Compartilhar

Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya
Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya
Autor: Elpis

Bab 1 : Titik Balik

Autor: Elpis
last update Última atualização: 2025-10-29 08:00:43

       “Damian, hentikan mobilnya! Aku mau turun di sini.” Bianca berteriak suaranya terdengar parau, air matanya sudah menggenang namun enggan menetes. Ia takut melihat Damian yang mengemudi seperti orang kesetanan

       “Tidak sebelum kau menarik permintaan putus sialanmu itu.” hujan deras menghantam kaca mobil. Pandangan Damian mengabur meski wiper sudah bekerja keras, meski sudah begitu ia tetap tidak mengurangi kecepatannya

       “Damian, dengar! Kita berdua tidak cocok.” Bianca sudah muak.

       “Tidak cocok, katamu?” Damian tak percaya dengan apa yang dikatakan Bianca, rahangnya mengeras, ia mencengkram erat setir hingga buku tangannya terlihat memutih.

       “Kau baru mengatakan itu setelah lima tahun bersamaku,” lanjut Damian.

       “Cukup Damian. Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Turunkan aku disini.” 

       “Tidak akan. Entah itu putus darimu atau menurunkanmu di tengah jalan, aku tidak akan melakukan keduanya. Kau harus tetap berada disisiku.”

        “Kau gila Damian.”

        “Aku lebih suka dipanggil gila olehmu daripada harus melepasmu Bianca.”

        “Kubilang, turunkan aku!” Bianca berteriak emosi pada Damian.

        “Tidak akan,” jawab Damian singkat.

        “Turunkan aku!” Bianca berteriak. 

         Tangan Bianca menarik paksa tangan Damian yang sedang menyetir. Mobil oleng sesaat, namun masih bisa Damian kendalikan meski pandangannya masih tertutup oleh derasnya hujan. 

      “Bianca kau gila!” Damian membentak Bianca, namun Bianca tetap melanjutkan aksinya menarik setir mobil dan meminta untuk diturunkan.

      “Bianca hentikan! Apa kau mau membunuh kita berdua?” Bianca tidak memedulikan peringatan Damian.

      Mobil oleng, ban mobil menggilas jalan yang dipenuhi dengan genangan air membuat mobilnya semakin sulit dikendalikan. Tiba-tiba Damian melihat siluet dua pejalan kaki yang menyeberang jalan. Mata Damian membulat sempurna.

      “Sial!” Damian berusaha menginjak rem sedalam mungkin, namun itu sia sia saja, mobilnya sudah kehilangan kendali. 

Brakkk

Aargh!

      Teriakan ibu dan anak perempuannya itu terdengar begitu pilu  ditengah derasnya hujan, tubuh keduanya terpental cukup jauh hingga ke trotoar jalan. lalu…

Daarrrr

       Bagian depan mobil menghantam tiang listrik yang terbuat dari beton dengan keras. bagian depan mobil mengalami kerusakan parah terutama bagian pengemudi. Bodi mobil penyok, percikan listrik menyambar dari kabel-kabel mobil yang terputus. 

       “Arrgghhh.” Damian menjerit kesakitan kakinya terjepit bodi mobil yang penyok. napasnya terputus-putus, dadanya sakit terhantam stir mobil. Sementara itu dibangku penumpang, Bianca suddah tak sadarkan diri dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya.

          “Bi … Bianca.” 

      Tangan Damian terulur untuk menggapai Bianca kekasihnya, Bianca kesayangannya. Namun perlahan kesadarannya semakin menipis kepalanya berdenyut nyeri mengeluarkan darah segar. Belum sempat Damian menyentuh Bianca, kegelapan sudah menyapanya terlebih dahulu. Damian tak sadarkan diri.

       Tak lama setelah kecelakaan itu sebuah mobil mewah berhenti seorang pria berjas rapi turun dari sana. Ia tampak mengamati pemandangan menyedihkan di depannya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia menghela napas dan merogoh saku jas mewahnya. ia mengeluarkan ponsel mahalnya kemudian menekan beberapa angka di sana dan kemudian berlalu pergi. Tak lama setelah itu suara sirine yang meraung-raung datang menghampiri lokasi kejadian.

Delapan Bulan Kemudian. 

       “Menikahlah Damian!” perintah Sam Anderson, ayah Damian sambil menyesap kopi hitam miliknya.

      “Jangan mengada-ada Ayah. sudah kubilang aku tidak akan menikah. bagiku, hanya ada Bianca seorang.” Damian meletakkan cangkir kopinya secara kasar di atas meja pertanda moodnya memburuk. Suasana ruang keluarga itu jelas sedang tidak bersahabat.

        “Jadi, jangan memaksaku lagi karena aku akan tetap setia pada Bianca,” lanjut Damian

        “Kau pikir, aku akan berbuat seperti ini, jika aku tidak terdesak?” Sam menatap tajam tepat dimata Damian.

        “Kau tidak lihat? mamamu menolak operasi jantung kalau kau masih enggan menikah. kau yakin, akan melihat ibumu mati begitu saja?” Damian melirik ke arah Nia ibu sambungnya, hatinya jelas tercubit ketika mendapati senyum lemah dari ibunya. sebuah senyum yang seakan memaksa dirinya untuk berkata “iya”, Namun ia mencoba mengeraskan hatinya dan kembali menolak.

