"Tolong selamatkan aku dari pria brengsek itu. Singkirkan dia segera." Yumi berbisik pada pria asing yang kebetulan mampir ke toko perhiasan. Dia tidak punya pilihan lain selain menjadikan orang itu sebagai pacar palsu. Adalah Yoga Iskandar, pemilik salah satu perusahaan Konsultan terbesar di Jakarta. "Tidak masalah, asal kau bersedia menjadi tunanganku." Yang kebetulan sedang menghadapi beberapa scandal. Tentu saja Yumi tidak gila. Menjadi tunangan pria asing bukan bagian dari rencananya. Yumi hanya ingin menyingkirkan Aditya, mantan kekasihnya yang angkuh. Lelaki tampan itu tengah pamer kekasih baru kepada Yumi. Tak tanggung-tanggung, Aditya bahkan memberi kekasih barunya itu hadiah berupa cincin berlian. Bagaimanakah kisah mereka? Akankah Yumi bersedia menjadi tunangan Yoga Iskandar?
View MoreYumi POV
"Gawat, aku bisa kena marah kalau begini!”
Karena kesiangan, aku mengayuh sepeda butut milikku dengan kekuatan penuh. Satu-satunya kendaraan yang kumiliki. Hadiah ulang tahun dari mendiang Ayah.
Hanya lima belas menit perjalanan, aku pun telah tiba.
"Aku ingin mengambil cincin berlian pesanan kemarin. Ini nota pembayarannya."
Namaku Yumi, dan aku adalah seorang perancang perhiasan amatir. Tokoku cukup ramai kendati hanya berukuran kecil, dua kali tiga.
Sembari menunggu, pandanganku mengitari toko perhiasan itu. Mataku pun menangkap sosok tak asing di pintu masuk bersama seorang wanita.
"Aditya?" Sontak aku menutup wajah dengan tas usang milikku.
"Sayang, hari ini kau akan memberiku cincin berlian?" ucap wanita yang entah siapa namanya itu.
"Tentu saja. Apa kau tidak percaya padaku?" balas Aditya. Aku hanya berharap, semoga Tuhan mengutus seseorang untuk membantuku menghadapi situasi ini.
"Nona, ini cincin pesanan Anda."
Sialnya, Pelayan toko itu memanggilku. Sehingga mengharuskanku menunjukkan wajah di depan Aditya.
"Yumi?"
Dan aku hanya bisa memaksakan senyuman ketika Aditya menyapaku. Pria itu menatapku remeh. Pun kekasih barunya.
"Kau mengenal wanita ini?" tanya wanita itu dengan nada menghina.
"Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah gadis perancang perhiasan yang mengaku kaya raya. Nyatanya hanya memiliki toko berukuran dua kali tiga," tukas Aditya keterlaluan.
Dulu memang keluargaku memiliki segalanya, tapi karena alasan yang sampai kini tidak ku ketahui. Kami pun mengalami kebangkrutan, hingga hanya menyisakan sepetak rumah sederhana.
Ketika menjadi kekasih Aditya, aku memang tidak pernah memperkenalkan pria itu kepada Ibu dan Ayah. Kami menjalani hubungan sewaktu di bangku kuliah.
"Aditya, kau..."
Suaraku tercekat ketika mataku menangkap sosok lelaki tampan yang baru saja lewat. Tapi jarak kami semakin dekat.
"Apakah pria itu sedang menuju kemari?" pikirku di dalam hati sembari terus memperhatikan langkahnya.
"Aku memang hanya memiliki toko berukuran dua kali tiga. Lalu apa urusannya denganmu?" sarkasku.
Dulu Aditya tega memutuskanku secara sepihak hanya karena mengetahui kondisi kelurgaku yang bangkrut.
"Dasar wanita miskin!" hina kekasih Aditya.
"Sudahlah, Sayang. Tidak perlu berdebat dengannya. Dia bukan level kita." Tampaknya Aditya masih sakit hati padaku, karena dulu merasa dibohongi.
"Apa kau pikir aku tidak bisa mendapatkan pria kaya raya? Aku juga punya kekasih," ujarku tak mau kalah.
Mata ini sembari mengawasi pria yang jaraknya tak jauh dariku.
"Benarkah? Siapa pria bodoh yang bersedia menjadi kekasih wanita sepertimu?"
