Suami Kedua Untuk Istri Yang Terdzolimi

Suami Kedua Untuk Istri Yang Terdzolimi

Oleh:  Sponjey  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
6Bab
295Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nadira harus balas dendam karena ulah manipulatif dari mantan suami dan istri barunya. Setelah empat tahun menghabiskan waktu didalam penjara akibat tuduhan pembunuhan yang dilayangkan kepadanya, membuat Nadira harus kehilangan momen indah dengan bayi kecilnya. Ia tidak terima akan hal itu dan berencana untuk balas dendam pada orang-orang yang sudah menjebaknya. Untungnya Nadira masih memiliki orang-orang baik yang mengenalnya dengan baik. Misi balas dendam dan misi membersihkan nama baiknya didukung oleh Davin, pria yang selalu dengan setia membelanya dalam situasi apapun. Mari lihat bagaimana taktik Nadira dalam menjalankan misinya demi membalas dendam dan membersihkan nama baiknya.

Lihat lebih banyak
Suami Kedua Untuk Istri Yang Terdzolimi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
La Bianconera
Yuk, semangat yuk! Aku yang sering perhatiin postinganmu di grup Gesbuk, Kak. Mampir juga ke novelku, Kekasihku Bukan Bodyguard Biasa
2023-10-22 16:53:58
0
6 Bab
Perceraian
“Mas … kamu harus jelasin sama aku, ini ada apa sebenarnya?” Wanita itu bertanya dengan wajah yang sedikit pucat, bayangan hitam dibawah matanya jelas terpapar akibat harus begadang karena bayi kecil mereka yang belum lama lahir kedunia ini.Selembar kertas putih yang tiba tadi sore dikirim oleh seorang kurir itu dipegang lewat tangan kurusnya, meremas menahan kepedihan yang mulai mencuat dalam hatinya. Namun, laki-laki yang sehari-harinya diidam-idamkan akan menjadi pemimpin untuk masa depannya kelak, hanya terdiam duduk ditepi ranjang dengan seprai berwarna biru dengan motif kotak.“Apa maksud dari surat ini, Mas?” Nadira bertanya lagi dengan suara yang lirih. Batinnya menjerit marah ingin segera mendengar respon dari suaminya itu.Aldi tidak berani menatap wanita yang sudah menemaninya hampir tujuh tahun belakangan dalam hidupnya itu. Matanya menilik kesisi lain supaya netra keduanya tidak saling beradu.“Kamu bisa membacanya sendiri, Nad,” jawabnya datar.Mata yang sejak tadi mena
Baca selengkapnya
Jebakan
Meskipun suasana hatinya sedang tidak baik, Nadira tetap menjalankan tugasnya sebagai menantu didalam rumah itu. Lihatlah bagaimana rupa perempuan yang sedang mencuci peralatan bekas masak di wastafel itu, jelas sekali bahwa dia tidak ada tidur sama sekali semalam.Mertua dan adik iparnya sudah pergi keluar melakukan kesibukannya masing-masing. Tinggal Nadira dan Aryan si bayi kecilnya lah yang ada didalam rumah. Sampai akhirnya suara derit engsel pintu terdengar dari arah depan.Nadira yang langsung familiar dengan sosok laki-laki yang baru masuk itu pun berjalan mendekati.“Mas Aldi. Kamu dari mana aja, kenapa enggak pulang tadi malam, Mas?” Nadira bertanya dengan raut khawatir.Sayangnya, kepedulian yang Nadira berikan tidak disambut dengan baik oleh Aldi. Pria itu malah melengos didepan Nadira.“Sudahlah, Nad. Aku mau ganti baju. Ini sudah hampir siang, aku harus segera pergi ke kantor,” jawabnya sambil berlalu.Nadira mengikuti langkah kaki suaminya yang berjalan menuju kamar mere
Baca selengkapnya
Kabar pembunuhan
