Share

79. Racun pasir

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2025-06-12 22:22:25

Begitu tiba di pagar pekarangan barat, Rai berjongkok sejenak, tubuhnya masih menyangga Sua dengan satu lengan. Ia menatap ke kiri dan kanan, memastikan tak ada pengintai.

“Kita lompat sekarang,” bisiknya.

Sua mengangguk kecil, tangan kirinya secara refleks memegang erat kotak kecil berisi jarum akupuntur.

Rai menggeliat pelan, lalu melompat. Tubuh mereka seperti bayangan burung hantu yang melintas di kegelapan. Tidak ada suara, tidak ada jejak.

Begitu mendarat di sisi luar pagar, mereka langsung membaur dalam semak dan ilalang tinggi.

"Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri sekarang, Yang Mulia," ujarnya Sua lirih.

Rai pun menurunkannya. Namun setelahnya, ia meraih tangan Sua dan menggenggamnya dengan erat.

Jalanan malam itu begitu gelap, bahkan lebih gelap dari biasanya. Tak ada cahaya bulan, dan kabut tipis mulai menggulung dari arah timur, membawa aroma lembap bercampur dengan tanah lama yang belum tersentuh kaki manusia selama bertahun-tahun.

Sua menarik napas pelan, tapi langsung
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   90. Menuju aula utama

    Hari ketiga. Sua berdiri di depan potongan logam usang yang dulunya adalah kaki meja, kini menjadi cermin tipis buram yang dipasang miring di salah satu pilar. Pantulannya tak utuh, tapi cukup.Dan untuk pertama kalinya sejak jiwanya mendiami tubuh ini … Sua melihat wajah itu dengan sepenuh kesadaran.Wajah Sua Linjin.Mata bening sedikit lebar dengan garis lembut seperti lukisan tinta, hidung mungil yang anggun, dan bibir yang tidak terlalu tipis, tapi teratur indah. Tulang pipinya tinggi namun feminin. Kulitnya yang sebelumnya rusak oleh krim beracun Cai Ji … kini telah benar-benar pulih. Tidak ada bekas. Bahkan tampak lebih bersinar, seolah telah tumbuh dari luka.Sempurna. Wajah dan tubuh yang selama ini hanya bisa dibenci atau direndahkan, ternyata menyimpan potensi yang tak terbantahkan.Sua menyentuh pipinya perlahan. “Jadi ini yang mereka takutkan darimu, Linjin … Kecantikan, dan keberanian yang terlambat dikenali.”Ia menunduk.Hari ini adalah hari yang mereka rancang untuk

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   89. Xianggen Zhenhun

    Dua pengawal mendekat, tangan mereka terulur ke arah lengan Sua, bersiap menggiringnya keluar dari kamar seperti tahanan rendahan.Namun sebelum mereka sempat menyentuhnya, Sua melangkah mundur setengah langkah dan bersuara, tenang namun tajam:"Aku bisa jalan sendiri!"Langkahnya tegas, meski pipinya masih merah, meski seluruh dunia terasa seperti mengamati dan menunggu ia jatuh.Han Feng menatapnya, rahangnya mengeras. Tapi ia memberi isyarat agar para pengawal membiarkannya. Sua berjalan sendiri melewati lorong yang sunyi, menuju Paviliun Barat, tempat yang kini disiapkan menjadi kurungannya.Langkah-langkahnya menggema, satu demi satu, menandai awal babak baru yang sunyi … namun tidak menyerah.Di sisi lain, salah satu pengawal pribadi Han Feng datang tergesa dari sisi pekarangan timur. Napasnya memburu, wajahnya pucat.Han Feng masih berdiri di kamar Sua, memandangi jendela yang terbuka setengah. Ketika melihat prajuritnya datang, ia menoleh.“Lapor!” ujar sang prajurit, suaranya

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   88. Kemarahan Han Feng

    Cahaya lentera dari dalam kamar bergoyang.Beberapa detik kemudian, langkah kaki terdengar mendekat. Lalu dari dalam kamar, muncullah Han Feng, sosoknya tegak dengan mata tajam penuh kemarahan yang tak tertahankan. Di belakangnya, empat pengawal kepercayaannya berdiri kaku, siap menerima perintah apa pun.Han Feng menghampiri Sua tanpa berkata sepatah kata pun.Lalu—PLAK!Tamparan itu datang cepat dan keras, mengayun dari sisi kanan dan menghantam pipi Sua hingga wajahnya menoleh. Rambutnya terayun pelan, dan dunia sempat terasa hening beberapa detik.Namun Sua tidak jatuh.Ia berdiri tegak. Hanya pipinya yang kini memerah, dan matanya yang menatap lurus, seperti baja yang baru ditempa.Han Feng mendekat lebih lagi. Napasnya cepat, seperti api yang belum padam.“Dari mana kau?” desisnya. “Menghilang semalaman, tanpa kabar, menyuruh pelayan menyamar, memalukan!”Sua membalas tatapan ayahnya tanpa gentar. “Aku hanya pergi untuk mengenang Ibu.”Han Feng menyipitkan mata. Pria itu menden

