Pesona Sang Penguasa

Pesona Sang Penguasa

last updateLast Updated : 2025-05-23
By:  5LlunaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
161Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Melarikan diri dari lelaki tua bangka yang meminangnya karena utang keluarga, Anna malah bertemu dengan calon perdana menteri negara lain. Siapa sangka Alaric harus membalas hutang budi pada Anna dengan jalan pernikahan. Masalahnya, Anna sekarang harus menghadapi dunia sebagai istri dari seorang Alaric. Lelaki tampan yang mungkin akan menjadi perdana menteri paling muda jika berhasil menang. Apakah Anna bisa membantu sang suami atau dia hanya akan menjadi penghalang yang dibenci semua orang?

View More

Chapter 1

1. Perjodohan Bisnis

"Bagaimana mungkin aku bisa menikahi pria yang hanya lebih muda dua tahun dari papaku sendiri. Ini gila dan AKU TIDAK MAU!"

"Ini sama sekali tidak gila, Anna. Ini demi kita semua. Kau anak berbakti yang mau membantu keuangan keluarga kan?" Suara terdengar dari ponsel yang tertempel di telinga Anna.

"Waktu Papa bilang usia Pak Fritz itu berbeda jauh, Anna pikir itu cuma berbeda paling banyak lima belas tahun. Aku berpikir dia itu lelaki akhir tiga puluhan atau awal empat puluh, bukan akhir lima puluh, Pa."

"Sayang, usia itu hanyalah angka dan sama sekali tidak penting." Tentu saja sang papa berusaha untuk merayu putrinya. "Lagi pula, Pak Fritz itu lelaki dewasa, kaya raya dan baik. Dia pasti bisa mengayomi dan membimbingmu dengan baik. Kau satu-satunya harapan kami."

Anna yang mengurung diri di dalam bilik toilet, memijat pangkal hidungnya dengan keras. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan sang ayah. Tapi, Anna juga tidak bisa jika pria yang akan dia temani seumur hidup adalah Pak Fritz.

"Coba temui saja dulu dia." Sang papa kembali berbicara untuk meyakinkan. "Kau belum benar-benar bertemu dengan Pak Fritz kan?"

"Aku langsung kabur ke toilet, saat Papa mengirimkan fotonya tadi." Anna mengaku dengan sangat jujur.

"Temui saja dulu dia." Papa Anna kembali membujuk. "Setelah kau mengenal Pak Fritz, Papa yakin kau akan berubah pikiran. Dia itu orang yang sangat baik dan perhatian."

Anna mengembuskan napas cukup keras sambil menutup mata, sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Aku akan bertemu dengan dia, tapi tetap TIDAK AKAN MENIKAH DENGAN PRIA TUA ITU!"

Setelah puas mengucapkan kalimat terakhirnya dengan penuh penekanan, Anna menutup telepon. Dia kemudian menarik dan mengembuskan napas secara perlahan, untuk menenangkan diri sendiri.

"Untuk saat ini, cobalah untuk tenang Anna. Anggap saja kau sedang bertemu dengan dosen untuk bimbingan." Anna masih sempat menenangkan diri, sebelum akhirnya keluar dari bilik toilet yang untungnya sepi.

Sejujurnya, restoran tempat sang papa membuat janji bisa dibilang sepi. Hanya ada sekitar empat meja yang terisi dan itu semua berjauhan. Tapi, meja yang Anna tuju berada paling jauh dari pintu masuk dan toilet. Di sana, seorang pria tua sudah menunggu.

"Pak Fritz?" tanya Anna ragu-ragu.

"Dokter Anna bukan?" tanya lelaki yang dipanggil, memamerkan gigi yang masih putih dan rapi.

"Saya masih belum pernah benar-benar praktik, jadi saya rasa panggilan dokter itu berlebihan." Anna bergegas duduk di kursi kosong di depan pria tua itu.

"Benarkah? Sayang sekali. Padahal aku ingin melihatmu dalam balutan jas dokter. Pasti itu akan terlihat sangat seksi."

Anna tersentak pelan saat mendengar pernyataan bernada melecehkan itu. Perasaannya langsung menjadi tidak enak, apalagi ketika si tua Fritz makin banyak bicara saja.

"Tahun ini, aku akan genap berusia lima puluh sembilan tahun. Aku memberitahu, agar kau tidak perlu bertanya lagi. Kau juga sudah menyimpan nomorku kan? Papamu sudah memberikan nomormu padaku."

