"Kenapa?" tanya Dareen.
Pasti ada alasan kenapa Kalila melarangnya mentransfer uang pada Dewa. Dan tentu saja akan berbeda dengan alasannya yang ingin memberi pelajaran pria sombong itu.
"Karena aku gak mau kehilangan, Mas," jawabnya lemah, karena kecemasan tengah memenuhi hatinya.
"Hah?" Mata Dareen melebar dengan dua alis terangkat. Kalila sekarang menggantikan perannya jadi bucin.
"Kalila," panggilnya kemudian.
"Ya?" sahutnya cepat.
"Jadi kamu masih mau lagi?" Pria itu merasa, ucapan wanitanya adalah sebuah kode.
"Hah?" Kalila menarik kepala, melihat pada Dareen yang tengah menatap tegang ke arahnya.
Wanita itu tertawa kecil. Kemudian mencubit pipi yang ditumbuhi jambang halus milik kekasihnya dengan gemas. Pria itu benar-benar punya otak mesum!
"Apaan, sih, Mas? Ini aja masih selimutan kita!" ketusnya. Tangan Kalila mnyubit selimut yang menutupi tubuh mereka dan mengangkat ke atas sebagai penegasan.
"Ah, ya. K
Dewa turun tangga dengan bersungut-sungut. Mulai merasa frustasi menunggu kabar dari Dareen. Entah, apa rencananya kali ini akan berhasil?"Sial! Dia memang sengaja mempernainkanku! Katanya mau transfer tapi malah tak ada kabarnya sampai pagi," ucap pria yang kakinya menapaki anak-anak tangga.Pria yang selalu berpakaian rapi itu tengah menuju lantai bawah. Untuk menemui Nenek yang selama ini terlihat berpihak pada Dareen."Yah jelas saja ibu tua itu lebih berpihak pada Dareen, pria kaya yang memiliki segalanya. Bukan Dewa yang hanya rakyat jelata," gumamnya kesal.Saat kakinya baru saja menjejak di lantai bawah, matanya menangkap sosok Qinara yang tengah menenangkan Mamanya. Wanita paruh baya itu seperti tengah menangis kehilangan sesuatu."Ada apa?" tanya Dewa penasaran.Bukannya menjawab Qinara melirik pria itu dengan kesal. Mamanya tak peduli, pada keberadaan Dewa. Pria yang sejak awal tak ia sukai.Miranti lebih sibuk memikirkan
"Kamu tahu, karena banyaknya permintaanmu, dan mama ikut-ikutan, Papamu jantungan dan Nenek meminta Papa menceraikan Mama!" Pengakuan Miranti membuat Qinara membeliakkan mata .Ia bertanya dalam benak. Apa maksud mamanya? Kenapa tiba-tiba menyalahkannya? Apa ini tanda wanita itu mulai sadar dan berbalik menentang semua kemauan dan rencana besar yang sudah mereka susun bersama?"Apa maksud Mama? Kenapa Mama tiba-tiba marah padaku?" Qinara bertanya heran."Karena kamu sudah menghancurkan semuanya Qinara. Cinta, hubungan keluarga, hubungan mama dengan nenek dan juga hubungan dengan papamu!" Suara Miranti dipenuhi emosi."Kamu tahu ... Papamu jantungan Qinara, kita harus menghentikan ini Qinara." Meski ia silau terhadap uang, tapi Miranti memiliki perasaan yang dalam pada suaminya. Pria yang selama ini mencintainya dengan tulus.Berbeda dengan kebanyakan pria di luar sana.Pramana satu-satunya pria yang mau menerimanya apa adanya."Heh."
"Silakan Nyonya Dareen yang cantik." Dareen menarik kursi untuk Kalila.Dikulum senyum manis sebagai refleksi hati Dareen.Jangankan hanya menggeser kursi, menggeser hotel pun akan dilakukan jika Kalila yang meminta.Wanita ayu di hadapannya menoleh, matanya menangkap bibir tipis suaminya yang melengkung. Ia pun membalasnya tak kalah manis. Dalam waktu singkat, senyuman yang tulus akan menerbitkan senyum tulus lainnya.Bagi Kalila, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai."Makasih, Mas."Wanita itu tersipu. Selain lucu dan menyebalkan, Dareen juga bisa bersikap sangat manis untuknya.Keduanya telah saling jatuh cinta, meski Kalila tak pernah mengucapkannya. Jatuh cinta adalah perasaan terbaik yang mereka alami dalam hidup.Namun di sisi lain, perasaan itu kadang menyiksa wanita itu. Jantung berdebar tak karuan, kepala tak karuan rasanya saat melih
Nenek kembali meletakkan ponsel di atas nakas lalu berjalan ke kamar Miranti."Kenapa dia terus di kamar? Apa dia sakit setelah mendengar ucapanku?"Walau bagaimana, mereka selalu akrab selama ini. Layaknya ibu dan anak. Tiba-tiba bertengkar seperti ini, membuat perasaan nenek tak nyaman."Sepi sekali." Wanita itu mengedarkan pandang ke ruang tengah yang lengang lalu ke atas. Matanya memicing ketika melihat Qinara berdiri di depan kamarnya. "Makin hari kenapa makin mencurigakan anak itu.""Sedang apa dia? Masa iya menguping di kamarnya sendiri."Nenek menghela napas. Rasanya akan sulit kalau berhadapan atau pun bernegosiasi dengan Qinara. Sejak awal mereka tak dekat.Bukan hanya tak dekat secara emosional, tapi mereka juga dipisahkan jarak. Cucu bungsunya itu lebih suka tinggal di indekost ketimbang rumahnya sendiri.Ia pun melanjutkan langkah ke kamar menantunya.Lengang sekali.Penasaran, wanita tua itu menempelkan tel
