Beranda / Romansa / Selingkuh itu Ilmiah / Bab 14: Gelombang Lama, Nama Lama

Share

Bab 14: Gelombang Lama, Nama Lama

Penulis: gilang
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 14:06:18

"Yang dulu kau anggap selesai bisa kembali dengan bentuk baru. Bukan untuk menghukummu, tapi untuk mengingatkan bahwa setiap luka punya ekor panjang."

—Wawancara fiktif

Hari itu berjalan terlalu biasa. Sampai akhirnya terasa seperti jebakan.

Pagi, Rayendra membuka laptop untuk menyiapkan materi kuliah tentang batasan pribadi. Ia menambahkan humor ringan di slide-slide-nya, mencoba mengajar tanpa tegang. Dua minggu terakhir, kelasnya makin ramai. Ada yang datang karena mengikuti podcastnya, ada juga yang sekadar penasaran: “Pengen tahu gimana rasanya kuliah sama orang yang pernah viral karena jujur.”

Rayendra tidak menganggap itu pujian, tapi juga tidak menolaknya.

Siang hari, sebuah email masuk. Judulnya mencolok:

“Tanggapan Terbuka atas Praktek Penelitian Emosional Tanpa Izin Etis”

oleh @humanaloner

Ia belum sempat membukanya ketika pesan W******p berdatangan:

“Mas, ini kamu kan yang dimaksud?”

“Gue tahu lo udah berubah, tapi ini bakal rame.”

“Hati-hati, fakultas bisa gerak.”

Dengan napas ditahan, ia klik tautan itu. Blog pribadi. Viral.

Judul besar:

“Aku Pernah Jadi Subjek Penelitian, Tapi Aku Tidak Pernah Dianggap Manusia.”

Penulisnya anonim, tapi gaya bahasanya familiar: tajam, personal, paham psikologi sosial. Kalimat pertama langsung menghantam:

"Dulu aku percaya cinta bisa dipelajari. Jika seseorang mendengarkan curhatku tiga bulan penuh, bukankah itu peduli? Ternyata aku hanya bagian dari eksperimen emosional yang dibungkus istilah ‘observasi’.”

Setiap paragraf mengisahkan hubungan samar: antara narasumber dan peneliti, antara kepercayaan dan pemanfaatan. Tak ada nama, tapi ciri-ciri yang dipakai jelas:

"Ia seorang dosen, berkacamata, terkenal karena ceramahnya tentang cinta yang bisa dinalar. Tapi aku tidak pernah lupa, aku hanyalah bagian dari cerita yang ia susun, tanpa pernah ditanya apakah aku siap dibaca dunia."

Rayendra bersandar ke kursi. Ia tidak perlu menebak siapa penulisnya. Amel. Atau seseorang yang pernah ia dokumentasikan tanpa benar-benar ia temani.

Komentar di bawah postingan itu penuh dukungan:

“Ini harus viral.”

“Etika riset masih banyak dilanggar, bahkan oleh dosen top.”

“Semoga ini jadi pelajaran besar buat dunia akademik.”

Sore itu, Rayendra dipanggil ke ruang Wakil Dekan. Pertemuan singkat, dingin.

“Kami tidak menghakimi, Mas Rayen, tapi ini sudah menyangkut reputasi institusi.”

“Saya mengerti.”

“Apakah bisa Anda tanggapi? Minimal secara etis?”

Rayendra menatap meja. “Saya tidak akan menyangkal. Tapi saya juga tidak mau membela diri dengan alasan ilmiah. Karena yang tersakiti bukan teori.”

“Kamu tahu ini bisa berakibat pada kontrak mengajar.”

“Saya tahu. Tapi izinkan saya menulis tanggapan. Bukan untuk institusi, tapi untuk siapa pun yang pernah merasa dijadikan eksperimen oleh saya.”

Malam itu, ia menulis sebuah tanggapan berjudul:

Menyesal adalah Etika yang Terlambat, Tapi Perlu

Isinya singkat: pengakuan bahwa dulu ia pernah melihat manusia sebagai data. Bahwa dalam proses belajar tentang cinta, ia melukai orang yang mestinya ia rangkul. Ia menyesal, bukan karena viral, tapi karena sadar: tidak semua yang ditulis pantas dipublikasikan.

Ia simpan tulisan itu. Tidak langsung diunggah. Ia baca berulang-ulang, memastikan itu bukan klarifikasi atau pembelaan, melainkan pengakuan.

Keesokan harinya, sebuah email masuk dari akun tak dikenal. Judul:

“Terima kasih sudah tidak membantah.”

Isinya satu paragraf:

"Aku bukan Amel, tapi aku pernah merasa seperti dia. Dan waktu kamu tidak menyebut nama siapa pun di tulisanmu, aku merasa dihargai, meski aku masih belum sembuh. Terima kasih."

Rayendra membacanya berulang. Untuk pertama kalinya sejak unggahan itu viral, ia menangis. Bukan takut reputasi hancur, tapi karena sadar: pengakuan—meski telat—bisa jadi bentuk tanggung jawab yang paling manusiawi.

