Share

3. Saudara Tiri Rasa Chili

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2025-10-06 14:50:10

“Ibu saya sama sekali bukan pelakor.” Alingga langsung menyanggah. Ia sama sekali tidak terima dengan ucapan tersebut. “Justru lelaki yang menikahinya itu yang berengsek. Sudah membawa lari ibu saya–merayunya, bahkan menguras harta. Sungguh tidak tahu malu.”

Ucapannya membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Huki yang sebenarnya sudah lebih dulu mengenal Alingga. Namun, tetap saja pria itu tidak menyangka Alingga akan mengatakan kata-kata pedas seperti itu.

Buru-buru Huki menghubungi Zoerendra. Melaporkan ketegangan di ruang makan.

“Tidak ada tempatmu di sini! Jika punya harga diri, sebaiknya kau cepat pergi!” Setelah pulih dari keterkejutan, perempuan yang muda menghardik Alingga.

“Saya menolak. Bukan kalian yang ingin saya temui,” balas Alingga. “Saya ingin bicara dengan pria bernama Julin itu. Mohon dipahami.”

“Untuk apa mencari Julin?! Kau juga ingin merayunya?! Tidak emaknya, tidak anaknya, mengandalkan paras untuk menggaet pria kaya!” Wanita setengah baya berbicara dengan menatap remeh pada Alingga.

“Siapa pria kaya?! Lelaki penguras harta yang sudah merayu ibu saya, maksud Anda?” Alingga membalas Ia menghadap orang-orang yang ia duga sebagai keluarga dari suami baru ibunya. “Tolong jangan bercanda. Jika kaya, dia akan bawa harta. Nyatanya, justru membuat hutang di mana-mana. Sampai saya yang harus melunasi semuanya!”

“Jangan mengada-ada! Kamu–”

“Ada apa” Pertanyaan dengan suara dalam dan tenang terdengar di belakang Alingga

Terkejut, Alingga langsung berbalik.

Jantung Alingga seperti bergeser rasanya, sosok yang datang tanpa langkah bising itu benar-benar Zoerendra Ishaq!

Lelaki yang menikahinya beberapa waktu yang lalu. Suaminya secara sah!

“Untuk apa mencariku?” tanya Zoerendra kemudian.

Matanya yang tajam menatap gadis yang telah membawa kebisingan di meja makan rumahnya itu lekat-lekat. Sepintas, kening pria itu berkerut. Seperti mencoba mengingat sesuatu saat melihat wajah Alingga yang tanpa riasan dan sedikit kuyu akibat perjalanan jauh.

“Kamu….”

“Dia datang dari Kota M, Pak. Putri wanita yang menikah dengan kakak Bapak,” ucap Huki, memperkenalkan Alingga. Ia sengaja mengambil kesempatan, lantaran Zoerendra tampak tidak mengenali Alingga. “Bukan begitu, Nona?”

Alingga mengernyit, sedikit bingung. Namun, ia mengikuti isyarat Huki–yang memang sangat takut jika bosnya tahu bahwa istrinya–meski cuma di atas kertas ini–ternyata adalah keponakan tiri Zoerendra sendiri. Sebab Hukilah yang dipercaya untuk menguruskan segalanya.

“Duduk.”

Mendengar titah itu, Alingga memutari meja dan duduk di samping wanita muda. Di sisi Alingga yang lain adalah bangku kosong yang berhadapan dengan Zoerendra.

Mulut-mulut yang tadi bersuara tanpa aturan kini tidak terdengar suaranya. Semua anggota keluarga ini menatap segan pada Zoerendra.

Alingga menarik napas dalam-dalam. “Maaf, apakah benar Bapak adalah orang bernama Julin?” tanyanya kemudian.

"Hm." Zoerendra hanya dengan bunyi dehem. Meski begitu, Alingga menganggapnya sebagai konfirmasi.

Gadis itu kemudian berkata, “Begini, Pak. Saya Alin. Saya mendapatkan alamat rumah ini dari barang-barang yang ditinggalkan oleh ibu saya dan suaminya, yang mana adalah Fahri. Kakak Anda.”

“Jadi, kamu anak tiri Mas Fahri?” tanya Zoerendra dengan tatapan menelisik wajah Alingga.

Alingga menegakkan punggungnya. “Maaf, saya tidak punya ayah tiri. Tetapi saya adalah anak perempuan dari wanita yang dinikahi oleh lelaki bernama Fahri.”

Zoerendra mengernyit.

“Kakak Anda meminjam uang atas nama ibu saya dan meninggalkan utang di mana-mana. Bahkan sampai menggadaikan rumah peninggalan mendiang ayah saya,” ujar Alingga. Nada bicaranya tegas, meski wajahnya tampak lelah. “Kakak Anda kemudian kabur membawa lari ibu saya, membuat saya menjadi satu-satunya orang yang harus melunasi semua utangnya.”