Setelah kelelahan dan mengobrol ke sana ke mari, Kalila dan Dareen tertidur di atas ranjang mereka di bawah selimut berdua.Hingga suara dering ponsel terdengar di nakas.Dareen meraba-raba benda itu dan mengangkatnya begitu saja tanpa melihat siapa yang memanggil."Halo, Dareen." Suara berat di ujung telepon sungguh tak asing. Suara yang langsung mengingatkannya pada satu orang. Biantara."Papi?" Matanya melebar. 'Ah, pasti mau nanyain malam pertamaku,' batinnya. Dia merasa terganggu karena panggilan itu."Halo, Pi. Assalamualaikum." Dareen melemahkan suara."Waalaikumsalam," sahut Presdir Biantara Group tersebut."Dareen. Gimana?" Pria di ujung telepon terkesan tak ingin basa-basi."Apanya?" tanya Dareen heran."Apa kamu sedang jalan-jalan?" Biantara penasaran, apa Dareen jadi berkeliling kota di Paris saat pagi hari. Mengingat cuaca di sana sedang dingin-dinginnya."E, itu ...." Suara Dareen menggantung. Pria i
"Sudah-sudah cepat telepon Kalila. Aku takut Qinara sudah bergerak.""Ya, Bu!"Miranti pun akhirnya melakuan panggilan ulang pada Kalila. Qinara tak bisa dibiarkan. Kalau perempuan itu nekad, bisa-bisa mengancam nyawa papanya juga."Tapi hati-hatilah bicara. Jangan katakan padanya sekarang, kalau kamu hanyalah ibu tirinya. Itu akan sangat menyakitinya sekarang. Katakan nanti ketika kalian sudah baikan dan suasana hati di antara kalian berdua sudah bagus." Nenek mewanti-wanti menantunya.Jangan sampai upaya mereka memperingatkan Kalila, bukan menyelamatkannya, malah mengganggu bulan madunya dengan Dareen."Baik, Bu. Miranti mengerti." Wanita paruh baya itu menyahut pasrah.Padahal tadinya ia ingin mengakui kesalahan dan minta maaf pada Kalila. Namun, mertua memintanya bungkam. Menjelaskan segala hal, termasuk hubungan kekerabatan mereka yang tidak terhubung darah.'Mau bagaimana lagi?'Karena niat memperbaiki semuanya, Miranti h
"Kita akan ke mana sekarang?" tanya Qinara yang duduk di samping kursi kemudi, di mana Dewa tengah menyetir."Hem. Pertama kita cairkan dulu dong cek ini.""Oke. Mas fokus saja jalan ke Bank. Aku akan membuka situs penerbangan ke luar negeri.""Hem. Lakukan itu," sahut Dewa santai. Menatap lurus ke depan. Membayangkan banyak rencana ketika ia ketemu dengan Kalila di Perancis nanti.'Aku yakin pria kaya seperti Dareen tak mungkin jika tidak pernah berhubungan atau tidur dengan wanita. Aku harus mencari tahu itu. Karena itu satu-satunya Kalila bisa memaklumiku jika dia sudah terlanjur tidur dengannya. Ah ... tidak! Kalila tak boleh tidur dengan Dareen. Dia mencintaiku, dia milikku, bahkan sehari sebelum pergi dia masih menangis untukku. Dia bukan wanita yang mudah jatuh cinta hanya karena Dareen tampan dan banyak uang. Dia bukan Qinara, itu kenapa aku akan memperjuangkannya sampai tetes darah terkahirku.' Dewa terus bicara dalam hati."Mas!" seruan Q
"Selamat siang, Dareen." Suara lembut seorang wanita membuat Dareen tercengang, wajah yang tak asing baginya. Tampilannya masih sama saat terakhir kali bertemu. Meski yang dikenakan adalah kemeja dan rok, tetap saja seksi."Kamu?" tanyanya heran. 'Sial! Kenapa Papi tak bilang bahwa dia harus bertemu wanita itu?'Kalau tahu begini, dia akan memilih mengganti rugi perusahaan karena menggagalkan kontrak.Wanita itu tersenyum. Manis. "Kamu tidak berubah. Masih tampan seperti dulu."Dareen menghela napas. Ekspresinya dingin. Ia juga tahu bahwa perempuan itu juga belum berubah. Tatapannya masih sama. Menyimpan harapan untuknya.Ia lalu menarik kursi. Tanpa mau memberi reaksi yang membuat wanita cantik itu, besar kepala dan kejadian dulu terulang lagi. Mungkin kalau hari itu ia belum jatuh cinta pada Kalila, Dareen akan jatuh ke pelukan Clara. Wanita yang banyak dikejar para pria.Setelah mendapat penjelasan dari Nenek, lalu bertemu intens dengan K