แชร์

Bab 2

ผู้เขียน: Chastin
“Aku bahkan sudah setuju menikahimu, apalagi yang kamu permasalahkan di sini?”

Tak lama kemudian, Tania menelepon dan dia pun langsung tersenyum sambil berjalan keluar.

Tinggallah kata-kataku yang melayang di udara,

“Padahal, kamu yang melamarku lebih dulu.”

“Padahal, aku menyetujuinya karena mencintaimu….”

Seketika, aku berubah dari wanita yang larut dalam kebahagiaan pernikahan, menjadi seorang penonton yang ditinggal sendirian.

Sampai sekarang, bahkan pilihan lokasi pernikahan pun tidak melibatkanku.

Malam itu, aku menginap di rumah temanku dan Felix tidak menghubungiku sama sekali.

Keesokan harinya, setelah menyelesaikan serah terima pekerjaan, begitu masuk rumah, aku langsung mendengar tawa Tania,

“Saat mengucapkan janji, harus ada kelopak bunga yang melayang dari kedua sisi, itu baru romantis.”

Felix duduk di sebelahnya, sepasang matanya penuh senyuman, terus mengikuti setiap gerak Tania.

“Iya, ikuti apa katamu.”

Itu adalah kelembutan yang bahkan tak pernah kudapatkan.

Melihat aku kembali, Tania melambaikan tangan menyapaku,

“Hana, cepat sini! Aku punya ide luar biasa untuk acara pernikahan!”

Dari ujung mataku, terlihat raut wajah Felix yang tidak senang.

“Kok baru pulang? Tania sudah sibuk empat bulan demi pernikahan ini, tapi kamu malah lepas tangan.”

“Tapi, nggak masalah. Selera Tania jauh lebih bagus darimu. Nggak seperti konsep perdesaan yang kamu buat itu, aku hampir jadi bahan tertawaan orang-orang.”

Seketika, perasaan menjadi penonton kembali menghantamku.

“Aku capek, mau istirahat dulu.”

Usai bicara, aku tidak memedulikan kerutan kening Felix dan langsung berjalan menuju kamar.

Saat menutup pintu, pesan yang telah berkali-kali kutolak kembali muncul.

“Asal kamu mau, aku rela kehilangan semuanya dan datang menculikmu dari pernikahan.”

Di luar, Tania masih terus mendeskripsikan pernikahan kastil impiannya.

Di sela-selanya, terdengar suara Felix yang tak bosan-bosan berkata, “Ikuti kata-katamu.”

Aku tertawa pahit, lalu mengetik balasan,

[Nggak perlu diculik. Aku sudah memilihmu sebagai pengantin prianya.]

Felix, kalau kamu memang ditakdirkan pergi ke kastil itu, aku akan kembali ke Wilayah Silea.

Aku akan melepaskanmu, sekaligus melepaskan diriku sendiri.

….

Aku gelisah sepanjang malam.

Setiap kali memejamkan mata, aku teringat akan cinta tak terbatas selama sepuluh tahun bersama Felix.

Aku adalah satu-satunya kesayangannya, tak peduli siapa yang mengatakan aku tak pantas untuknya, dia akan selalu berdiri di pihakku.

Itulah alasan saat nenek masih hidup, dia pernah menepuk punggung tangan Felix dan menitipkan diriku padanya.

Tatapan Felix juga begitu tegas dan mengangguk dengan sungguh-sungguh.

“Tenang saja, nenek. Aku akan mencintai Hana melebihi diriku sendiri. Aku nggak akan pernah membiarkannya sedih.”

“Aku janji, nanti kami akan menikah di halaman rumah nenek, agar nenek bisa melihat sendiri Hana menikah!”

Janji itu terdengar kokoh seperti batu besar, seakan abadi.

Namun, aku lupa. Tetesan air yang terus-menerus pun bisa mengikis batu. Waktu bisa menghapus semua janji manis.

Sehari sebelum pernikahan, aku melihat sebuah gaun ungu di ruang tamu. Bagian bawahnya menjuntai di lantai.

Ada bunga merah besar yang mencolok di bagian dada.

Tania menghampiriku dengan ramah,

“Hana, lihat ini! Ini gaun pernikahan yang kudesain khusus untukmu.”

