#Testpack (66)Test Pack ART-ku -Ijinkan Saya Menikahi Anak Papa.-“Rin ...?”“Iya ….”“Ka-kamu, nggak salah bicara ….”“Enggak, Sa. Aku sempat memikirkannya dari rumah.”Ia diam. menatapku. “Ini bukan terpaksa. Aku sudah memikirkannya. Aku sudah bukan lagi perempuan muda. Sebaiknya lebih bisa menyesuaikan diri dengan keadaan apapun. Termasuk jika harus menikah dadakan.”“Emm, Bukan begitu, Rin. Ma-maksudku ….” Suara itu tertahan.“Sa, besok aku adalah istrimu ….” Aku tersenyum dan menaikkan dua alisku.“Rin, coba kamu pikirkan dulu lagi, saja. Jangan iba karena melihat aku sakit?” wajah itu gerimis. Sungguh tak tega aku melihatnya.“Enggak, Sa. Aku mengagumi keberanian dan niat tulusmu. Dari sejak kamu menyadari memiliki hati padaku, kamu sudah menunjukkan keseriusan itu.”“Tapi ….” Ia sedikit berbisik.“Nggak pakai tapi, Sa. Aku baru ingat nasehat salah satu Murobbi. Kalau ada seorang yang sudah siap secara mental, mempunyai pekerjaan tetap, seagama, apalagi soleh sepertimu, dan d
#Testpack (67)Test Pack ART-ku -SAH.-Aku mendengar ucapannya terbaca ketulusan, keihklasan, keberanian, dari seorang panglima perang yang sedang berusaha memenuhi setengah diennya dengan melamar seorang wanita.Seorang wanita yang sedang berusaha juga untuk meningkatkan Dien di hadapan-Nya. Wanita itu sangat beruntung, dilamar seorang perjaka yang belum pernah menikah tetapi sudah memiliki kecakapan dan kematangan dalam banyak hal. Terbayang bagaimana ia rela melawan lelaki-lelaki bertubuh kekar demi bisa menangkap mreka sampai kakinya harus sobek sedemikian parahnya. Itu sudah cukup pembuktian bahwa ia akan rela membelaku, juga anak-anak sampai titik darah penghabisan demi menjaga orang-orang yang dicintainya, dan itulah kstaria sesungguhnya. Mungkin kemarin aku sempat ragu, tapi setelah menyadari sesungguhnya setan itu sering membuat kita ragu-ragu. Tapi yang mau berpikir dengan kejernihan hati, Insya Allah dia akan menemukan jalan yang Allah sukai.“Aksa, Papa adalah laki-laki
#Testpack (68)Test Pack ART-ku -Aku Mencintaimu Sebelum Kamu Mengenalku.-Aku yang duduk di belakang bersama keluarga mendapat pelukan dan ciuman hangat dari berbagai sisi. Mbak meta, Kak Leti, Mas Hanif, Mas Karim, Mas Fatih, Mereka menangis berbarengan memelukku. “Selamat, Nak. Semoga samara rumah tangganya kali ini. Mama akan selalu doakan untuk keutuhan rumah tangga kalian, ya. Semoga ini rumah tangga surga untukmu, Nak. Rumah tangga yang akan bisa membawamu pergi ke syurga bersama suami dan anak-anak. amiin.”“Selamat Sayang, kamu sekarang anak Bunda. Mantu Bunda yang kali pertama melihatmu saja, bisa bikin Bunda langsung jatuh cinta. Semoga selamanya kamu akan jadi salah satu anak kesayangan Bunda. Samara dengan Aksa, ya. Bunda nitip Aksa sama kamu.” Dua orang ibu yang amat kusayangi ini memelukku dan menciumi pipiku sembari mengucapkan doa-doanya.Aku hanya mampu mengangguk-angguk sembari menciumi tangan mereka.Lalu, aku dituntun maju agar bisa bertemu dan bertatap dengan
#Testpack (69)Test Pack ART-ku -Saat SMA Ternyata Kita Saling Mengidolai Dalam Diam-“Dan ternyata sesuatu yang Mas kira nggak mungkin, itu mungkin, Dek. Makanya mungkin kamu agak aneh. Ketika pertama kali bilang bahwa kamu telah bercerai dari Mas Hangga, aku jadi terlihat begitu menggebu. Mendadak ingin jadi orang yang selalu melindungimu, masih ingat kan, ‘Dek?”“Emm, iya, sich. Kamu terlihat begitu emosi. aku pikir itu naluri seorang lelaki saja, yang nggak rela temannya tersakiti oleh lelaki lain. Aku nggak berani terlalu GR, Mas. Walau di hari itu, jujur ada rasa yang berbeda dalam hati, tapi mungkin itu juga karena aku menangkap perhatian yang berbeda darimu.”“Ya, Mas memang terlalu berlebihan waktu, itu. Karena Mas kayak menyadari sedang berada di situasi rawan, yang dalam hati bilang, “wah ini kesempatan emas, nggak boleh di sia-siakan, wanita ini nggak boleh jatuh ke pelukan lelaki lain. kali ini, harus termiliki olehku,’ nah dalam hati bilang gitu. Ya karena Mas pikir, ka
