Home / Romansa / Teman Istriku,Kekasihku / Rencana ke Bandung

Share

Rencana ke Bandung

Author: Nana
last update Huling Na-update: 2025-09-24 14:57:47

Sore itu rumah kecil mereka dipenuhi aroma sayur asem dan ikan goreng. Nisa sibuk bolak-balik dari dapur ke meja makan, wajahnya tampak bersemangat. Ardi baru saja pulang kerja, duduk di sofa dengan kemeja yang masih rapi meski terlihat lelah.

“Mas,” panggil Nisa sambil tersenyum, “minggu depan kita ada waktu kosong, kan?”

Ardi menoleh, sedikit bingung. “Waktu kosong apa?”

duduk di sampingnya, membawa buku catatan kecil. “Aku tadi cek kalender. Minggu depan ada long weekend, tiga hari. Aku kepikiran buat kita liburan sebentar.”

Ardi menaikkan alis. “Liburan?”

“Iya dong.” Nisa membuka catatannya yang penuh coretan. “Ke Bandung. Udah lama banget kita nggak ke sana. Aku kangen udara sejuknya, kangen makan batagor di jalan Dago, kangen suasana malamnya.”

Ardi menelan ludah. Bandung—kota yang selama ini jadi saksi diam hubungan terlarangnya dengan Rani. Sekilas bayangan kamar hotel dan tawa Rani muncul di kepalanya, membuat jantungnya berdegup tak karuan.

“Kenapa Bandung?” tanyanya hati-h
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Teman Istriku,Kekasihku   Rencana ke Bandung

    Sore itu rumah kecil mereka dipenuhi aroma sayur asem dan ikan goreng. Nisa sibuk bolak-balik dari dapur ke meja makan, wajahnya tampak bersemangat. Ardi baru saja pulang kerja, duduk di sofa dengan kemeja yang masih rapi meski terlihat lelah.“Mas,” panggil Nisa sambil tersenyum, “minggu depan kita ada waktu kosong, kan?”Ardi menoleh, sedikit bingung. “Waktu kosong apa?” duduk di sampingnya, membawa buku catatan kecil. “Aku tadi cek kalender. Minggu depan ada long weekend, tiga hari. Aku kepikiran buat kita liburan sebentar.”Ardi menaikkan alis. “Liburan?”“Iya dong.” Nisa membuka catatannya yang penuh coretan. “Ke Bandung. Udah lama banget kita nggak ke sana. Aku kangen udara sejuknya, kangen makan batagor di jalan Dago, kangen suasana malamnya.”Ardi menelan ludah. Bandung—kota yang selama ini jadi saksi diam hubungan terlarangnya dengan Rani. Sekilas bayangan kamar hotel dan tawa Rani muncul di kepalanya, membuat jantungnya berdegup tak karuan.“Kenapa Bandung?” tanyanya hati-h

  • Teman Istriku,Kekasihku   Garis Yang Mulai Pudar

    Hari itu kantor lebih sepi dari biasanya. Beberapa rekan sudah pulang lebih awal, sementara yang lain masih sibuk di lantai atas. Parkiran basement hanya diterangi lampu neon redup yang sesekali berkelip.Ardi menunggu di dalam mobil hitamnya. Jari-jarinya mengetuk setir gelisah. Hatinya berdetak cepat, bukan karena rapat yang baru saja ia akhiri, tapi karena janji singkat dengan Rani.Tak lama, pintu terbuka. Rani masuk dengan cepat, menutup pintu tanpa suara. Aroma parfumnya memenuhi kabin sempit mobil. Gaun kerjanya masih rapi, tapi mata itu—mata yang sudah terlalu sering menantang Ardi—berkilat penuh api.Rani: berbisik “Kamu lama banget. Aku hampir batal.”Ardi: menarik napas dalam, menatapnya “Aku sengaja nunggu semua agak sepi. Kita nggak boleh sembrono.”Rani: tersenyum nakal “Tapi justru itu yang bikin deg-degan, kan?”Ardi tak menjawab. Ia hanya menatapnya lama, lalu mendekat. Dalam sekejap, bibir mereka sudah bertemu, panas dan terburu-buru. Mobil menjadi ruang kecil yang m

