Pembalasan Dendam Istri TKI

Pembalasan Dendam Istri TKI

Oleh:  Alita novel  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
106Bab
24.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mutia yang menjadi TKI di luar negeri memberi kejutan pada suami yang telah menikah lagi dan menelantarkan anak mereka. Lalu, bagaimana pembalasan Mutia pada keluarga suaminya?

Lihat lebih banyak
Pembalasan Dendam Istri TKI Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Yunique Djafar
suka ceritanya,perempuan emang harus pintar..
2023-07-29 21:07:53
0
user avatar
Siti Fathimatus Zahra'
bagus banget kak
2023-05-29 10:14:56
0
106 Bab
Bab 1 Kepulangan Mutia
“Dasar anak tidak berguna. Cuiih.” Teriak Saka untuk yang terakhir kalinya lalu masuk ke dalam rumah. Mutia hampir saja melepaskan ponsel dari genggaman karena tubuhnya yang terus bergetar. Mutia berjalan mendekati rumah mertuanya saat memastikan pintu telah tertutup rapat.“Ibuuu. Sakit." RIntihan Tiara, anak Mutia, yang tengah meringkuk di depan pintu membuat Mutia berjalan dengan cepat. Ia menahan isak tangisnya saat melihat tubuh sang putri yang terlihat babak belur.“Ibuuu.” Rintih Tiara lagi. Mutia menganggukan kepalanya dengan cepat saat Tiara menyentuh wajahnya.“Iya. Ini Ibu sayang. Ayo kita pergi sekarang.” Dengan susah payah, Mutia menaikan Tiara ke punggungnya. Walaupun langkahnya tertatih, Mutia berusaha berjalan dengan cepat menuju taksi.Sopir taksi langsung membukakan pintu belakang saat melihat Mutia sudah datang. Mutia lalu membaringkan tubuh Tiara. Ia masuk lewat pintu lain dan memangku kepala Tiara.“Ibu, aku lagi nggak mimpi kan?” Mutia menggelengkan kepalanya. Is
Baca selengkapnya
Bab 2 Kepergian Tiara
Jam baru menunjukkan pukul empat pagi saat Saka sudah keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke dapur lalu membuka tudung saji. Tidak ada makanan sama sekali.CklekBu Jarmi baru keluar dari kamar mandi dengan wajah lega. “Kok nggak ada makanan Bu?”“Lah, kamu malah nanya Ibu. Tiara kan yang tugasnya masak sarapan. Salah kamu sendiri tadi malam nyuruh Tiara tidur di luar. Jadi kabur kan anaknya.” Saka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga.“Kalau gitu, Ibu tolong masakain Saka sarapan ya. Aku lagi nggak ada pegangan uang lagi makan di warung.” Bu Jarmi menggelengkan kepalanya.“Suruh saja Sekar yang masak. Apa gunanya punya dua istri kalau yang satu nggak bisa masakin kamu sarapan.” Bu Jarmi kembali masuk ke dalam kamarnya. Saka mencuci wajah dan menggosok gigi lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.Ia menepuk bahu Sekar agar bangun. Sekar menggeliatkan badan hingga kelopak matanya terbuka. “Ada apa sih mas? Sekarang masih terlalu pagi.”“Tolong buatkan mas sarapan dek.” Wajah Se
Baca selengkapnya
Bab 3 Mutia, Saka dan Sekar
“Mu, Mutia sayang. Kamu salah paham” Saka memegang tangan Mutia yang sudah berdiri di depannya. ‘Halus.’ Plkir Saka saat menyentuh tangan istri pertamanya itu.“Salah paham bagaimana mas? Jelas kamu tadi teriak kalau Tiara itu anak sialan.” Saka menundukan kepalanya lalu bangkit berdiri. Ia melirik pada Mutia yang sekarang sudah berubah. Kulit Mutia yang pada dasanya berwarna kuning langsat tampak sangat bersinar. Rambut hitam panjangya terlihat sangat halus. Dengan make up sederhana yang membuat wajah Mutia semakin cantik. Saka menalan salivanya lalu melirik pada Tiara yang duduk di kursi ruang tamu.“Tiara kabur dari rumah setelah mencuri hpnya Ana. Mas nggak bermaksud marah pada Tiara. Tapi, Tiara sudah terlanjur ketakutan.” Mutia menghempaskan tangan Saka hingga terlepas.“Aku nggak percaya. Buktinya Tiara sampai babak belur seperti itu.” Tunjuk Mutia ke arah putri mereka yang kini tengah sibuk dengam buku gambarnya.“Mungkin Tiara di pukul preman kampung karena pergi malam-malam
