut." "Kalau begini kita bisa terlambat ke acara pernikahan Devan," gerutu Pak Richard. Sepertinya rencana Devan berjalan dengan lancar. Jalan utama menuju gedung resepsi telah tertutup total. Sedangkan mobil yang sudah terjebak, tidak akan bisa berputar balik. Kejadian itu juga berlaku untuk keluarga Calia yang sedang menuju gedung resepsi. Mereka ikut terjebak dan tidak akan bisa berkutik. Sementara itu, mobil Devan telah sampai di gedung resepsi. Beberapa tamu yang berasal dari daerah lain telah sampai di lokasi. Namun hanya beberapa saja. Dio membukakan pintu untuk Devan. Ia lalu

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 5

    Mobil hitam yang dikendarai Dio melaju membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan tinggi. Di kursi belakang, Devan duduk dengan wajah tegang, matanya tajam menatap ke depan seolah sedang menghitung setiap detik yang lewat. “Berapa lama lagi acaranya dimulai?” tanya Devan, suaranya dingin dan dalam. “Sekitar tiga puluh menit, Tuan,” jawab Dio, matanya tetap fokus ke jalan. “Kakek dan yang lain, sudah sampai di gedung?” “Belum, Tuan. Informasi terakhir, mereka masih dalam perjalanan.” “Bagus. Tutup semua akses menuju lokasi. Aku tidak ingin siapa pun dari mereka tiba tepat waktu,” perintah Devan dengan nada memerintah. Dio sempat menoleh sekilas dari kaca spion, wajahnya bingung. Tapi ia tahu benar, bukan tempatnya untuk bertanya. “Baik, Tuan,” jawabnya patuh. Ia segera mengambil ponsel dan memberi perintah pada seseorang. “Satu lagi,” sambung Devan. “Pastikan keluarga Calia juga mengalami keterlambatan.” Cleo yang duduk di samping Devan, diam mematung. Tatapan

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 4

    Suasana bandara hari itu cukup ramai. Deru koper yang bergulir, suara pengumuman keberangkatan, dan hiruk-pikuk pelancong menyatu jadi satu harmoni khas terminal kedatangan internasional. Dari pintu kaca otomatis, seorang wanita muda melangkah keluar dengan penuh percaya diri. Tubuhnya ramping, langkahnya tegap, wajahnya tertutup kacamata hitam besar, dan penampilannya sempurna. Rambutnya yang hitam legam digulung rapi ke belakang, blazernya diseterika tanpa satu pun lipatan, dan high heels-nya berbunyi ‘klik-klik’ mantap setiap kali menjejak lantai. Itulah Calia Amanda Affandi. Si calon pengantin yang sesungguhnya. Putri dari keluarga terpandang yang terbiasa dengan standar tinggi dan kesempurnaan. Setiap hal harus sesuai rencana. Termasuk pernikahannya. Ia menghela napas pendek saat melihat sekeliling. "Seharusnya supir sudah standby di sini sejak lima menit lalu. Ini keterlambatan tak profesional," gumamnya. Tak lama kemudian, seorang pria muda dengan kemeja putih dan jas ka

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 3

    Dengan langkah ragu, Cleo mengikuti pelayan masuk ke ruang pas. Tangannya dingin, jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang."Nona, izinkan saya membantu memakaikannya," ujar pelayan itu dengan ramah sambil membuka resleting gaun.Cleo mengangguk pelan, hampir tanpa suara. Dalam hati ia terus bergumam, “Ya Tuhan, aku hanya ingin kabur dari preman, bukan malah dinikahkan secara tiba-tiba!”Gaun itu terasa berat, tapi lembut menyentuh kulit. Saat pelayan memasangkannya di tubuh Cleo dan merapikan detailnya, cermin besar di hadapannya pun memantulkan sosok gadis berbeda. Gadis yang tadinya kabur dari preman pasar, kini berdiri anggun bak pengantin bangsawan."Wow... Anda sangat cantik, Nona. Seperti putri dalam dongeng," ujar pelayan itu dengan mata berbinar.Cleo terdiam. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin. Seketika rasa bingung dan takut itu menyatu dengan takjub."Ini... aku?" gumamnya pelan.Tapi momen kagum itu hanya berlangsung sesaat, karena kenyataan menamparny

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 2

    “Kamu harus menikah dengan, Calia!” Suara kakeknya masih terdengar mengalun keras di telinganya. Devan adalah pria muda berusia dua puluhan, tampan dan berkarisma, namun dikenal dingin dan tak banyak bicara. Ia cucu dari konglomerat Richard Darelano, pemilik imperium bisnis terbesar di Asia. Malam itu, tanpa aba-aba, sang kakek tiba-tiba memintanya hadir dalam jamuan makan malam keluarga. Bukan undangan biasa, ini perintah. Pesan itu disampaikan oleh Dio, asisten pribadi Devan, dengan sangat hati-hati. “Tuan Devan... maaf mengganggu. Kakek Anda meminta Anda hadir malam ini di rumah utama. Beliau bilang ini wajib.” Devan menatap Dio tajam, lalu mengangguk pelan. Tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Tapi tatapannya cukup membuat Dio menelan ludah. Rumah megah keluarga Darelano malam itu dipenuhi cahaya lampu kristal dan aroma makanan mahal. Dua keluarga besar berkumpul membicarakan pernikahan Devan. Devan tak bisa menolak. Kakeknya, Richard Darelano, menuntutnya menikah agar

  • PENGANTIN PENGGANTI CEO TAMPAN    Bab 1

    Hei, tunggu! Berhenti! Jangan lari!” Cleo terus berlari, menghindari kejaran para preman. Sudah sebulan ini hidupnya tak tenang. Ayahnya, Rudi Baskoro, terlilit hutang dengan bandar judi, dan tak sanggup membayarnya. Alih-alih mencari solusi, sang ayah justru nekat menjadikan Cleo sebagai jaminan. Sesampainya di rumah, Cleo langsung mengamuk. “Ayah keterlaluan! Kenapa aku dijadikan jaminan hutang?!” “Cleo, Ayah nggak punya pilihan. Ayah panik, jadi asal bicara.” “Berapa total hutangnya?” “Lima miliar.” “APA?!” Cleo hampir terjatuh. Dengan gaji bulanannya yang hanya empat juta, sampai kiamat pun tak akan cukup untuk melunasi hutang ayahnya. “Ayah keterlaluan. Sudah kubilang, berhenti berjudi! Sekarang aku harus apa?!” Rudi hanya menunduk. Cleo mengepalkan tangan, menahan amarah. “Selama ini aku yang biayai kebutuhan rumah, sekolah Willy, dan Ayah malah begini. Aku capek!” Ketukan keras menggema dari depan pintu. Preman. Rentenir. Penagih hutang. "Cleo, cepat lari!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status