Bulu kuduk Nadira meremang kala polisi memasukkannya kedalam ruangan persegi empat, berukuran cukup sempit. Hanya ada satu meja dengan dua kursi yang saling berhadapan, lampu yang tingginya tapi diatas kepala juga sangat menyilaukan mata. Nadira tidak tahu ruangan apa ini karena tempat itu benar-benar sangat pengap. Di sekelilingnya tidak ada apa-apa yang bisa dia lihat. Sampai seorang pria menggunakan kemeja masuk. Sepertinya bukan polisi karena tidak menggunakan seragam. Pria itu lalu duduk di seberang kursi, kemudian menatap Nadira dengan mata yang tajam. Sontak, Nadira langsung menundukkan pandangannya tidak berani membalas dengan matanya. “Wanita cantik terkadang tidak bisa ditebak, ya?” ucap sang detektif, tersenyum miring. Jelas sekali sedang menyindir Nadira. Namun, perempuan itu masih memilih untuk menunduk. “Baiklah. Tidak perlu banyak basa-basi lagi. Semakin cepat kamu mengaku, semua ini akan juga cepat selesai.” “Tidak ada yang perlu saya akui disini,” jawab Nadira me
Baca selengkapnya
Kunjungan
Hari semakin sore ketika Nadira berdiri dengan tangan memegang besi sel tahanan. Ada banyak tanda tanya yang masih belum ia temukan jawabannya sampai saat ini. Juga, kenapa belum ada keluarga atau siapapun yang mengunjunginya dikantor polisi. Sampai akhirnya suara derap langkah kaki yang terburu-buru menarik perhatiannya. Postur tubuh yang jenjang berlari menuju kearahnya. Seulas senyuman mulai tercipta dibibir merahnya. Nadira nampak bersemangat saat lelaki itu berdiri tepat didepannya. “Mas Aldi!” seru Nadira saking senangnya melihat sang suami datang. Tatapan Aldi terlihat lesuh, memperhatikan Nadira dari ujung kaki sampai ujung kepala. Perempuan itu benar-benar tidak enak dilihat sekarang ini. “Akhirnya kamu datang, Mas. Ayo cepat keluarkan aku dari sini, Mas,” Buru-buru Nadira mengadu meminta tolong. Tapi, tujuan Aldi datang kesana bukanlah berniat untuk membebaskan atau mencoba menenangkan hati perempuan itu. Ia hanya ingin melihat kondisi Nadira saja. “Maaf, Nad. Aku tidak
Baca selengkapnya
Keluarga kedua
Aldi pulang lebih cepat hari ini, tepatnya usai dirinya menjenguk istrinya di kantor polisi. Entah apakah ia masih bisa menyebut Nadira sebagai istrinya setelah semua yang dilakukan. Mulai dari menjatuhkan talak hingga memberi perempuan itu secarik kertas dari Kantor pengadilan agama.Meskipun, benar apa kata Clara bahwa salah satu masalah bagi mereka berdua telah teratasi. Tetapi, ada beban yang tumbuh dalam hatinya saat meyaksikan Nadira harus melalui masa sulit seperti itu. Aldi sangat yakin bahwa Nadira bukanlah orang yang berani melakukan hal keji seperti itu. Aldi tahu itu semua adalah skenario yang terlah dirancang oleh Clara pastinya.Begitu memasuki rumah, Aldi langsung disambut oleh keriuhan Rani yang memasang raut khawatir. Sepertinya kabar mengenai Nadira juga sudah sampai ke telinga keluarganya.“Kak Aldi! Apa benar mbak Nadira ada dikantor polisi sekarang?” tanya Rani penuh penasaran, tak membiarkan kakak laki-lakinya untuk lebih dulu d
Baca selengkapnya
Konspirasi
Sejak sinar matahari mulai mencuri masuk dari sela-sela bangunan kantor itu, ada sepasang bola mata yang sudah sejak lama terjaga. Was-was, khawatir, takut dan marah, semuanya berbaur menjadi satu didalam dirinya saat ini. Bahkan, sejak tadi malam ia tidak bisa memejamkan mata meskipun hanya sejenak.Nadira dengan wajah yang sudah kusut itu berdiri didalam sel yang dingin. Memandangi kesibukan pagi didalam kantor polisi yang baru pertama kali ia lihat seumur hidup. Bukan pengalaman yang bisa dibanggakan memang.“Permisi, Pak!” serunya pada seorang polisi yang terlihat masih cukup muda, mungkin kisaran dua puluhan.Polisi yang sepertinya baru selesai membersihkan diri, jika dilihat dari wajahnya yang segar dan juga rambut yang masih basah itu menoleh, menghentikan langkahnya.“Ya, ada apa?”“Jam besuk kira-kira dimulai dari jam berapa ya?”“Jam delapan pagi. Masih satu setengah jam lebih,” jawab Polisi itu dengan suara yang sangat khas, lantas melenggang pergi lagi.Nadira mengangguk m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status