“Dih, banyak gaya! Aslinya bangga!” cerca wanita muda yang duduk tepat di samping Alingga menyela. Bahkan dengan menyikut keras bahunya hingga terasa ngilu. “Dapat ayah kaya!”

“Bagian mana dari penjelasanku yang nggak kamu pahami?” Alingga membalas. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak balas menyikut perempuan muda itu.

“Aduh!”

“Fahri itu utang di mana-mana. Karena aku sudah lunasi semua, laki-laki itu berarti utang padaku. Paham?!”

“Eh, berani ya kamu nyerang aku!” Perempuan muda itu, Jihan, memekik nyaring. “Perempuan miskin! Badan tinggal tulang saja berani nyerang! Berani taruhan kamu nggak pernah makan enak!”

“Ya. Karena uangku dicuri oleh Fahri!” tukas Alingga, lama-lama merasa kesal. “Aku ke sini juga mau menuntut pertanggungjawaban dia!”

“Kurang ajar, fitnah kamu!” Wanita itu tampak marah dengan menuding wajah Alingga hingga hampir menyentuh mata.

“Cukup!” Zeorendra menegur keras saat Alingga akan membuka mulut.

Suasana hening sesaat. Semua bungkam dan saling memandang kesal.

“Kalian sebaiknya saling kenal. Alin, dia itu adalah mantan istri dari ayah tirimu. Mereka berdua adalah saudara tirimu. Kalian salinglah berkenalan!” Zoe menyuruh tegas dengan tatapan tajam bergantian pada Alingga dan mereka bertiga.

Alingga tidak ingin mengulurkan tangan lebih dulu pada mereka. Namun, tidak menyangka, wanita setengah baya mengulur telapak tangan padanya.

“Herawati, istri sah Mas Fahri.” Dia mengenalkan dirinya dengan angkuh. Meski begitu, Alingga salut pada pengaruh Zeorendra yang meluluhkan.

“Alin.” Sambutnya singkat. Tidak ingin menyulut debat dan ribut. Padahal status wanita itu sudah bukan lagi istri tetapi telah jadi mantan. Alingga pernah meminta dokumen asli Fahri sebelum menikah sah dengan ibunya.

“Faldian …!” sebut Lelaki di samping Herawati dengan singkat. Alingga menyambut baik ulur tangannya dengan cepat. Namun, genggaman lelaki itu begitu kuat.

“Alin …,” ucapnya lembut dan berusaha tetap tenang. Meski tatapan Faldian seperti seekor rubah lapar padanya yang membuat perasaan tidak tenang.

🍒🍓

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   7. Tersesat

    Alingga membuka pintu kamar dengan lega. Key lock number yang sempat diberi oleh Huki lewat pesan berhasil dienternya. Kamar baru dan bukan kamar yang dia tempati siang tadi. Senang yang dirinya cepat mengerti di mana posisi kamar barunya ini sebab ancer-ancer dari Huki. Berada di teras yang mudah dihampiri. Sederet dengan ruang kerja Huki yang ada di ujung teras panjang ini. Namun, Alingga berpikir jika kamar barunya justru kurang aman sebab lubang kunci ada tetapi anak kunci tidak diberikan. Menduga entah Huki atau entah Zoe sendiri yang menyimpan. Meski password sudah ditukarnya, pintu akan mudah disabotase dengan anak kunci dan lubang kunci yang dipertemukan. Ah, biarlah, hak tuan rumah. Menyadari jika dirinya sekadar menumpang tidak lama. Apalagi mengingat adanya anak-anak Fahri yang sama sekali tidak ramah, sangat ingin hengkang saja dengan segera. Tinggal sendiri bukan hal yang sangat mengerikan baginya. Sebagai mahasiswa dengan jarak kampus yang jauh dari kampung halaman

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   6. Cecar

    Setelah interview, Alingga singgah di asrama temannya, Risa, dan terjebak hujan. Risa adalah teman akrab saat duduk di bangku SMU dari Kota M. Tidak melanjutkan belajar setelah lulus, dan memilih ikut rekruitmen kerja ke Kota B. “Kayaknya hujan gak bakalan stop, Ris. Aku harus kembali sekarang.” Alingga berdiri dan ingin keluar kamar. “Nggak nginep, Ling?” tanya Risa yang ikut berdiri. Mereka telah tidur-tiduran dan saling bercerita. “Ini hari pertama, segan dengan yang punya rumah. Aku akan dipikir wanita nakal jika tidak kembali ….” Alingga tahu diri, segan dengan Zoerendra. Terbayang tatapan berkuasa lelaki itu saat di meja makan. Lebih baik tidak mencari masalah demi mendapat perlindungannya dari tekanan saudara tiri. “Aku pamit, Ris. Terima kasih.” Alingga berbalik pergi setelah melemparkan ucap salamnya. Risa tidak lagi sempat melarang. Bahkan jawab salamnya pun dalam hati. Menatap punggung besti yang berlari. Alingga menerobos hujan dan angin menuju halte u