Malam harinya, pesan dari Inaya masuk:

"Sudah baca tulisan itu. Saya tahu kamu tidak sedang cuci tangan. Saya tahu kamu sedang belajar mencuci hati."

Rayendra menjawab:

"Terima kasih. Saya tidak akan lari. Kali ini tidak lagi."

Ia lalu berdiri di depan cermin ruang tamu. Cermin buram tanpa bingkai itu memantulkan tatapan yang berbeda: bukan lagi seseorang yang sibuk menjelaskan diri, tapi seseorang yang lelah berdebat dengan masa lalu.

“Kita salah, tapi kita tidak akan sembunyi lagi,” bisiknya.

Setelahnya, ia membuka folder lama berjudul: “Draft Yang Tidak Pernah Dia Kirim.”

Berisi catatan dan email tak pernah sampai.

Salah satunya berbunyi:

"Mungkin aku tidak akan kehilanganmu jika aku belajar jadi bodoh sedikit saja. Bukan bodoh karena tidak tahu, tapi bodoh karena berani tinggal meski tanpa semua teori. Mungkin kamu hanya ingin dipeluk, bukan dipahami. Mungkin aku hanya perlu mendengarkan, bukan mengutip riset."

Tangannya gemetar. Lalu ia hapus folder itu tanpa upacara. Ia tahu: yang dulu tak dikirim, tak perlu dikirim sekarang.

Keesokan harinya, saat berjalan di koridor kampus, tatapan mahasiswa beragam: kasihan, sinis, hormat. Tapi tak ada yang menegur.

Hingga seorang mahasiswi yang tak ia ingat namanya berkata:

“Pak, saya bukan penggemar Bapak. Tapi saya baca tulisan Bapak. Tidak semua orang bisa bilang ‘saya salah’ tanpa bersembunyi. Terima kasih.”

Rayendra mengangguk. “Saya juga belum selesai belajar.”

Mahasiswi itu pergi tanpa basa-basi. Hanya satu manusia kepada manusia lainnya. Dan itu cukup untuk hari itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Selingkuh itu Ilmiah   Bab 42 : 5 Bulan Berlalu, Godaan Ibu Mertua

    Aku tidak percaya, ternyata tubh mertuaku jauh lebih nikmat dari pada istriku sendiri malam ini aku melepaskan hasrat ku dengan Mama Liona Ibu mertuak sendiri.“Enak banget ma, sampai sampai aku tidak bisa berhenti menggoyang”. Ucap Rayen yang sangat puas malam itu“Kamu juga sangat perkasa Rayen, mama sampai kewalahan, ayo kita lanjut lagi” “Siap ma, kita lanjut sampai pagi”Sedangkan inaya istri Rayendra berselingkuh dengan pria lain**Malam itu sangat dingin, hawa yang sangat menenangkan. Tapi tidak untukku . Aku terjaga malam itu dikamar dengan perasaan dan pikiran yang kacau, seharusnya disebelahku ada istriku yang menemaniku, disaat dingin yang mencengkam ini aku hanya bisa memeluk bantal.Memang 1 tahun ini aku sering bercinta dengannya semalaman. Sekarang benda pusakaku sedang tegang, tapi sekarang aku sendirian tidak mungkin jika aku sampai jajan di luar. Semenjak menikah nafsuku tinggi, apalagi cuaca dingin begini.Rayen mendapatkan pesan sara dari Inaya“Sayang jangan lup

  • Selingkuh itu Ilmiah   Bab 41: Rumah Pertama

    "Cinta sejati bukan hanya tentang siapa yang kita pilih untuk bersama, tetapi juga keberanian untuk telanjang dalam arti yang paling jujur—tanpa topeng, tanpa dalih." —Catatan Inaya Malam itu, kamar sederhana Rayendra berubah menjadi ruang sakral. Bukan karena hiasan bunga atau lilin aromaterapi, tapi karena dua hati yang selama ini berputar dalam lingkaran luka, akhirnya menemukan keberanian untuk berhenti berlari. Inaya duduk di tepi ranjang, jarinya memainkan renda tipis gaun tidur yang baru saja ia kenakan. Ia tampak gugup, sesuatu yang jarang terlihat dari sosoknya yang biasanya kokoh. Rayendra, yang berdiri di dekat jendela, menutup tirai perlahan. Udara malam menyelinap sebentar sebelum benar-benar tertutup, menyisakan aroma hujan yang masih menempel di dedaunan. “Kenapa kamu diam?” tanya Inaya, suaranya lirih. Rayendra tersenyum kecil, lalu mendekat. “Aku takut kalau aku bicara, aku akan terdengar seperti dosen yang sedang memberi kuliah, padahal malam ini aku hanya ingin

