*Terkadang ada sebuah nama yang tertulis di hati, tapi tidak tertulis di buku nikah.***"Apa?! Kamu minta berpisah? Aku enggak mau!""Kenapa?" "Kok tanya kenapa? Karena aku mencintai kamu lah!"Rani tersenyum kecut. "Mencintai? Tapi kamu jelas memanfaatkanku, Mas. Kamu tidak usah mengelak lagi. Aku sudah muak dengan semua yang dianggap wajar olehmu dan keluargamu!"Rudi segera turun dari motornya dan mendekati Rani. Wajahnya tampak memelas."Oke, kalau kamu tidak mau pulang. Kita bicara di sini. Setidaknya pinggirkan dulu motor kamu agar kita tidak menghalangi orang lewat."Beberapa pengguna jalan memperhatikan mereka. Karena jalan yang mereka lalui masih dalam area pasar, mau tidak mau banyak mata yang melihat percekcokan suami istri itu.Rani pun hanya menghela nafas dan akhirnya meminggirkan motornya."Tolong berikan aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu. Aku akan membahagiakan kamu dengan cara apapun," tukas Rudi sambil mendekat pada Rani. Perempuan itu menatap
Rudi dan Rani serentak menoleh ke sumber suara. "Mama?!"Mama Rudi menyeringai dan masuk ke dalam rumah. "Kamu benar-benar istri durhaka, Ran!" tunjuk mertuanya.Rani melirik tajam pada mertuanya. "Maaf, Ma. Kalau dulu mungkin Rani akan manut-manut saja. Tapi saat ini Rani tidak akan pasrah begitu saja. Rani akan membenahi apapun yang Rani pikir tidak adil," tukas Rani membuat mertuanya mendelik. "Kamu berani sekali ya sekarang?! Pantas dari dulu Mama sudah tidak sreg dengan kamu. Ternyata kamu memang bukan istri yang baik untuk Agus. Mama benar-benar kecewa dengan kamu, Ran!" sembur Mama. Tangan Rani terkepal. Ingin marah tapi ditahannya sekuat tenaga karena dia sadar bahwa dia berhadapan dengan orang yang lebih tua.Rani menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kesabaran. "Ma, apa Mama pikir Mama saja yang menyesal. Saya juga menyesal.""Apa kamu bilang? Kamu benar-benar istri yang tidak berbakti. Nggak tahu malu! Istri yang tahunya cuma makan dan tidur saja dan nggak perlu
"Len, duduk! Itu bukan salah Rani. Aku hanya ingin kamu hamil. Apa itu salah? Atau begini saja, bagaimana kalau Rani saja yang jadi istriku?" tanya Agus dengan wajah serius. "Mas, kamu jangan suka bercanda. Ini sama sekali tidak lucu. Lagipula, apa katamu, Mas? Kamu mau meninggalkanku demi bersama Rani? Mas Agus sudah nggak waras atau kamu kesurupan?" tanya Leni dengan pandangan mengejek terhadap adik iparnya. "Mas Agus, jangan ngeprank kami dong. Kami tahu kalau mas Agus akhir-akhir ini sering membuat video di YouTube tentang kiat-kiat sukses menjadi pengusaha. Tapi nggak bikin acara tentang prank kan?" ujar Maya seraya tertawa. "Iya nih Gus, kalau kamu memang ingin mengejutkan kami, jangan seperti ini caranya. Kamu kan bisa mengejutkan kami dengan mendadak membelikan rumah, mobil, atau sekalian penthouse tanpa kami tahu. Jangan bikin panik dengan prank kamu deh?!" sahut Mama Rudi sambil menatap wajah menantunya itu. "Mas, kamu pasti ngomong kayak gini karena kamu cuma ingin aku
Sontak wajah mertua Rani memucat. "Aduh mama lupa kalau sekarang waktunya membayar hutang setelah Mama pinjam bank keliling sebanyak 20 juta untuk dikirim ke calon suami kamu, May!" seru Mama Maya. "Apa? Ada-ada saja Mama ini. Bukankah sudah Maya bilang untuk menggadaikan sertifikat rumah ini saja?" tanya Maya kesal. Mamanya mendelik. "Kok kamu nyalahin Mama sih? Kan kamu yang nyuruh Mama nyari uang untuk suami kamu. Lagipula kalau sertifikat rumah apalagi segede gini, bisanya untuk jaminan pinjaman di atas lima puluh juta di bank, May. Jadi ya Mama kemarin terpaksa pinjam ke renternir.""Berapa cicilan perbulannya, Ma?" tanya Maya. "Perbulan Mama lima juta. Mama minta waktu untuk melunasi semuanya dalam waktu 3 bulan.""Astaga! Bunganya banyak amat sih, Ma? Dari dua puluh juta menjadi dua puluh lima juta? Bunganya lima juta sendiri dalam waktu tiga bulan!"Mamanya mendelik mendengar perkataan Maya. "Lalu Mama harus gimana? Mama kan nggak punya tabungan sebanyak 20 juta. Nggak bis