“Felix bilang kamu suka suasana pedesaan, jadi aku mencari banyak referensi dari pesta desa dan mendesainnya lama sekali!”

Meskipun sudah memutuskan untuk melepaskan, saat melihat gaun yang disebut ‘gaun pengantin’ itu, aku tetap mengerutkan kening.

“Di desa kami, pengantin tetap memakai gaun pengantin, bukan gaun pendamping pengantin.”

Tania terdiam, lalu perlahan memundurkan langkahnya.

“Maaf Hana, aku nggak bermaksud membuatmu nggak nyaman.”

“Aku hanya mengira kamu akan suka… aku akan membongkarnya sekarang juga!”

Usai bicara, dia langsung mengambil gunting dan mengarahkannya ke gaun itu, tapi Felix yang baru keluar dari ruang kerja langsung merebut gunting itu.

“Sudah kubilang jangan pakai gunting sembarangan. Bagaimana kalau kamu terluka?”
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 10

    “Kalau bukan demi Hana, aku bahkan nggak sudi menjadi sahabat dengan orang sepertimu.”Felix menggertakkan giginya, menunjuk Bryan dan berkata padaku, “Dia sudah lama punya niat padamu, bagaimana bisa kamu menikah dengannya?!”“Dengarkan aku, aku sudah meninggalkan Tania di Span. Dia nggak mungkin kembali lagi seumur hidup. Aku sudah membalaskan dendammu!”“Hana, masih belum terlambat. Ceraikan dia, aku akan menikahimu. Kamu sudah lupa? Kita sudah bersumpah di depan nenek!”Ketidakmaluannya membuatku mencibir, “Bukannya kamu yang lebih dulu melupakan janji itu?”“Felix, kamu bilang membalaskan dendamku dan merebut kembali mas kawinku? Tapi, bukannya dirimu sendiri yang terus-menerus membuatku sedih demi dia? Bukannya kamu sendiri yang memberikan mas kawinku padanya?”“Oh iya, kurasa aku harus memberitahumu. Sebenarnya bisnis keluargaku sudah pulih. Aku menyetujui lamaranmu, itu karena aku pernah mencintaimu dan nggak ada hubungannya dengan Grup Tira.”“Tapi, kamu menyia-nyiakan cinta

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 9

    Tania terkejut sampai seperti hampir kehabisan napas, “Felix, kamu sudah gila?! Lepaskan aku!”Namun, pada akhirnya, gaunnya tetap tak dilepaskan, karena ada seseorang di kerumunan yang melihat sebuah berita. Lalu seketika membuat seluruh lokasi gempar.Setelah menyadarinya, asisten langsung menyerahkan ponsel ke depan Felix. Itu adalah pengumuman ucapan selamat….[Kabar gembira Grup Halim. Bryan, direktur Grup Halim, setelah cintanya bertepuk sebelah tangan bertahun-tahun, akhirnya membuahkan hasil. Hari ini resmi menikah dengan Nona Hana yang telah dia cintai selama sepuluh tahun! Selamat berbahagia!]Dan dibawahnya terpampang akta nikah yang bertanggal hari ini.Bryan dan Hana resmi menikah hari ini.Kaki Felix lemas, tubuhnya terjatuh ke belakang tanpa bisa ditahan.….Terbangun dari mimpi buruk, mimpi indah ataupun mimpi yang kita ciptakan sendiri, semuanya terjadi hanya dalam sekejap.Dua hari setelah pernikahan, ketika aku dan Bryan bangun dari ranjang, hal yang pertama muncul

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 8

    Di sisi lain, di Span, wajah Felix tampak sangat muram.Sangking muramnya, hingga tak seorang pun berani mendekat. Beberapa kali orang tuanya mendekat untuk menenangkannya, tapi terpukul mundur oleh aura menakutkannya.Tania menggenggam jari-jarinya dengan kuat, sambil menatapnya lekat-lekat. Saat melihat Felix sudah meneleponku puluhan kali, dia pun memberanikan diri untuk maju perlahan.“Felix, jangan panik. Aku memang nggak mengenal Hana lama, tapi menurutku dia bukan tipe orang yang nggak masuk akal. Dia mungkin hanya sedang marah saja.”“Tunggu sebentar lagi, masih ada satu jam.”Sebelumnya, apapun yang Tania katakan, Felix akan menyampingkan segalanya untuk meresponnya.Namun kali ini, Felix hanya menatap ponsel, seolah tidak mendengarnya. Dia hanya terus-menerus menelepon semua teman yang kami kenal bersama.Sepuluh menit berlalu, tetap tak ada yang bisa menghubungiku.Di Whatsapp, tanda ceklis satu membuatnya mengepalkan tangan. Felix menoleh dan membentak, “Kapan pesawat ini t