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   87. Terbongkar

    Udara fajar begitu dingin ketika Rai dan Sua akhirnya sampai di tepi barat Kediaman Perdana Menteri. Mereka bergerak diam-diam melalui jalur tersembunyi, melompati tembok samping tempat pohon plum tua menjulur seperti lengkungan pelindung dari langit.Sua hampir kehilangan keseimbangan karena tubuhnya belum pulih sepenuhnya, tapi Rai menopangnya tanpa suara. Napas mereka berembus cepat, mengembun di udara pagi yang masih kelabu.Mereka baru saja mencapai lorong belakang tempat jendela kamar Sua menghadap ke taman kecil, ketika sebuah bayangan melintas cepat dari arah timur, diikuti suara langkah terburu-buru.Chunying muncul, rambutnya sedikit acak, dan wajahnya gelap oleh kecemasan.Di belakangnya, Bae Ya menggenggam erat lengan Chunying, matanya penuh ketakutan.Begitu melihat Sua, Bae Ya nyaris berlari.“Nona!” serunya tertahan, lalu menutup mulutnya sendiri sambil menahan air mata.Chunying langsung bicara, napasnya masih berat. “Kita tidak punya waktu. Perdana Menteri ... telah m

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   86. Pengakuan 2

    Akhirnya, Su Ying bergerak. Ia menarik Sua perlahan ke pelukannya, lebih lemah dari sebelumnya, tapi terasa lebih dalam.“Kalaupun kau bukan anak yang kulahirkan … tapi kau menyelamatkan hidupku,” bisiknya. “Dan di mataku, tak ada cinta yang lebih tulus dari itu.”Sua menggigit bibirnya.Air matanya akhirnya jatuh. Diam-diam, tanpa suara.Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya sebagai Sua Luqi, atau Linjin yang baru, ia merasa bahwa tempat ini … bukan hanya tempat pelarian jiwa. Tapi tempat untuk kembali.Pelukan itu bertahan beberapa saat. Tak ada yang berbicara. Hanya kehangatan di antara dua jiwa yang tidak lahir dari darah yang sama, tapi dipertemukan oleh nasib dan perjuangan.Namun, waktu tak memberi jeda lama.Dari celah pintu bawah tanah, seberkas cahaya samar mulai menyusup. Langit di luar sudah mulai berubah warna. Fajar hampir menyingsing.Sua menyadari itu. Ia menarik diri perlahan dari pelukan Su Ying, lalu mengecek sabuknya. Kotak jarum akupuntur, kantong sisa herbal,

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   85. Pengakuan 1

    Su Ying menyentuh pipi Sua, menatapnya dengan tatapan yang samar tidak asing, tapi juga tidak benar-benar mengenali. Sentuhan ibu itu membuat dada Sua berguncang. Dalam sejenak, semua keheningan seolah memaksa sebuah kebenaran keluar dari mulutnya.Sua menunduk.Tangannya menggenggam jari-jari ibunya, lembut tapi erat, seperti seseorang yang hendak melepaskan beban yang sudah terlalu lama dipanggul sendiri.“Ibu …” ucap Sua, suaranya pelan tapi tegas. “Aku bukan … Linjin.”Su Ying mengerjap. “Apa maksudmu?”Sua menarik napas. Lalu, dengan suara yang nyaris tak bergetar, ia mulai mengungkapkan kebenaran yang telah ia simpan sendirian selama ini.“Aku … bernama Sua Luqi. Aku berasal dari masa yang jauh ke depan. Aku tidak tahu bagaimana atau kenapa bisa berada di sini. Terakhir kali, aku sedang berjuang di medan perang mengobati orang-orang yang terluka. Tiba-tiba, sebuah senjata api menghantam tubuhku, dan saat aku terbangun, aku sudah berada di tubuh Sua Linjin, di dunia ini.”Su Ying

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status