Flash back on.Maya menatap ponselnya dengan berbunga-bunga. Akhirnya pangerannya telah datang. Pangeran yang datang melalui DM dari akun sosial instagramnya yang kemudian berlanjut pada pesan whatsapp. [Terima kasih sudah memberikanku nomor Hp. Salam kenal ya Mbak.]Maya segera mengetikkan pesan balasan. [Sama-sama. Mas Kelvin kerja dimana?][Di pengeboran minyak lepas pantai daerah Kalimantan.]Mata Maya terbelalak. 'Wah, sudah tampan, eh mapan pula.][Wah, keren. Boleh lihat fotonya?]Tak lama kemudian lelaki bernama Kelvin itu mengirimkan video bangunan dengan mesin-mesin yang beroperasi di tengah laut lepas. Maya melongo. Bayangan untuk mendekati Kelvin seketika muncul di pikirannya. [Wah, luar biasa. Kok dalam video itu nggak ada mas Kelvinnya sih? Aku kan penasaran.][Hahaha, iya kapan-kapan aku kirimin video yang ada akunya.] [Ehm, Mas Kelvin, boleh video call nggak?][Jangan sekarang ya May, aku sedang agak sibuk. Sebagai gantinya aku kirimin fotoku saja ya.][Mas bekerj
"Oke. Ini masih provinsi sebelah. Dekat. Aku akan segera kesana malam ini, dan akan kuseret dia sampai di hadapan kamu, May!" tandas Rudi seraya mengepalkan tangannya. Maya hanya menatapnya sendu. "Mas, semua memang salahku. Aku terlalu percaya pada Kelvin.""Sst, bukan kamu yang salah. Tapi penipu itu yang kurang ajar. Kamu jangan sedih. Mas akan mencarinya untukmu."Maya mulai terisak-isak saat dia menceritakan tentang perasaannya yang terasa sakit. "Mas, hatiku sakit banget. Rasanya seperti mau kiamat saja," tukas Maya sesenggukan. "Sst, kamu jangan terlalu sedih. Ini ujian untuk kita. Kita harus bisa melewatinya. Kamu harus fokus pada penyembuhanmu dulu."Maya terdiam. "Kenapa dia begitu tega, Mas? Aku salah apa padanya? Aku kurang apa padanya? Padahal aku sudah tulus sekali padanya.""Kamu nggak salah apa-apa May, yang jahat itu Kelvin. Dia memanfaatkan kepolosan kamu untuk berbohong. Sudahlah, jangan terlalu sedih. Mati satu tumbuh seribu," tukas Leni. Maya terdiam. "Baikla
Rupanya mangkok bakso yang sedang dibawa Maya jatuh meluncur dan pecah berkeping-keping seperti hatinya. "Nggak mungkin!" jerit Maya sambil menghambur ke arah televisi yang sedang ditonton Rani. Dia merebut remote dan menggeser tempat duduk Rani. Maya mengeraskan suara tivi lalu memperhatikan tayangan itu dengan seksama. Matanya melotot saat melihat ada seorang lelaki bermasker yang sedang diwawancarai oleh polisi. "Jadi memang kira-kira ada sepuluh perempuan yang sudah menyerahkan uang pada kami. Terakhir kali kami dapat 20 juta."Suara lelaki itu terdengar lirih. Maya meremas remote tivi dengan sekuat tenaga. "Astaga, ini tidak mungkin!"Rani hanya melihat kelakuan Maya dan menghela nafas. Mendadak mertuanya datang lalu mematikan tivi. "Ck, buat apa sih nonton berita? Yang berlalu biarlah berlalu!" tukas Mama mertuanya sambil berdecak kesal. "Ma, jadi kita memang ditipu."Maya menangis terisak seperti anak kecil dengan memeluk pinggang mamanya. Sedangkan mamanya mengelus ke
🌹Jangan membuat perempuan yang kamu cintai menangis. Karena akan sangat menyakitkan bila ada lelaki lain yang membantu mengusap air matanya. **Ada gelenyar aneh dan hawa panas saat menatap Nilam. Apalagi bagian vital milik Rudi mendadak 'mengeras'."Nilam ..." Rudi terengah memanggil Nilam. "Ada apa, Mas? Kamu kenapa?""Aku ...,""Kamu kenapa, Mas?" Rudi memeluk Nilam erat. Nilam membalasnya. Lelaki itu mendesah dan merasakan ada rasa di dalam dirinya yang ingin segera dituntaskan. Rasa yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Suara hujan yang yang terkadang ditingkahi oleh petir menambah keinginannya untuk melakukan hal itu semakin kuat. Lelaki itu mulai mengecup Nilam. Dan Nilam pun tanpa bisa menolak, membalasnya dengan lebih liar lagi. Rudi tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa mendadak muncul hasrat ingin melakukan hal itu secara membabi buta saat ini. Bahkan perempuan itu segera menuju ke pintu dan menguncinya. Lalu menggelendot manja dalam pelukan Rudi. Nilam be