Baca selengkapnya
Bab 4 Panggilan Sidang
“Kalau kamu sudah ketemu sama Mutia di rumah Ibunya? Kenapa nggak kamu ajak sekalian kesini Saka? Bodoh banget sih jadi laki. Kamu kan suaminya. Mutia harus nurut sama kamu.” Ujar Bu Jarmi gemas mendengar penuturan putranya. Sudah gagal membawa Tiara pulang, Saka juga gagal mendapat uang dari Mutia.“Ini semua gara-gara Sekar yang tiba-tiba muncul di depan rumah Ibunya Mutia dengan mengendarai mobil kita.”“Jangan salahin aku terus mas. Kamu saja yang gagal membujuk istri TKI-mu itu.” Sekar yang sudah marah hendak beranjak masuk ke dalam kamar bersama Rasya.“Tunggu dulu Sekar. Mana gaji kamu? Isi kulkas sudah habis.” Bu Jarmi menadahkan tangannya pada Sekar. Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan wajah cemberut.“Nggak ada Bu. Aku sudah di pecat tanpa pesangon.” Mata Bu Jarmi melotot. Wanita paruh baya itu berdiri lalu berkacak pinggang.“Kenapa kamu bisa di pecat? Pasti kamu sudah berbuat salah ya?” Hardik Bu Jarmi keras hingga membuat Rasya kembali meanngis.“Sekar di pecat kare
Baca selengkapnya
Bab 5 Pertengkaran
“Apa kamu bilang Mutia? Cerai? Ibu nggak setuju.” Bu Jarmi merebut map berwarna coklat yang di bawa oleh Mutia lalu merobeknya. “Percuma Ibu robek surat itu. Karena sidang tetap akan berjalan.”“Mutia sayang. Tolong beri mas kesempatan untuk menebus kesalahan. Mas mengaku salah karena sudah memukul Tiara kemarin. Kamu pasti masih peduli sama keluarga kita. Buktinya kamu melakukan penggulingan kredit mobil.” Saka jongkok dengan memegang kaki Mutia.Wanita itu mendorong sang suami hingga terjatuh. “Nggak ada kata maaf untuk kamu mas. Kamu malah menikah lagi selama aku kerja jadi TKI.”“Eh Mutia. Suami nikah lagi itu wajar. Kamu jadi istri itu harus nurut apa kata suami. Jadi, relakan saja pernikahan kedua Saka lalu kembali ke rumah ini bersama Tiara.” Ujar Bu Jarmi untuk membela putranya. Mutia tertawa keras lalu beberapa detik kemudian senyum mengejek tersungging di bibirnya.“Aku nggak pernah menentang orang yang melakukan poligami Bu. Tapi, kalau mau menikah lagi itu pakai uangnya s
Baca selengkapnya
Bab 6 Dini dan Tiara
Sekar menjerit tidak terima karena perkataan suaminya itu. Ia memukul tangan Saka hingga Saka jatuh tersungkur. Mutia hanya diam saja melihat pertengkaran suami dan adik madunya itu."Sudah belum bertengkarnya? Tanya Mutia bosan. Saka kembali memegang tangan Mutia dengan wajah mengiba.“Aku tidak mau berpisah denganmu sayang. Kamu tahu kan sebagai laki-laki yang sudah menikah aku tidak bisa terlalu lama menahan hasrat. Menikah dengan Sekar membuatku tidak berzina dengan wanita lain.” Mutia hanya menggulirkan matanya sebal.“Aku tahu mas. Walaupun aku marah pada kalian, bukan berarti aku menentang poligami. Hanya saja, aku kecewa pada perbuatanmu. Setelah di pecat dari koperasi tempatmu bekerja, kau tidak mau melamar kerja ke pabrik dengan alasan bekerja di pabrik bukan levelmu. Lalu saat Ibuku jatuh sakit, kau justru yang menyuruhku untuk mendaftar menjadi TKI. Karena saat itu kau juga belum punya pekerjaan lagi. Gajiku sebagai buruh tani dan buruh cuci tetangga tidak akan cukup. Tap
Baca selengkapnya
Bab 7 Awal Mula
