"Kamu tidak perlu menamparku, Wa. Cukup bicarakan baik-baik saja padaku," lanjutnya membuat kerutan di kening Halwa semakin dalam,
"Aku ti ... ""Ed!" jerit Tita sambil berlari melewati Halwa, membuat Halwa langsung balik badan dan melihat Tita yang tengah memeluk Edzhar.Kini ia mengerti, kenapa Tita tiba-tiba berubah menjadi lembut seperti itu, ternyata wanita itu telah menyadari kehadiran Edzhar."Halwa menamparku, Ed! Padahal aku cuma ingin menyiapkan sarapan pagi kesukaanmu itu," isak Tita sambil terus memeluk Edzhar, Halwa benar-benar muak melihat aktingnya itu."Benarkah itu, Wa?" tanya Edzhar.Alih-alih menjawab Halwa malah melipat kedua lengannya di depan dadanya,"Aku tidak mau menjawabnya, kamu bisa melihatnya sendiri ada tidaknya memar pada permukaan kulitnya, serta bengkak pada jaringan dibawah kulitnya, atau dislokasi pada sendi rahangnya akibat dari tamparanku!" seru Halwa sebelum melangkah meninggalkan me“Surat perjanjian?” Lilian mendorong mama nya untuk mempertegas pertanyaan nya itu pada kedua orang tuanya. "Apa Mamá dan Padre menjualku pada keluarga itu? Kalian menjual putri kalian sendiri? Sejak awal baik aku setuju atau tidak, aku tetap harus menikahi pewaris itu, ya kan?" tukas Lilian. Dengan air mata yang terus berlinang, ia menepis tangan mamá Liana yang hendak memegang pundaknya itu. “Ya ... Kami menjamin kalau kamu tidak akan kabur dari pernikahan itu dengan nyawa kami.” jawab padre Lionel sambil menundukkan kepalanya, terlihat sekali el padrenya itu merasa sangat meyesal dan merasa buruk karena putrinya sendiri mengira ia telah menjualnya. “Kenapa bisa seperti itu? Bukannya padre meminta bantuan klan Omero dari jeratan hukum dan ancaman exito negro? Lalu kenapa sekarang kita juga terjerat perjanjian mematikan itu dengan klan Omero? Bukannya i
Semuanya berlalu dengan sangat cepat ... Pernikahan Lilian dengan Victor akan dilaksanakan esok hari. Padahal Lilian masih belum berhasil menghubungi Victor, untuk sekedar berbasa-basi atau menanyakan kabar, sementara sebentar lagi mereka akan menikah. Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Lilian ... Dulu saat Victor bertunangan dengan Halwa pun pestanya diadakan dengan tertutup, yang hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan para sabahat nya saja. Sama halnya dengan konsep pernikahan yang disampaikan oleh Charlos Omero Chadid kepada el padre Lilian. Keluarga besar Omero Chadid memang sangat tertutup dari media dan khalayak umum tentang identitas keluarga inti mereka. Bukan tanpa alasan Charlos Omero Chadid melakukan itu ... Perusahaan mereka telah menjadi nomor satu di Spanyol, mereka juga orang terkaya di negeri itu dan juga Eropa
Bab 157 - Menikah Dengan Victor? Satu minggu berlalu sejak pesta pernikahan Edzhar dan Halwa. Lilian tidak bisa menghubungi Victor sama sekali. Pria yang dicintainya itu menghilang bagaikan ditelan bumi, Lilian sudah mencoba berbagai cara, bahkan pernah sekali bertanya kepada Halwa, namun sahabat baiknya itu pun tidak mengetahui keberadaan Victor. Lilian yang tidak ingin merusak bulan madu Halwa akhirnya tidak pernah menanyakan keberadaan Victor lagi kepadanya. Didalam kesendiriannya seperti hari ini, ingatan satu minggu yang lalu di Malam saat mereka kembali ke Spanyol kembali berputar lagi di dalam benaknya, 'Jangan terlalu berharap dan mencintaiku Lilian, karena jatuh cinta kepada orang yang tidak mencintai kita itu rasanya melelahkan sekali. Cinta yang bertepuk sebelah tangan hanya akan membuatmu sakit hati dan terluka lebih dalam lagi. Kamu terlalu sempurna untuk tersakiti
Lilian kembali menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin. Wajah cantik yang sanggup membuat pria manapun jatuh cinta padanya, semakin cantik lagi oleh polesan MUA terkenal yang di sewa Victor khusus untuknya. Juga gaun indah yang sangat cantik tidak luput disediakan Victor untuk mendukung penampilan Lilian. Yang walaupun sebenarnya tanpa di poles pun Lilian juga sudah terlihat sangat cantik alami. Namum Victor menginginkan Lilian tampil sangat sempurna dihari itu. Entah apa tujuan sebenarnya dari Victor, hingga pria itu bersikeras membuat Lilian secantik ini. Seolah ingin membuatnya menjadi wanita paling cantik di dunia. “Estás hermosa ... (Kamu terlihat sangat cantik)" puji Victor mengejutkan Lilian. Pria itu sudah berdiri tegak dibelakangnya. Sangat gagah dan rupawan, membuat jantung Lilian lagi-lagi serasa ingin copot karena ketampanannya