  • Teman Istriku,Kekasihku   Liburan yang membakar

    Liburan itu akhirnya datang. Ardi meninggalkan rumah dengan alasan rapat luar kota, sementara Rani sudah lebih dulu menunggunya di hotel dekat pantai.Begitu bertemu di lobi, Rani tersenyum sambil berbisik,Rani: “Kamu beneran datang. Aku takut kamu batal di detik terakhir.”Ardi: menggenggam tangannya erat “Mana mungkin aku ninggalin kamu? Aku udah kangen setengah mati.”Mereka masuk kamar, dan begitu pintu terkunci, pelukan panjang menelan semua jarak.Rani: menempelkan wajah di dada Ardi “Aku pengen waktu berhenti di sini, Di. Hanya kita.”Ardi: “Kalau bisa, aku juga mau. Di sini, aku bisa jadi diriku sendiri. Bukan suami siapa pun. Bukan atasan siapa pun.”Rani: menatap matanya lekat “Tapi kamu tetap suami orang. Itu kenyataannya, kan?”Ardi: terdiam sejenak lalu mengelus pipinya “Iya. Tapi setiap sama kamu… aku lupa semua itu.”***Esok paginya mereka berjalan di tepi pantai. Ombak memecah di kaki mereka, sementara angin laut membelai rambut Rani yang terurai.Rani: “Kamu pernah

  • Teman Istriku,Kekasihku   Gelombang Yang Membara

    Hari-hari setelah pertemuan terakhir di rumah Rani seperti membuka pintu baru dalam hidup Ardi. Pintu yang semestinya ia biarkan terkunci rapat, kini terbuka lebar dan mengundangnya masuk lebih dalam.Setiap kali ia bertemu Rani di kantor, debar jantungnya tak pernah berkurang. Justru semakin kuat. Ada semacam magnet yang tak bisa dijelaskan—mereka seolah tak mampu lagi menjaga jarak.***Sore itu, kantor mulai sepi. Beberapa karyawan sudah pulang, meninggalkan gedung yang kian lengang. Ardi masih duduk di ruangannya, pura-pura menatap layar komputer, padahal pikirannya melayang pada sosok yang mungkin saja datang.Ketukan pelan di pintu membuatnya menoleh. Rani berdiri di sana, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Masih kerja?” tanyanya sambil melangkah masuk.Ardi menelan ludah, menutup laptop perlahan. “Belum selesai. Kamu kenapa belum pulang?”Rani mendekat, suaranya lebih lirih. “Karena aku tahu kamu masih di sini.”Seakan kata-kata itu cukup, mereka saling mendekat. Tak ada lagi pe

  • Teman Istriku,Kekasihku   Bara Yang Tak Padam

    Setelah malam itu di rumah Rani, Ardi tahu semuanya sudah berbeda. Ia pulang dengan rasa bersalah yang tak terkira, tapi tubuhnya masih membawa hangat pelukan dan ciuman yang tak bisa ia hapus dari ingatan.Di sisi lain, Rani pun tak lagi berusaha menahan diri. Sejak batas itu dilanggar, ia menjadi lebih berani, lebih terbuka. Dan keduanya, meski tahu resiko besar menanti, justru makin sulit berhenti.***Hari Senin, kantor kembali sibuk. Tim pemasaran menyiapkan laporan hasil proyek, semua orang bergegas. Ardi mencoba menjaga wajah seriusnya sebagai manajer, tapi tiap kali ia menangkap mata Rani dari kejauhan, ada percikan kecil yang membakar dalam dirinya.Siang itu, di ruang rapat kecil, Ardi memanggil Rani untuk membahas revisi data. Pintu ditutup, dan hanya mereka berdua di dalam.“Ini data yang aku perbarui,” kata Rani sambil menyerahkan map.Ardi mengambilnya, tapi tangannya sengaja menyentuh jari Rani. Mereka saling berpandangan, terlalu lama untuk sekadar rekan kerja.“Rani…

  • Teman Istriku,Kekasihku   Undangan Lembur

    Hari itu kantor terasa lebih lengang dari biasanya. Proyek besar baru saja selesai, sebagian besar karyawan pulang lebih cepat. Namun Ardi masih duduk di ruangannya, menatap layar komputer yang bahkan tidak lagi ia baca. Pikirannya melayang jauh ke peristiwa beberapa hari lalu—ciuman pertamanya dengan Rani.Setiap kali ia mencoba fokus, bayangan itu selalu muncul. Bagaimana bibir Rani menempel pada bibirnya, bagaimana tatapan matanya penuh keberanian dan kerinduan. Ardi tahu ia tak seharusnya mengingat-ingatnya, tapi tubuh dan hatinya tak bisa membohongi diri.Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari Rani.“Malam ini aku sendirian di rumah. Mau datang? Kita bisa bilang lembur, kalau ada yang tanya.”Ardi menatap layar cukup lama. Jemarinya bergetar, antara ingin mengetik balasan dan ingin menghapus pesan itu. Ia menoleh ke jam dinding, hampir pukul tujuh. Di rumah, Nisa pasti sedang menyiapkan makan malam. Hatinya berperang hebat.Tapi akhirnya, ia menulis: “Aku datang.”***Ruma

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status