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   5. Jam Malam

    Huki datang dengan langkah cepat sebab seruan membahana si bos di teras. Merasa kepo sekaligus was was barangkali ada kesalahan kerja yang dia lakukan tanpa disadari olehnya. “Ada apa, Pak Zoe?” tanya Huki dengan perasaan tidak enak. Telah berdiri tepat di depan pria yang baru melengking memanggil namanya. Pria berambut lebat dan hitam dengan model buzz cut itu terlihat marah. Tatapannya tajam, bibir tipis yang merah pun telah segaris dan merapat tanpa senyum. Hidung mancung yang sedikit melengkung di ujung, dan justru membuat wajahnya jadi cute, kini tampak garang. “Kenapa kau diam meski sudah tahu siapa Alin? Kau tidak bisu kan, Huki?” ucap Zoe kemudian dan terdengar pedas. Tetapi Huki tidak masalah sebab sudah biasa. Hanya sangat bingung bagaimana menjawab. “Anda sudah tahu, Pak Zoe…,” respon Huki asal saja. Menatap datar atasannya dengan perasaan berkecamuk. Zoerendra terkesiap dengan jawaban Huki yang tenang. Memang benar jika Alin adalah gadis yang sudah dinikahiny

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   4. Alin Adalah

    "Hm! " Deheman Zoerendra seketika membuat Alingga terbebas dari genggaman kuat tangan Faldian yang besar. Tidak membuang waktu, geser mengulurkan tangan pada perempuan kurus di sampingnya. "Kenalkan, Alin …,” sapa Alingga mengalah. Merasa tidak merugi hanya sekedar inisiatif bersalaman. Namun, wanita muda itu terus acuh tak acuh dan tidak menyambut ulur tangannya. Asyik memotong steak jadi sangat kecil-kecil di piringnya. Alingga menarik napas, menarik tangan, dan bergedik bahu. Lebih baik abai saja akan hal begitu. Zeorendra mengangkat alis menyimak respon si gadis tamu yang tenang. “Kamu sangat tidak menyukai ayah tirimu?” tanya Zeorendra memecah bisu dengan nada menyelidik. Gadis di depannya yang terlihat cantik, tenang dan berpakaian sopan, rupanya berduri. Merasa jika ini cukup menarik. Akan sejauh apa Alingga berani menuntut ganti rugi padanya sebab kelakuan Fahri? Alingga memicingkan mata pada Zoerendra yang baru menanyakan perasaannya pada ayah tiri. Membuat Alin

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   3. Saudara Tiri Rasa Chili

    “Ibu saya sama sekali bukan pelakor.” Alingga langsung menyanggah. Ia sama sekali tidak terima dengan ucapan tersebut. “Justru lelaki yang menikahinya itu yang berengsek. Sudah membawa lari ibu saya–merayunya, bahkan menguras harta. Sungguh tidak tahu malu.”Ucapannya membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Huki yang sebenarnya sudah lebih dulu mengenal Alingga. Namun, tetap saja pria itu tidak menyangka Alingga akan mengatakan kata-kata pedas seperti itu.Buru-buru Huki menghubungi Zoerendra. Melaporkan ketegangan di ruang makan.“Tidak ada tempatmu di sini! Jika punya harga diri, sebaiknya kau cepat pergi!” Setelah pulih dari keterkejutan, perempuan yang muda menghardik Alingga.“Saya menolak. Bukan kalian yang ingin saya temui,” balas Alingga. “Saya ingin bicara dengan pria bernama Julin itu. Mohon dipahami.”“Untuk apa mencari Julin?! Kau juga ingin merayunya?! Tidak emaknya, tidak anaknya, mengandalkan paras untuk menggaet pria kaya!” Wanita setengah baya berbicara dengan

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   2. Pria Itu....

    “Alingga?” Pria itu memanggilnya. “Benar kan kamu Alingga? Duh, tanpa make up jadi susah dikenali.”“Mas Huki?”Alingga terdengar tidak percaya. Siapa yang menyangka kalau ia akan bertemu dengan asisten pribadi yang kemarin mengurusi pernikahannya di kampung halaman.Tapi tunggu, kenapa pria itu ada di sini? Apakah Zoerendra yang dimaksud–“Tidak kusangka kamu nekat datang. Kenapa tidak menelponku? Apa kamu tiba-tiba berubah pikiran?” Huki memberondongkan pertanyaan tanpa menunggu jawaban Alingga. “Masuk dulu, Ling. Mau minum apa? Cuaca lagi panas-panasnya ini, lama nggak hujan.”Alingga menurut saat dipersilakan masuk, meski otaknya masih berputar. Mencoba mencerna situasi saat ini sementara Huki masih saja bicara.“Kamu naik apa? Baru saja sampai?” tanya Huki lagi. Ia mengeluarkan minuman dingin sejenis larutan penyegar dan menyodorkannya kepada Alingga sebelum membawanya duduk di ruang tamu. “Kalau dari Kota M ke sini kan lebih dari 12 jam kalau naik bus. Kayaknya kamu capek. Minum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status