Tapi Aditya tak mau menyerah. Dia membalas menantangku untuk menunjukkan pacar padanya.
"Aku harus bagaimana ini? Siapa yang bisa diajak bekerjasama untuk mengusir pria brengsek ini?" gumamku, mulai sedikit panik.
Tidak punya waktu lagi, aku segera menghampiri pria yang telah kuamati sedari tadi.
"Sayang, kau sudah datang? Sejak tadi aku menunggumu, rupanya kau ada di sini."
Tidak lupa, aku merangkul lengan pria asing tadi. Seolah dialah kekasih baruku, pengganti Aditya.
Pria itu menatapku aneh. Mungkin dia sedang berpikir aku gila. Tiba-tiba saja menjelma menjadi kekasihnya.
Tapi sudahlah. Mau bagaimana lagi? Aku benar-benar membutuhkan bantuannya. Tidak ada orang lain yang bisa dimintai pertolongan. Pria ini satu-satunya mahluk yang paling masuk akal di mataku. Selebihnya adalah kakek tua berusia sekitar tujuh puluh tahun. Masa iya aku harus mengajak kakek itu bersandiwara? Yang ada aku akan ditampar olehnya.
Satu lagi, Aditya pasti akan mengejekku sebagai simpanan seorang sugar daddy. Menggelikan.
"Tolong bantu aku. Singkirkan pria itu dari sini," bisikku padanya.
Tapi, lelaki itu hanya terdiam menatap Aditya dan kekasihnya.
"Hei, tunggu apa lagi? Tolong bantu aku," bisikku sekali lagi, semakin mendesaknya.
Kemudian netra perak pria itu tertuju pada orang luar toko. Lalu kemudian dia pun berkata, "Tidak masalah, tapi kau harus menjadi tunanganku."
"Ha?"
Yang sukses membuatku terperangah.
Aku tidak percaya ini. Aku yang memohon pertolongan. Justru berujung dengan menolong orang lain. Apakah aku benar-benar akan berakhir menjadi tunangan lelaki asing ini?
"Yumi!" Suara Aditya membuat lamunanku berantakan.
"Baiklah, aku bersedia. Tapi sebelum itu kau harus menyingkirkan pria itu sekarang juga," jawabku akhirnya tak punya pilihan.
"Baiklah, dengan senang hati."
Akhirnya pria ini mau diajak bekerjasama. Kami pun menghampiri pasangan menyebalkan itu.
"Hai, Yoga Iskandar kekasih wanita ini."
Sialnya, Aku lupa memberitahu siapa namaku. Sementara lelaki itu sudah terlanjur memperkenalkan diri sembari menyodorkan tangan kepada Aditya.
"Yumi," bisikku pelan-pelan.
"Ha?"
Pria itu mendekatkan wajah padaku, hingga dapat ku cium aroma tubuhnya yang wangi.
"Aku bilang Yumi," ulangku sekali lagi.
"Hahaha, mengapa tidak bilang kalau kau ingin dicium olehku?"
Cup!
Oh my God. Mengapa pria ini justru mencium pipiku? Keterlaluan.
Bertemu mantan kekasih yang sangat menyebalkan. Ditambah lagi harus bersandiwara bersama pria asing yang ternyata mesum.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarmu."
Yoga balas membisikku. Dapat ku lihat tatapan penuh selidik dari Aditya. Dia mungkin menaruh curiga kepada kami.
"Hahaha... Sayang, kau membuatku malu."
Aku memutar paksa tubuh Yoga. Lalu kembali berbisik padanya. "Yumi, panggil aku Yumi."
"Oh hahaha."
Aku dan Yoga memaksakan tawa seperti orang gila. Beginilah bila menghadapi sesuatu tanpa direncanakan terlebih dahulu.
"Yumi sayang, kau sungguh lucu. Mengapa malu-malu memintaku untuk mengecup keningmu? Kau bisa mengatakannya secara terang-terangan, Sayang. Mmuach..." Astaga, sepertinya kali ini Yoga sengaja memanfaatkan kesempatan.
Tak terima dengan perlakuan mesumnya. Aku mencubit pantat Yoga sekuat tenaga, agar dia berhenti dan tak berani macam-macam lagi denganku.
