Share

Masa Lalu Datang Kembali

Suasana hening sesaat ketika semua mata tertuju pada perempuan dengan wajah babak belur. Petir tiba-tiba saja menggelegar di saat langit malam yang dipenuhi bintang. Angin kencang mulai berembus, mengibaskan rambut panjang Shena yang tergerai.

“Aryan, maafkan aku,” isak perempuan yang sedang menatap Aryan dan Shena.

Shena menatap Aryan juga perempuan itu berulang kali. Pegangan tangan suaminya kini mulai melemah, perlahan menurun lalu terlepas.

“Sisil, kenapa kamu di sini?” tanya Aryan dengan sedikit bergetar seperti menahan tangis.

Prisilia segera berlari menghampiri Presdir MnM itu sambil berurai air mata. Tanpa ragu dia merengkuh Aryan di depan Shena yang notabenenya adalah istri sahnya.

“Aryan maafkan aku sudah melukai hati juga meninggalkanmu. Aku khilaf karena memilih Dion menjanjikan bisa hidup sebebas burung di angkasa. Nyatanya dia dengan tega memukul berulang kali. Namun, aku sudah tak sanggup lagi dan lari darinya. Ternyata Tuhan mempertemukan kita kembali,” jelasnya dengan suara parau dan terbata.

Aryan hendak melepaskan pelukan wanita itu. Namun, tangannya seolah tertahan. Shena menatap suaminya juga Prisil. Skleranya memerah dengan bola mata membulat sempurna. Tangannya mengepal kuat, menahan gejolak perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

“Nana, jangan menangisi lelaki! Jangan menangisinya!” batin Shena menguatkan perasaannya yang terluka.

Baru saja ada setetes obat menyentuh hatinya, tetapi obat itu malah membuat luka semakin bernanah. Meskipun dia tidak pernah menyukai Aryan, harapan untuk membina rumah tangga bersamanya itu besar. Namun, rasanya hal itu tidak akan terwujud.

“Bodoh, mau sampai kapan kamu menonton drama konyol ini Shena! Cepat pergi dari sini!” gumam Shena.

Shena memutar tubuhnya perlahan. Untuk apa dia terus berada di bumi yang sama dengan dunia Aryan Mahendra dan Prisilia. Perempuan itu meneruskan langkah dan membiarkan Aryan bersama dengan cinta sejatinya.

“Nana, sudah kubilang jangan ikut dengannya. Kembali padaku,” teriak Alan sembari mengulurkan tangan.

Shena menoleh ke arah Alan, menatapnya dengan penuh kecewa. Cintanya dulu memang besar, tetapi rasa kecewa lebih membuncah. Shena tidak menghampiri Alan dan berusaha melanjutkan langkahnya, tetapi Aryan segera meraih pergelangan tangan yang terayun.

Shena membeku saat tangan hangat itu menggenggamnya begitu erat. Secerca harapan timbul di dalam benaknya, seakan mengembalikan senyum yang hampir saja musnah dari hatinya. Jantung Shena berdebar sangat kecang, ditambah lagi saat mendapati Aryan menatap ke arahnya bukan Prisilia.

“Jangan pergi!” tahan Aryan tegas.

Prisilia melepas tangannya, dia merasakan Aryan tidak menanggapi sama sekali. Bahkan membalas pelukannya pun tidak. Kedua bola matanya menangkap jelas jika Aryan sedang memandangi Shena dengan tatapan khawatir. Persis seperti waktu dulu ketika bersamanya dulu, lelaki hangat dan penuh cinta.

“Shena maafkan aku. Ayo kembali bersamaku, tidak perlu bertahan dengan lelaki seperti dia,” ajak Alan yang kini mendekat ke arah Shena.

Shena menepis tangan Aryan lembut. Kepalanya menunduk lemas, dia tidak bisa mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah menjadi miliknya. Hidup bersama Alan pun bukan pilihan baik. Lelaki yang belum selesai dengan masa lalu tidak akan membuatnya bahagia.

Tidak mau kesempatannya kembali dengan Aryan pupus, Prisilia memegang wajah Aryan dan membuatnya saling bertatapan. “Aryan, semua ini Dion-lah penyebabnya!” ungkap Prisilia dengan jelas.

Perkataan Prisilia bak petir yang menyambar hati Shena, hangus seketika. Kepala Shena menggeleng keras, menolak semua yang dikatakan wanita itu.

“Tidak! Kakakku tidak mungkin berani memukul wanita!” bantah Shena penuh keyakinan.

“Diam!” bentak Aryan.

Bentakan Aryan membuat Shena semakin yakin bahwa kapalnya tidak akan berlabuh. “Kamu yang diam!” balas Shena dengan penuh emosi.

Aryan tersentak mendengar Shena berani membalas. Selama ini dalam pikirannya Shena adalah perempuan yang lemah dan akan tunduk di depannya. Aryan kembali menarik pergelangan lengan Shena lebih erat.

“Lepas!” Shena berusaha menepis tangan Aryan yang menggenggamnya erat. Namun, genggaman itu semakin erat seolah tidak ingin lepas.

“Kamu harus tanggung jawab, Shena!” bentak Aryan kembali dengan tatapan seolah ingin menerkam ke arah Shena.

“Kenapa aku harus tanggung jawab? Salahmu karena tidak bisa menjaga kekasihmu dengan baik. Salahmu juga sudah memilihku jadi istri. Jangan limpahkan kesalahanmu kepadaku!” kesal Shena dengan napas yang terengah. Rasanya semua emosi meluap begitu saja saat Aryan terus menuduh.

Prisilia hanya menatap Shena dengan kasihan sekaligus kecewa. Dia pikir Aryan tidak akan pernah menikahi gadis manapun dan tetap setia pada cinta pertamanya.

“Aku tidak menyangka kamu sudah menikah, Aryan. Kupikir cinta ki—“ Prisilia mencoba meneruskan kata-katanya tetapi Aryan langsung memotong.

“Hidup terus berjalan, Sil,” jawab Aryan. Lelaki itu terlihat mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

Alan mencoba mengambil kesempatan untuk membuat perasaan Shena semakin goyah. Lelaki itu membantu Shena melepaskan diri dari Aryan. Perasaannya pun tidak senang melihat Shena mulai berpaling ke lelaki lain. Perempuan yang penurut dan tidak pernah menolak permintaannya sedikit pun walau itu berlebihan, tidak boleh jatuh ke siapapun.

“Shena, aku tidak akan membiarkan kamu menderita dengannya. Ayo kita pergi,” ajak Alan sambil meraih jemari Shena cepat.

Aryan kembali melayangkan bogem mentah ke pipi Alan. Tidak mungkin dia melihat pemandangan wanita yang ada di sisinya pergi ke pelukan lelaki lain.

“Kamu tidak boleh pergi!” tahan Aryan kembali. Kali ini dia menarik lengan Shena begitu kuat sampai istrinya masuk ke pelukannya.

Pelukan Aryan terasa begitu hangat dan erat. Shena tertegun sementara waktu dengan pikiran menerawang.

“Bolehkah aku berharap sedikit saja?” batin Shena.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status