"Bagaimana penampilannya? Apa dia benar-benar tampan?" Sahut Bella tanpa menghiraukan sekeliling.
"Wah kau harus melihatnya sendiri, kalau cuma diceritain gak akan kebayang."“Kalau begitu kenapa tidak kau rayu saja? Mungkin saja jika dia sudah bersamamu dia akan lupa dengan obsesinya terhadap Kania,”saran Bella.“Hei, jika semudah itu aku tidak akan sampai mengganti penampilan bukan? Hanya dengan melihatnya sekali, kau akan tahu kalau dia benar-benar hanya ingin menemukan Kania. Jelas aku enggan bersama dengan pria yang hatinya sudah terpaut wanita lain.”“Oh yaa? Kania GAYA PANAS apa yang kau lakukan hingga membuat pria kaya itu tergila-gila padamu?” tanya Bella dengan nada bercanda.Kania melempar serbet hingga mengenai wajah Bella."Mesum!""Aku nanya beneran Nia.""Aku pakai ilmu sihir!" "Oh ya?""Kau gila, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia sampai melakukan hal itu,” ucap Kania dan melirik ke arah lain. Seolah ada kegelisahanKania bergegas kembali ke mejanya tanpa dia tahu pria asing yang tadi memeluknya masih terpana di tempatnya.Sampai di meja, masih terlihat Bella berceloteh riang dengan Dilla, bahkan Bella dan Dilla terlihat mulai sedikit mabok. “Lalu aku pakai liptint ini, sangat bagus dan bikin bibirku makin glowing,” ucap Dilla menunjuk bibir pinknya yang terlihat glowsy.“Mungkin itu bagus untukmu, tapi aku tidak suka di ombre. Lihat ... merah menyala seperti ini sangat bagus dan cocok sekali denganku,” sahut Bella sambil menyesap minumannya.Kania yang baru saja datang kebingungan dengan pembahasan mereka yang sudah mulai ngawur. “Ah kalau kau pakai lisptik merah seperti itu kau hanya akan mendapatkan pria tua yang sudah beristri. Mereka akan menganggap kau pantas di jadikan wanita simpanan," cetus Dilla.“Lalu bagaimana dengan bibir ombre mu itu? Kau pikir akan dapat pria bujang yang kaya raya?” balas Bella.“Setidaknya aku akan mendapatkan brondong, karena kesannya lebih natural, lebih segar
Ketiga gadis itu terdiam."Untuk siapa?" tanya Bella sambil berusaha terlihat cuek walau berharap itu untuk dia. "Ada pesannya...silahkan... terima kasih.” ucap pelayan mengangsurkan bunga dengan kartu bertuliskan : Be Careful Beb.Bella bergumam, "gue tahu ini buat siapa, gue sampe heran di mana aja yang namanya Kania selalu di kejar, barangkali pakai susuk di dada, atau di leher, atau di perut ... nggak habis pikir gue." “Lho kan belum tentu juga bunga ini untuk Kania!”Sanggah Dilla."Maksudmu?" "Siapa tahu untuk kita? Dari brondong untukmu atau dari pria tua untukku, dari mereka-mereka yang mendengar ocehan kita." Dilla dan Bella diam-diam melihat sekeliling dan tidak ada tanda-tanda seperti yang mereka inginkan. “Fix. Ini pasti dari salah satu penggemar gelapnya Kania,”kembali Bella menebak dan membaca kartu ucapannya. "Jangan sembarangan bicara, kita kan belum tahu pasti bunga itu untuk siapa,” ucap Kania yang tidak ingin menambah masalah baru dengan adanya penggemar t
Dari jauh Jackson tetap memandang ke arah Kania ... terus, berkali kali dan lama!'Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama,' kata hati Jackson.Dia melihat wanita yang lembut dan polos, tidak ada yang palsu, tanpa make up tebal, natural tapi tetap memikat, memukau!Benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah ia temui.Saat merasakan tubuh hangat itu dalam pelukannya rasanya sangat pas seolah mereka telah melakukannya ratusan kali. Jackson Drew terus melihat ke arah wanita jelita itu yang nampak serius, sepertinya sedang berdebat..nampaknya dia mengajak kedua temannya pulang. "Kita pulang, atau lebih tepatnya aku pulang! Terserah kalian ikut atau tidak, kau juga Dill, jika kau sudah selesai kerja ayo kita pulang, aku ingatkan kalian hanya aku yang masih bisa menyetir dan mengantar kalian pulang dengan selamat."Kania berusaha menyadarkan kedua orang temannya yang sedang di ambang batas. "Kalau mabok jangan setengah-setengah, sekal
Dilla mengutuk mulut Bella yang begitu lantang memanggil Kania, dia cemas, dia takut pria itu bisa melihat Kania di belakang tubuhnya. Untungnya tiga detik kemudian tubuh Kania sudah menghilang ke balik panggung. Dilla segera memberi tanda pada salah seorang anggota grup bandnya agar mengiringi Bella bernyanyi.Akhirnya keadaan mulai terkendali.Perlahan Dilla pun menghilang meninggalkan Bella dengan suaranya yang pas pasan, Dilla pergi mencari Kania yang telah bersembunyi terlebih dahulu. Dilla menemukan Kania, lalu mereka segera pergi melewati jalan darurat hingga akhirnya mereka tiba di tempat kosong di sebelah ruang kontrol.Dilla melihat ruang kontrol itu lalu timbul idenya untuk membuat kekacauan agar mereka bisa pergi dengan aman. "Kita bisa pergi dengan lebih sukses jika rencanaku berhasil." "Rencana apa?" Tanya Kania."Ini." Kata Dilla sambil tangannya melambai menunjuk ke arah lemari yang penuh dengan panel kontrol.Seketika
