Share

13. Cemburu

Aku tersenyum kecut sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. 

"Tidak, bu. Teh buatan ibu sangat enak," jawabku.

Setelah meminum teh itu, akhirnya aku pulang tanpa bisa berbicara dengan Winda. Kenapa sih kalian menghukumku seperti ini?

***

Keesokan harinya, aku pergi bekerja ke kebun bapak. Kata bapak, hari ini jadwal pemberian pupuk. Aku bersama para pekerja lain memberi pupuk untuk tanaman anggur bapak. Kebun bapak sangatlah luas. Jadi walaupun pekerjaan ini mudah, tapi terasa begitu melelahkan.

Sore hari waktunya pembagian upah untuk para pekerja.

"Nih buat kamu," ucap bapak memberikan uang sebesar 70 ribu rupiah.

"Pak, cuma segini?" tanyaku berharap bapak akan menambahkannya.

"Iya, bapak kan sudah bilang, tak ada hak istimewa untukmu. Semua pekerja sama upahnya," jawab bapak begitu tegas.

Ya ampun pak, padahal aku anakmu sendiri tapi kenapa bapak begitu tega? 

"Ya sudah pak, terima kasih," uc

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status