Dua hari kemudian ... Untuk pertama kalinya setelah hampir empat tahun Halwa kembali menginjakkan kakinya di rumah itu lagi. Halwa dan Edzhar memutuskan untuk sementara waktu kembali ke rumah mereka di Istanbul selama Halwa cuti selama satu semester. Ia melihat bingkai besar foto pernikahannya dulu bersama dengan Edzhar, yang masih terpasang di tempat yang sama, juga foto-fotonya yang lain, yang seingat Halwa dulu tidak ada foto-foto itu di sana, "Aku sengaja memajangnya supaya Vanessa selalu mengingatmu dalam berbagai gaya," jelas Edzhar lembut sambil memeluk Halwa dari belakangnya, dan Halwa langsung menyandarkan belakang kepalanya di dada Edzhar, "Terima kasih, Ed ... Kamu tidak membuat putriku melupakanku, seharusnya aku melakukan hal yang sama pada Edson, supaya putra kita itu bisa langsung mengenalimu saat pertama kali kalian bertemu," desah Halwa. "Sstt, jangan bahas itu l
Untuk kesekian kalinya Halwa menguap lebar setelah nyaris semalaman ia terjaga karena harus melaksanakan salah satu tradisi pernikahan di Turki henna night, atau dalam bahasa Turki disebut dengan kına gecesi. Baju untuk malam hena dominan dengan warna khusus merah dan kuning keemasan. Busana khas wanita Turki Jaman dulu, dengan kepala ditutupi kain berwarna merah transparan. Acara penuh tarian dari keluarga juga sahabat yang digelar dalam rangka mengucapkan selamat tinggal pada status pengantin yang sebelumnya masih sendiri hingga akhirnya menemukan pasangan kemudian menikah. Dengan instrumen klasik berupa drum tradisional Turki yang disebut davul dan pipa yang disebut zurna sebagai musik latarnya. Sesekali air mata Halwa menitik ke telapak tangannya malam itu, saat telapak tangannya diberi hena dengan koin emas, yang dipercaya sebagai simbol fertilitas. Semakin gelap warnanya, semakin baik pula bagi calon pengantin terhadap kesuburannya
Satu minggu kemudian. Lilian turun dari mobil yang membawanya dan juga Victor ke jet pribadi milik Victor. Matanya tertuju pada nama Omero Group yang tertulis di badan pesawat pribadi itu. Omero Group adalah group perusahaan raksasa di Spanyol milik keluarga Victor. Namun Victor lebih memilih mendirikan perusahaannya sendiri di Jakarta. Setidaknya itulah yang diketahui sedikit oleh Lilian tentang Victor dari Halwa. Yang semakin membuat Lilian terjatuh pada pesona yang dimiliki Victor. Bukan karena dia adalah seorang CEO muda dan kaya raya, tapi lebih ke Victor yang mampu membangun usaha miliknya sendiri dari nol di negara lain yang bukan negaranya sendiri. Perjalanan Spanyol-Turki itu dilewati dalam keheningan. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Victor. Pria itu selalu asik dengan pikirannya sendiri. Saat pesawat sudah take off dan lampu seatbelt padam, Victor lebih memilih menghabiskan perjalanan
"Kenapa pernikahan kita tidak dilakukan secara sederhana saja, Ed? Toh kita pernah menikah sebelumnya ... " tanya Halwa untuk yang kesekian kalinya tiap kali ia dan Edzhar tengah membahas masalah pernikahan mereka. Saat ini, mereka tengah berada di sebuah butik ternama tempat Edzhar memesan pakaian pengantin untuk Halwa. Hari ini Halwa kembali melakukan fitting gaun pengantin agar terlihat pas di badan Halwa, yang saat ini terlihat amat cantik dengan gaun putih itu. Kedua mata Edzhar berkedip cepat dan ia pun memejamkan kedua matanya sambil menekan keningnya, saat ingatan tentang mimpi buruknya dua bulan lalu saat ia tengah kritis kembali hadir. Halwa yang bersimbah darah dengan gaun pengantin yang persis sama dengan yang wanita itu kenakan saat ini, dengan kelopak mawar yang tersebar di sekelilingnya, kelopak mawar merah yang berubah menjadi warna hitam, lambang dari sebuah cinta yang tragis. Napas Edzhar seketika tercek
Dua bulan kemudian ... “Apakah kamu datang ke pesta pernikahan itu?” tanya Victor kepada Lilian. “Pernikahan Halwa dan Edzhar maksudmu?” tanya balik Lilian. Victor tidak menjawab, dia kembali meneguk gelas brandy berikutnya. “Cukup! Kamu tidak boleh meminumnya lagi!” cegah Lilian, tapi Victor menepis tangannya, dan dengan cepat mengisi kembali gelas kosongnya. Pria itu Tengah patah hati, lebih tepatnya mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi bisa memberikan kebahagiaan untuk wanita yang sangat pria itu cintai, Halwa. “Apa aku bodoh? Apa seharusnya aku tidak melepaskannya? Bagaimana kalau wanita itu kembali tersakiti lagi?” “Vic … Saat kamu bertekad untuk membatalkan pertunanganmu dengannya demi kebahagiaannya, seharusnya kamu tidak perlu berpaling kebelakang lagi. Teruslah fokus kedepan, yakinkan dirimu sendiri kalau keputusanmu itu adalah yang terbaik untuk kalian. Dan hanya