Kania berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai manajer keuangan di perusahaan outsourcing yang melayani segala keperluan PT Antampura.Bagi Kania saat orang HRD membacakan gajinya, tunjangannya dan berbagai bonus finansial yang bisa didapatkannya, semuanya menguap dan tidak penting saat Kania teringat satu lagi anak tangga yang berhasil didakinya membuat ia semakin dekat dengan rencana semula untuk membalas sakit hatinya, membalas perlakuan mereka yang membiarkan ayahnya terkapar sampai mati, dan yang paling penting mengambil kembali perusahaan dan rumah keluarga yang mereka rampas.Kania sangat senang hatinya.Dia mencoba setelan yang akan dia kenakan di hari pertama dia bekerja. Kania benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan dan gairah besar yang melandanya. Hari pertama bekerja pun tiba, Kania sudah berada di depan gedung kantor tempatnya bekerja. Kania menatap dengan tatapan yang sangat serius dan memantapkan hatinya untuk sukses mencapai tujuannya.
Kania mematung dengan bingung, tak tahu harus berbuat apa.Pemuda tengil yang memanggilnya masih berada diposisinya dan menatap Kania dengan tatapan mata genit.“Ah kenapa kamu masih di sini?” tanya Pak Richard yang baru memperhatikan sekeliling. Kania menatap pak Richard dan pemuda tengil itu bergantian."Anda memanggil saya?" Tanya Kania berusaha sopan kepada anak muda yang dia tidak tahu itu siapa.Pemuda tengil itu mengerucutkan bibirnya. "Tidak, aku memanggilmu? Namamu saja aku tidak tahu." Kania memandang tajam, tahulah dia pemuda tengil itu sedang mengerjainya. “Kau boleh keluar, nanti akan aku periksa laporannya,” ucap Pak Richard yang kembali tenggelam dalam berkasnya.“Baik Pak, maaf sudah mengganggu,” ucap Kania dan berjalan keluar saat ia menyadari pemuda itu terus menatapnya.'benar-benar pemuda sialan,' batin Kania.“Bagaimana hari pertamamu bekerja di sini?” tanya Pak Richard tiba-tiba, membuat langkah Kania terhenti dan berbalik ke arah Bosnya.“Ah ... baik P
Hari berlalu dengan cepat, sudah beberapa minggu Kania beradaptasi dengan lingkungan kerja dan banyaknya pekerjaan yang harus ia handle. Beberapa hari terakhir Kania harus lembur untuk memperbaiki dan mengejar ketinggalannya, mengerjakan PR-nya.“Kania apa laporan minggu kemarin sudah kamu buat?” tanya Lisa.“Baru saja selesai, sudah aku kirim lewat email,” ucap Kania. "Untunglah." Lisa menggumam sambil menggeliat. "Eh..sorry ya Lis, kalau tahu sepenting itu kemaren aku bawa pulang berkasnya biar bisa kerjain di rumah.""Nggak apa-apa Nia, cuma itu kan laporan pertanggungjawaban kita kePT Antampura, jadi sebisa mungkin jangan terlambat, Bos Tampan sih nggak masalah tapi kita berusaha sebisa mungkin jangan terlambat biar performa kita excellent." Papar Lisa. "Karena Antampura perusahaan cukup besar?" "Karena Antampura perusahaan paling besar yang pernah kita layani.""Kalau PT Nikelindo?" Kania berusaha terlihat sambil lalu saat menanyakan PT Nikelindo walau dadanya sangat
Kania berusaha mengerjakan tugasnya sesempurna mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya! Sampai-sampai Kania lupa untuk istirahat. Tiara datang dan memberikan sebungkus roti dan secangkir kopi.“Makanlah dulu, jangan terlalu serius bekerja sampai lupa makan,” ucap Tiara.“Terimakasih, aku memang lapar dari tadi tapi telepon tidak berhenti berdering,” ucap Kania menatap dengan penuh haru.“Itu cobaan hidup yang harus kau terima!”Sontak Kania tersenyum. "Nggak sampai segitu juga kali." Tiara pun kembali ke mejanya sambil tertawa, setelah memberikan semangat untuk Kania. Kania meminum kopinya dan memakan sepotong roti yang diberikan oleh Tiara, siap untuk meneruskan pekerjaannya. Hingga waktu berlalu cepat dan tidak terasa sudah cukup larut.“Ya ampun, aku hampir lupa pulang,” ucap Kania dan melihat ke sekeliling yang sudah sepi. Bahkan beberapa lampu ruangan pun sudah dimatikan.Kania mematikan komputernya dan bersiap untuk pulang. Ia berjalan dengan semangat walau jiwa r