“Tiara tunggu di luar dulu ya. Sekarang gantian Ibu yang melakukan pemeriksaan kesehatan.” Tiara menganggukan kepala lalu keluar dari ruangan dokter. “Bagaimana keadaan anak saya dok?” Dokter mengarahkan hasil visum ke hadapan Mutia. “Untuk luka jambakan rambut dan sikunya yang berdarah, tidak terlalu parah. Tapi, sekujur tubuh Tiara ada bekas lebam. Karena rajin di olesi salep, luka itu sudah sembuh.” Mutia menghela nafasnya. Ia sudah tahu tentang hal itu. Dokter di klinik yang menangani Tiara dulu juga mengatakan bahwa luka di tubuh Tiara tidak akan mudah hilang. Ia juga sudah punya hasil visum dari klinik. “Saya sudah tahu dok. Terima kasih untuk hasil visumnya.” Dokter wanita itu menganggukan kepalanya. Mutia keluar dari ruang dokter lalu mengajak Tiara untuk pergi dari rumah sakit itu. Di dalam mall, Mutia belanja beberapa barang selain boneka untuk Tiara. Ada kebutuhan rumah tangga dan baju. “Kita udah selesai belanja Bu?” Mutia menganggukan kepalanya. “Iya. Karena hari ini
Baca selengkapnya
Bab 8 Melabrak
“Apa buktinya? Kalau cuma rekaman CCTV itu bisa di rekayasa tau.” Sekar berdiri dengan angkuh di depan Mutia. Wanita itu mengeluarkan bukti visum dan ponsel. Rekaman di sekolah kemarin kembali berputar. Sampai Dini yang tahu kehadrian Mutia berlari ketakutan.“Rekaman ini pasti palsu kan. Aku nggak percaya kalau anakku akan berbuat kasar seperti itu.” Kekeh Sekar membela Dini. Walaupun dalam hatinya Sekar merutuki sang putri karena membuatnya kembali berurusan dengan Mutia.“Rekaman ini asli. Kamu mau bukti lain juga selain rekaman dan hasil visum ini?”“Bukti apa? Aku yakin kau tidak akan bisa membuktikannya.” Tantang Sekar yakin. Mutia hanya tersenyum lalu menghubungi seseorang. Suara ponsel yang berdering terdengar nyaring di rumah itu.“Halo Mama Tiwi.”“Halo Ibunya Tiara. Saya sudah siap untuk mengajak Tiwi pergi ke rumah anda.”“Oh begitu. Saya tunggu nanti ya Mamanya Tiwi. Tapi, sebelumnya saya mau nanya dulu nih mumpung ada Ibunya Dini. Tiwi itu bantuin Dini buat nyerang Tiara
Baca selengkapnya
Bab 9 Penjemputan Saka
Bu Jarmi berusaha menahan polisi yang hendak memborgol tangan Saka. Raungan tangis Bu Jarmi tidak menghentikan para polisi itu bertugas. Saka hanya bisa pasrah karena wajahnya sudah memar di hajar polisi akibar mencoba kabur.“Lepaskan kami Bu. Atau anda juga akan di gelandang ke kantor polisi.” Bu Jarmi hanya bisa terduduk memandang Saka yang sudah menundukan kepalanya.“Beruntung anda tidak melakukan penganiayaan pada cucu anda. Jika tidak maka tangan anda juga sudah di borgol sekarang.” Bu Jarmi mundur perlahan saat salah satu polisi itu berjongkok di hadapannya. “Katakan dimana menantu anda berada? Dia juga akan kami tangkap karena sudah ikut menganiaya Tiara.” Bu Lasmi menggelengkan kepalanya dengan kencang.“Saya tidak tahu Pak. Sekar pergi sejak tadi pagi.” Polisi itu menganggukan kepala mengerti lalu mulai menggiring Saka keluar dari rumah.Para tetangga menatap Saka yang di giring masuk ke dalam mobil polisi. Bu Jarmi hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya. Sudah tidak p
Baca selengkapnya
Bab 10 Sidang Pertama
Mutia menatap surat panggilan sidang di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi, Mutia tidak akan hadir di pengadilan agama karena jadwalnya bertepatan dengan pekerjaan Mutia yang harus merias wajah keluarga Bu Hajjah yang akan pergi ke acara wisuda putri bungsunya.Bu Surti yang sudah duduk di atas kursi roda, keluar dari kamar. “Kamu mau berangkat sekarang nduk? Bukannya baru selesai subuh ya?” Mutia menolehkan kepala pada sang Ibu.“Iya Bu. Karena nanti keluarganya Bu Hajjah akan berangkat ke Kota Kabupaten jam delapan pagi. Aku harus bersiap dari sekarang. Apalagi selain Bu Hajjah, aku juga akan merias putri bungsunya. Aku titip Tiara lagi ya Bu. Maaf kalau lagi-lagi aku merepotkan Ibu.”“Nggak masalah nduk. Kamu juga pergi bekerja untuk menyambung hidup.” Mutia memegang tangan Bu Surti senang.“Aku udah siapkan sarapan untuk Ibu dan Tiara. Kalau begitu aku berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.”Hari masih gelap saat Mutia mengeluarkan motor dari dalam
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status