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 7

    Telepon pun segera tersambung, Felix menyebutkan nomor identitasku, menanyakan waktu pendaratan dan lokasi bandaraku.Pihak sana memeriksa selama setengah menit, lalu menjawab, “Pak Felix, Nona Hana mengubah jadwal penerbangan, bukan tujuan.”“Penerbangan yang seharusnya terbang tadi malam diubah jadi sore hari. Dia sudah mendarat di Kota Silea tadi malam pukul delapan.”Tiba-tiba, mata Felix terbelalak. Belum sempat dia marah, asistennya buru-buru berlari menghampirinya.“Pak Felix, bagian keuangan kantor biang kalau Nona Hana mentransfer sejumlah uang.”“Catatannya, mahar sudah dikembalikan, pertunangan juga dibatalkan!”….Terakhir kali aku pulang ke rumah nenek adalah setengah tahun lalu.Saat itu, aku baru saja menerima lamaran Felix. Kami berdua langsung naik pesawat kembali dan memberikan tiga penghormatan di depan foto nenek.Felix mengatupkan kedua tangannya, menceritakan banyak hal pada nenek.“Nenek, tolong lindungi Hana agar sehat dan jangan kelelahan.”“Nenek, kami akan k

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 6

    Sore hari di hari pernikahan, cuaca di Span terasa agak pengap.Namun, setibanya di kastil, semua orang sangat gembira. Mereka berjalan-jalan di sekitar, bahkan ayah dan ibu Felix pun terlihat riang, menarik Tania untuk foto bersama berkali-kali.Hanya Felix yang mengerutkan kening, menatap layar ponselnya yang kosong.Beberapa hari lalu, alamat kastil dan foto selfie Tania saat tur di depan kastil yang dia kirimkan padaku, aku tidak membalasnya.Kemarin pagi, pesannya yang menyuruhku meminta maaf pada Tania dan mengatakan dia akan mengantar Tania ke perjamuan keluarga dulu, aku juga tak membalas.Bahkan tiga pesan yang dia kirimkan tadi malam yang mengatakan Tania sudah memaafkanku, aku juga tak membalasnya.Semakin melihatnya, dia semakin kesal. Kemudian, dia pun menggulir layar ke atas dan tiba-tiba menyadari bahwa semua pesan sebelumnya adalah pesan yang hanya kukirimkan padanya.[Dari tiga gaun pengantin ini, kamu lebih suka yang mana?][Model souvenir pernikahan banyak sekali, ak

  • Perlindungan Nenek Sepanjang Masa   Bab 5

    “Felix, kamu paling tahu apa artinya itu bagiku!”Itu adalah kenang-kenangan terakhir yang ditinggalkan nenek untukku di dunia ini, selain rumah tua itu!Mendengar tuntutanku, tatapan Felix tampak ragu sejenak. Tapi, dia segera menggeleng tegas, “Kamu salah lihat, itu bukan berlian nenekmu.”“Aku nggak mungkin salah lihat, itu milik nenekku, selalu disimpan bersama gelang emas!”“Ini perjamuan Keluarga Seto, jangan membuatku malu, cepat pulang!”Aku menatapnya tak percaya. Saat air mataku menetes, dia pun panik.Berkali-kali dia mengabaikan perasaanku demi Tania, aku tak pernah menangis, tapi sekarang dia malah merasa cemas.Namun, begitu dia mengulurkan tangan ke arahku, tiba-tiba Tania menangis terisak,“Hana, aku hanya merasa ini bagus, jadi memohon pada Felix untuk memberikannya padaku. Kamu jangan marah padanya…”Felix langsung mengerutkan kening, “Tania, aku yang memberikannya padamu, kok kamu malah menyalahkan dirimu sendiri?”Dia membungkuk untuk menyeka air mata Tania, sementa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status