  • Selingkuh itu Ilmiah   Bab 40: Sentuhan Pertama di Ranjang Pengantin

    Malam pertama bukan hanya tentang hasrat, tapi tentang janji untuk saling mencintai dan menjaga selamanya." —Rayendra, membatin Malam itu, setelah semua hiruk pikuk pesta berakhir, Rayendra dan Inaya akhirnya tiba di kamar suite pengantin mereka. Kamar itu didekorasi dengan indah, dengan taburan kelopak mawar merah di atas tempat tidur dan lilin-lilin aromaterapi yang menciptakan suasana romantis. Di dinding ada tulisan neon berbentuk hati dengan pesan “Selamat menempuh hidup baru, semoga cinta ini abadi “ Inaya merasa gugup sekaligus bersemangat. Ia tidak sabar untuk menghabiskan malam pertama sebagai istri Rayendra. "Indah sekali," ucap Inaya, mengagumi dekorasi kamar. "Tidak seindah dirimu," balas Rayendra sambil tersenyum lembut. Ia mendekati Inaya dan memeluknya erat. "Aku sangat mencintaimu," bisik Rayendra di telinga Inaya. "Aku juga sangat mencintaimu," balas Inaya. Rayendra mencium kening Inaya dengan lembut, lalu beralih ke bibirnya. Ciuman itu awalnya lembut dan penu

  • Selingkuh itu Ilmiah   Bab 39: Bayangan Masa Lalu di Lampu Pesta

    Cinta sejati adalah ketika kamu bisa memaafkan masa lalu dan membangun masa depan bersama." —Inaya, dalam hatinya Rayendra membeku di tempatnya, matanya terpaku pada sosok Amelia yang berdiri di dekat pintu masuk ballroom. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. Inaya menyadari perubahan ekspresi Rayendra. Ia mengikuti arah pandang suaminya dan melihat Amelia. Ia menghela napas panjang. "Biarkan aku yang bicara dengannya," bisik Inaya sambil menggenggam tangan Rayendra erat. Rayendra mengangguk. Ia tahu, Inaya lebih kuat dari yang ia kira. Inaya berjalan menghampiri Amelia dengan langkah tegap. Ia berhenti tepat di hadapan mantan istri suaminya itu. Amelia menyambut mereka dengan senyum sinis. "Selamat, Rayendra, Inaya," ucap Amelia, suaranya dingin seperti es. "Semoga kalian bahagia... selamanya." "Amelia," sapa Inaya dengan tenang. "Apa yang kau lakukan di sini?" Amelia menatap Inaya dengan tatapan kosong. "Aku hanya ingin melihat

  • Selingkuh itu Ilmiah   Bab 38: Pesta Cinta Dibawah Gemerlap Lampu

    "Resepsi pernikahan adalah perayaan cinta, tempat dua hati bersatu dalam kebahagiaan yang tak terhingga." —Rayendra, dalam pidato pernikahannya Setelah upacara pemberkatan yang khidmat, Rayendra dan Inaya bergegas menuju ballroom hotel yang telah disulap menjadi sebuah taman impian. Dekorasi bunga-bunga segar berwarna pastel memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang romantis dan elegan. Para tamu undangan sudah memadati ballroom, memberikan ucapan selamat dan doa restu kepada Rayendra dan Inaya. Senyum bahagia terpancar dari wajah kedua mempelai. "Selamat ya, Rayendra, Inaya," ucap Kanya sambil memeluk kedua sahabatnya. "Semoga kalian selalu bahagia dan langgeng." "Terima kasih, Kanya," balas Rayendra. "Kau adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidup kami." "Selamat menempuh hidup baru, Inaya," ucap Aluna sambil memeluk Inaya. "Semoga kau dan Rayendra selalu saling mencintai dan mendukung." "Terima kasih, Aluna," balas Inaya. "Aku senang kau bisa hadir di sini." Ra

  • Selingkuh itu Ilmiah   Bab 37: Janji Suci di Altar Cinta

    "Di altar ini, dua jiwa berjanji untuk selamanya, mengukir kisah cinta abadi yang tak lekang oleh waktu." —Inaya, dalam sumpahnya Mentari pagi menyinari Jakarta dengan hangat, seolah ikut berbahagia menyambut hari pernikahan Rayendra dan Inaya. Di sebuah hotel mewah, suasana terasa begitu sibuk namun penuh sukacita. Inaya duduk di depan meja rias, dikelilingi oleh para perias yang sedang bekerja keras menyulapnya menjadi seorang ratu sehari. Ia mengenakan robe berwarna putih gading dengan detail renda yang elegan. "Kamu cantik sekali, Inaya," puji Kanya yang datang menemaninya. "Rayendra pasti pangling melihatmu nanti." Inaya tersenyum malu. "Aku gugup sekali," akunya. "Ini adalah hari yang sangat penting dalam hidupku." "Tenang saja," balas Kanya sambil menggenggam tangan Inaya. "Semua akan berjalan lancar. Kau dan Rayendra pantas mendapatkan kebahagiaan ini." Sementara itu, di kamar lain, Rayendra juga sedang bersiap-siap. Ia mengenakan setelan jas berwarna hitam yang membuatn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status