#Testpack (70)Test Pack ART-ku -Saga dan Hangga Datang-“Mas, kamu kayaknya udah beneran sehat, dech.”“Ya, gitu, Dek? Kok tahu?”“Soalnya kamu pagi ini bersemangat dan cerewet bingit, biasanya kamu pendiam, Mas?”“He he, Mas nervous, Dek.”“Nervous? why?”“Emm, mungkin karena nggak tahu harus ngapain?” Ia membulatkan matanya.“Emang harus ngapain, Mas …?” Aku ikut membulatkan mata, menarik alis ke atas dan melengkungkan bibir ke atas.Kukalungkan kedua tanganku pada lehernya. Menariknya lebih dalam ke hadapanku.Satu detik, dua detik, tiga detik.Merasakan ada debam-debam kuat pada dadanya.“Mas, lagi deg-dengan banget, ya …?”Ia hanya berkata, “Euh …”“Mas, aku mau tanya ….?”Ia memompa napasnya berkali-kali.“Mas belum pernah melakukan sebelumnya, ‘kan?”“Belum, Dek ….” Wajahnya memerah dan sudah gelisah menjawab ini. “Aku percaya, Mas ….”Kasihan rasanya bila terus memberi jeda pada pengantin pria yang masih lugu ini. Tentu ia kalah gaya saat ini di banding aku yang sudah memp
#Testpack (71)Test Pack ART-ku -Ada Cemburu Pada Tatapan Itu-Ia terbangun, ingin minum. Aku menarik pengungkit bed pasien agar ia bisa dusuk namun merebah.“Mas, ada menu bubur, nich, mau aku suapin?”Ia mengangguk. Ya Allah, kenapa fisiknya makin melemah?Baru beberapa suapan tiba-tiba ada tamu datang berkunjung.Entah kemana tadi perginya Mama dan Bunda, jadi kulangkahkan kaki untuk membuka pintu.Ya Allah, ternyata tamu itu Bang Saga dan Mas Hangga!===Mereka berdua datang menjenguk, atau gimana, sich, bisa kompak begitu.“Eh, Mas Hangga, Bang Saga. Silahkan masuk.”Aku membuka daun pintu lebih lebar.“Rin, Aksa sakit?” tanya Mas Hangga.“iya, Mas ....”“Mas Hangga diikuti Bang Saga masuk, mereka lalu menghampiri Mas Aksa untuk bersalaman.“Sakit, Bro?” Tanya Mas Hangga. “Ah, cuma ngelebur dosa aja, ni, Bro, biasa,” jawab Mas Aksa lemah.Sementara kulihat Bang Saga lebih cool. “GWS, Sob ….” ucapnya.Tersenyum bersalaman dengan Mas Aksa lalu mengambil posisi duduk di kursi tam
#Testpack (72)Test Pack ART-ku -Ada Pengganggu-Matanya terus terpejam, dan napasnya bergerak teratur. Baiklah, dia butuh istirahat, bahkan butuh banyak istirahat. Aku harus mensupport total kesembuhannya, harus memantaunya secara maksimal. Tak akan ada yang lebih baik menjagamu sekalipun di rumah sakit terbaik ini Mas selain aku. Kuelus-elus kepalanya perlahan. “Mas, lekas sembuh lagi, baru kemarin pagi kita bahagia, merasakan manisnya madu rumah tangga. Aku sudah yakin kamu sembuh waktu itu, karena kamu terus berangsur sehat, bahkan sudah semangat makan nasi goreng spesial buatanku untuk pertama kalinya. Siangnya kamu sudah seru-seruan bermain dengan anak-anak sampai sore hari. Sembuh, ya, Mas ….” bisikku pelan.Kusibak tirai jendela, berbayang gambar jam dinding di sana, masih ada waktu untuk shalat Dhuha, bermunajat panjang memohon ampunan atas segala dosa dan memohon kesembuhan suamiku. Sekali lagi aku meminta, seandainya ada amalanku yang layak ditukar untuk kesembuhan Mas A
#Testpack (73)Test Pack ART-ku -Cinta yang Sulit Hilang-“Loh, ada Mas Hangga, kapan datang, Mas?”“Baru aja ….” ucapnya datar. Kali ini ia nampak tak bersahabat. Tak seperti kemarin ketika menjenguk.Ia menatap tanganku yang masih menggandeng mesra tangan Mas Aksa.Kenapa dengan tatapan kamu, Mas. Sampai seperti itu menatap kami berdua.“Sayang main sama Papa dulu, ya. Mama mau pijitin Om Aksa dulu. Om-nya masih sakit,” balasku pada si kecil.“Oh, Om Aksa masih sakit, ya. Ya, Ma. Biar Omnya nggak dirawat lagi.” Si Kakak yang menjawab.Sementara kulihat Zayyan sedang mendorong-dorong mobil di ujung ruangan.Aku menarik tangan Mas Aksa melangkah masuk ke kamar. Lelaki tampan di sebelahku hanya pasrah mengikuti tarikan mesra tanganku. Kulirik lelaki putih jangkung di ujung sana yang masih memperhatikan kami sebelum pintu kututup.Ceklek. Kuputuskan mengunci pintu.Jangan kecewa dan marah, Mas. Karena apa yang kulakukan dengan suamiku ini halal. Tapi kalau kamu mau membakar dirimu send