"Begitu ya?" tanya Anna dengan ekspresi meringis. "Pak Fritz baik sekali sudah mau memberitahu tanpa ditanya." Mau tidak mau, Anna tersenyum kecut.

"Tapi apa saya boleh ke toilet lebih dulu? Sepertinya saya tiba-tiba saja merasa sedang mendapatkan tamu bulanan dan perlu mengecek dan itu mungkin akan lama." Anna yang merasa tidak tahan, segera mencari alasan.

"Tentu saja, silakan."

Begitu mendapat izin, Anna bergegas untuk meninggalkan tempatnya duduk. Dia menunduk dan berjalan cepat, untuk menghindari tatapan dari orang-orang penasaran yang ada di dalam restoran tempatnya bertemu dengan Pak Fritz. Rupanya restoran itu mulai ramai.

[Princess Anna: Maaf, Pa. Aku makin yakin pernikahan ini tidak masuk akal, jadi aku memilih untuk pulang saja.]

Anna mengetikkan pesan itu untuk dikirimkan pada sang ayah, setelah dia lagi-lagi berada dalam bilik toilet. Dia bahkan tidak mengangkat telepon yang masuk kurang dari satu menit kemudian, tidak lupa juga mengirim pesan pada Pak Fritz untuk menolak.

"Tidak perlu diangkat. Jangan diangkat." Anna menggumamkan kalimat itu, ketika ponselnya bergetar keras. "Kali ini, kau bisa sedikit egois Anna. Jadi sekarang, kau pulang saja."

Yang empunya nama mengangguk yakin, lalu bergegas untuk keluar dari toilet. Padahal Anna baru saja membuka pintu toilet perempuan yang berisi lebih dari satu bilik itu, tapi seseorang sudah menabraknya. Bukan hanya sekedar menabrak, tapi menjatuhi perempuan itu.

"Hei." Anna ingin memekik, tapi dirinya tercekat. Lelaki yang menjatuhinya terlalu besar untuk dia tahan, tapi Anna tetap berusaha berdiri tegap. "Apa yang kau lakukan? Menjauh dariku."

"Sa-kit," rintih lelaki yang jatuh dipelukan Anna.

"Apa kau bilang?" Sayangnya, Anna tidak menangkap apa yang dikatakan oleh lelaki itu, karena diucapkan dalam bahasa asing. "Aku tidak mengerti."

"It hurts," bisik lelaki yang menyandarkan kepalanya di bahu Anna. "Stomach."

"Sakit perut?" tanya Anna dengan kening berkerut bingung.

Namun, sebelum lelaki itu menjawab, mereka berdua pada akhirnya ambruk ke atas lantai karena Anna tidak sanggup lagi menanggung beban tubuh dua orang. Untung saja hal itu terjadi dengan sangat pelan, sehingga punggung Anna tidak perlu terbentur dengan keras.

"Aduh! Kenapa dia berat sekali sih?" Tentu saja Anna akan mengeluh, tapi rasa kesalnya segera menguap ketika melihat lelaki asing tadi merintih kesakitan.

"Bagian mana yang sakit?" Anna refleks bertanya. "Which part hurts the most?" ulangnya karena tahu lelaki tadi mungkin tidak akan mengerti.

"Here." Lelaki tadi bersusah payah mengangkat tangan, untuk menunjukkan bagian yang paling terasa sakit dan membuatnya menderita.

Anna melihat bagian yang ditunjuk dan mengerutkan kening. Dia tidak begitu yakin, tapi dia juga jelas tidak bisa diam saja.

"Bisa berdiri?" Anna berkomunikasi dalam bahasa Inggris. "Kita harus segera ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu."

"No." Sayangnya, lelaki tadi menggeleng. "Aku tidak bisa ke rumah sakit. Tidak ada orang yang boleh tahu kalau aku sakit. Tidak siapa pun juga, termasuk kau."

Anna makin mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin dia tidak tahu, ketika lelaki tadi jatuh menimpa dirinya sambil merintih kesakitan?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
ync
suka dengan ceritanya ...
2025-04-14 16:32:34
0
user avatar
5Lluna
Selamat datang di cerita Anna dan Alaric, semoga suka ya. Jangan lupa kasih bintang dan komen juga. ......
2025-02-03 19:05:48
0
161 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status