        “Damian. mama mohon, menikahlah nak. ibu hanya ingin melihatmu punya pendamping sebelum ibu pergi.” Damian hanya bergeming mendengar perkataan ibunya, kedua tangannya meremas roda kursi rodanya yang sudah menemaninya delapan tahun terakhir.

         “Aku tetap pada pendirianku, ma. Bagiku pernikahan hanya akan mengkhianati Bianca. 

         “Sampai kapan … Sampai kapan kamu akan menjaga kesetiaanmu pada orang yang telah meninggal?” pertanyaan Nia itu tepat menyentuh luka Damian.

         “Bianca belum mati, Ma, jasadnya tidak pernah ditemukan. itu artinya dia masih hidup.” emosi Damian memuncak.

         “Berhenti mengaturku, Ma. Anda bahkan bukan ibu kandung saya.”

         “Damian! Jaga bicaramu.” Sam membentak Damian karena telah berani kurang ajar.

           Damian beranjak pergi dari ruangan yang menyesakkan itu. namun dorongannya pada kursi rodanya terhenti ketika mendengar suara teriakan panik ayahnya. dan saat ia berbalik, ibu sambungnya itu sudah berada dalam dekapan sang ayah dalam keadaan tak sadarkan diri.

         Damian menyesal, sungguh menyesal karena telah berkata kasar pada Nia. sekarang Nia berada dalam kondisi kritis. “Seharusnya aku tak pernah berkata seperti itu pada Mama.”

         Sam menatap putra sulungnya itu. Ia merasa kasihan melihat bahu Damian yang sedikit bergetar karena menangis. “Tenanglah nak, Mama pasti baik-baik saja. dia wanita yang kuat.”

         “Aku akan menikah Ayah. kalau Mama sudah bangun aku akan menikah.”

         “Kau tidak perlu memaksakan diri nak. Ayah sadar ayah sudah terlalu memaksamu.”

         “Tidak Ayah, Mama seperti itu gara-gara aku. jadi aku harus bertanggung jawab. aku akan menikah agar ibu mau operasi.”

         “Aku … aku tidak ingin kehilangan ibu lagi, aku tak ingin adik-adikku merasakan rasa kehilangan yang dulu pernah aku rasakan.” Damian menyesal. Kalau kedua adik kembarnya tahu bahwa kondisi ibunya jadi seperti ini karena kata-kata kasar darinya, pasti mereka berdua merasa akan sangat kecewa padanya.

             Sam meremas bahu putranya untuk menyalurkan kekuatan. ia menyodorkan sebuah foto pada Damian. Damian mengernyit bingung.

          “Calon istrimu.” tangan Damian terulur mengambil foto tersebut. di balik foto itu tertulis Meisya Adhikara.

          “Ayah sudah menyiapkannya?” tanya Damian.

          “Dia anak teman ayah. dia seorang gadis cantik, manis, sopan dan baik hati. ayah rasa kalian akan cocok.”

          Damian tersenyum, hatinya jadi sedikit geli mengingat ayahnya sangat memuji gadis di foto itu. biasanya ayahnya tak pernah memuji perempuan kecuali ibunya dan adik perempuannya. “Tampaknya ayah sangat menyukainya.”

        “Tentu, Mamamu juga sangat menyukainya. dia gadis yang menggemaskan.”

        Damian mengamati foto itu lama. di dalam foto itu terdapat seorang gadis dengan rambut panjang lurus dengan poni rata, pipinya sedikit chubby dengan mata bulat. Damian tersenyum meremehkan dalam hatinya berkata, “Gadis menggemaskan? hmph, dia tampak seperti gadis SMA yang masih bau kencur bagiku, sama sekali bukan seleraku.”

        “Kau suka?”

        “Entahlah Ayah.” Damian menutup matanya namun yang terbayang hanya wajah dan senyum Bianca, senyum dan wajah yang baru saja dilihatnya dari foto tak meninggalkan jejak sama sekali. Namun, siapa yang tahu, mungkin kelak, gadis di dalam foto itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya. sebuah titik balik yang lebih besar daripada kecelakaan itu.

Bersambung…

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 5 : Penelpon Misterius

    “Kau benar-benar lupa apa yang terjadi?” Meisya dengan polos hanya mengangguk. Kemudian ia bertanya, “Memang apa yang sudah kulakukan semalam?” “Sudahlah. Lupakan saja!” Damian memutar kursi rodanya, berbalik kemudian pergi ke kamar mandi. Damian menyalakan shower membiarkan air membasahi tubuhnya. Kepalanya dipenuhi dengan adegan-adegan semalam yang membuatnya kesulitan tidur. Semalam Meisya terus saja mengigau meminta tolong dan meminta untuk berhenti dipukul. Puncaknya terjadi saat sebuah sambaran petir yang terdengar nyaring mengejutkan Meisya yang sedang tertidur. Meisya terbangun seketika itu lalu menjerit histeris seperti orang ketakutan. Meisya baru tenang setelah ia memeluknya. Ia jadi harus memeluk Meisya sepanjang malam tanpa tertidur sedikit pun. Damian keluar dari kamar mandi. Ia tak menemukan Meisya, namun aroma makanan yang tercium begitu lezat membuat Damian mengetahui keberadaan Meisya. Ia segera mengenakan pakaiannya dan seger

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 4 : Kelakuan Meisya

    Bibir Meisya yang dipoles lipstik merah saat itu tersenyum tipis. “Apakah kau mau mengetahuinya sekarang?” Damian menegang, tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba sebuah senyuman tersungging di bibir Meisya yang dipoles lipstik merah yang membuat Damian salah fokus. Meisya menepuk ringan bahu Damian. “Pfft. kenapa tiba-tiba Anda begitu tegang Tuan Damian Anderson? jangan bilang anda merasa terintimidasi oleh gadis yang bahkan lima tahun lebih muda dari Anda.” Alis mata Damian menukik tajam. Ia merasa dipermainkan. “Ka … kau mempermainkanku?”Meisya menepuk ringan bahu Damian. “Rileks tuan Damian.” “Rileks.” Meisya membisikkan kata terakhir itu dengan lembut tepat di sebelah telinga Damian, membuat Damian sedikit merinding sehingga mendorong paksa tubuh Meisya agar menjauh darinya. Ia sungguh sudah tak tahan. Hampir-hampir Meisya terjengkang ke belakang karena dorongan Damian, meski begitu ia tetap puas karena berhasil mempermainkan Damian yang punya

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 3 : Gara-Gara Gengsi

    Damian dan Meisya tiba di rumah orang tua Damian. Keduanya terpaksa pulang ke rumah orang tua Damian karena paksaan dari Sam. Keduanya sudah sampai di rumah yang bergerbang tinggi itu. Damian turun dari mobil dibantu oleh Ken, asisten sekaligus temannya. “Kau mau kemana?” Damian keheranan saat melihat Ken bukannya membantunya masuk ke dalam rumah tapi malah kembali memposisikan diri di kursi kemudi. “Mau pulang.” “Kau tidak mengantarku masuk? Kau tau kursi rodaku sedang lowbat kan?” “Iya aku tau. Lalu kenapa?” “Kau serius bertanya kenapa?” Damian menatap tak percaya pada Ken. “Tidakkah kau merasa sebagai asisten, kau harus membantu atasanmu?” lanjut Damian kesal. “Majikan?” Ken menatap jam tangan yang melingkar gagah di pergelangan tangannya, seulas senyum meremehkan muncul di wajah tampannya saat netra cokelatnya menangkap jam yang sudah menunjukkan pukul 21.00. “Maaf tuan Damian Anderson, tapi jam kerjaku sudah selesai

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 2 : Awal

    Damian menyesap dalam kopi yang sudah kehilangan asapnya itu. Kopinya sudah dingin karena sudah terlalu lama menunggu, sementara yang ditunggu entah kapan datangnya. Damian jadi merasa dibohongi oleh ayahnya karena perempuan yang disebutnya sebagai gadis sopan nyatanya tidak ada sopan-sopannya di mata Damian. “Dengan bapak Damian Anderson?” seorang gadis aneh muncul. Make up-nya begitu tebal sangat kontras dengan cara berpakaiannya yang sederhana. “Perkenalkan saya Meisya Adhikara.” Meisya mengulurkan tangannya. Namun tak ada sambutan baik dari Damian. Melihat uluran tangannya tak berbalas Meisya pun menarik kembali tangannya dengan canggung. “Duduk.” Damian menjawab seadanya. Jika Meisya ingin menganggapnya sebagai pria yang dingin, maka biarlah karena ia sama sekali tak ada niatan untuk bersikap hangat pada Meisya. Ia hanya tak ingin memberikan harapan pada Meisya sementara dirinya sendiri belum sembuh dari lukanya. Baginya Meisya hanyalah syarat u

  • Rahasia Dibalik Makeup Tebal Meisya   Bab 1 : Titik Balik

    “Damian, hentikan mobilnya! Aku mau turun di sini.” Bianca berteriak suaranya terdengar parau, air matanya sudah menggenang namun enggan menetes. Ia takut melihat Damian yang mengemudi seperti orang kesetanan “Tidak sebelum kau menarik permintaan putus sialanmu itu.” hujan deras menghantam kaca mobil. Pandangan Damian mengabur meski wiper sudah bekerja keras, meski sudah begitu ia tetap tidak mengurangi kecepatannya “Damian, dengar! Kita berdua tidak cocok.” Bianca sudah muak. “Tidak cocok, katamu?” Damian tak percaya dengan apa yang dikatakan Bianca, rahangnya mengeras, ia mencengkram erat setir hingga buku tangannya terlihat memutih. “Kau baru mengatakan itu setelah lima tahun bersamaku,” lanjut Damian. “Cukup Damian. Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Turunkan aku disini.” “Tidak akan. Entah itu putus darimu atau menurunkanmu di tengah jalan, aku tidak akan melakukan keduanya. Kau harus tetap berada disisiku.” “Kau gila

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status