"Sampai jumpa lagi... Daa..." Aditya dan kekasih barunya telah berhasil kami singkirkan dari toko perhiasan itu.
Setelah memastikan situasinya aman, buru-buru kami melepas pelukan.
Sialnya, aku salah tingkah. Padahal tak ada rasa apa-apa antara kami berdua selain rasa malu, karena dicium dua kali olehnya.
"Ehem!"
Yoga berdehem. Aku tahu dia juga canggung. Siatuasi ini memang terlihat sungguh aneh. Mendadak menjadi sepasang kekasih, tentu saja membuat kami tak tahu harus berbuat apa.
"Oh iya, mengapa tadi kau mencubit pantatku?"
Oh Tuhan, mengapa Yoga membahas soal pantat? Padahal aku sedang berusaha untuk melupakan peristiwa memalukan itu. Sungguh pria tak peka.
"Hei, bukankah kau juga menciumku dua kali?" protesku tak terima.
"Tapi kau tidak menolaknya." Mendadak aku merasa salah memilih orang.
"Baiklah, aku minta maaf telah mencubit pantatmu yang kecil itu," ucapku akhirnya.
"Kau... Apa barusan kau mengatai pantatku?"
"Mengapa? Tidak terima? Kalau begitu laporkan kepada pihak berwajib."
"Kau..."
"Baiklah, aku minta maaf soal tadi. Aku tidak sengaja menciummu. Aku hanya sedang mendalami peran. Lagi pula kau tidak memberitahu siapa namamu sebelumnya. Jadi spontan aku meciummu. Anggap saja improvisasi."
Aku memang salah tidak memberitahu Yoga siapa namaku sebelumnya. Alhasil kami pun jadi salah paham.
"Lagi pula, jika aku tidak menciummu. Pasti mantanmu tadi tak akan percaya kalau kita adalah pasangan kekasih."
"Ehem!"
Benar juga, tapi tidak harus dengan adegan ciuman. Bisa saja kan Yoga merangkul pinggaku lebih dekat. Mengapa harus menggunakan ciuman sebagai alasan? Itu terdengar seperti bualan.
"Sekarang giliranmu. Jadilah tunanganku."
"Ha?"
Jalan tengah dari permasalahan kami, aku pun memilih untuk damai. Menandatangani surat pernjanjian dari Yoga.Walau hati kecilku menolak, tetapi demi kebaikan semua orang. Aku rela sekali lagi berkorban.Usai menandatangi surat tersebut. Yoga tersenyum puas. Aku tidak sangka dia adalah pria yang licik. Meski terkadang tak sungkan menunjukkan perhatiannya terhadapku. Namun, hal itu tidak mengubah fakta, bahwa Yoga adalah manusia kejam."Yum, ada yang ingin ku sampaikan padamu. Apakah kita bisa bertemu?" Sore harinya. Aku mendapat panggilan dari Uti.Terdengar dari nadanya. Seperti ada sesuatu yang serius."Baiklah," sahutku."Kau mau kemana?" Baru saja aku berencana pergi, Yoga mencegatku di ruang tamu."Uti memanggilku. Katanya ada yang mau disampaikan padaku.""Jam berapa pulangnya?" tanya Yoga sekali lagi."Aku tidak tahu... Baiklah, aku pamit." Aku terburu-buru hendak menemui Uti. Hingga lupa di mana tempat pertemuan kami."Gunakan mobil untuk menemui Uti. Jangan pakai sepeda buntu
Hari ini aku dan Yoga akhirnya pindah rumah. Walau harus diawali dengan sejumlah drama.Semula orang tua Yoga tidak setuju pada keputusan kami. Terutama Mama. Namun, setelah berunding. Akhirnya Mama setuju juga.Entah apa yang telah Yoga katakan padanya. Saat itu aku sedang berada di luar kamar. Aku memberi mereka privasi."Jaga baik-baik menantu Mama, Ga. Jangan biarkan dia bersedih. Awas saja kalau sampai Mama tahu, Mama tidak akan melepasmu!" ucap Mama usai kami pamit padanya."Mama tenang saja. Aku tidak akan menggigitnya. Paling hanya mencakar sedikit," sahut Yoga, berkelakar."Cakarnya jangan dalam. Tipis-tipis saja," seloroh Papa penuh maksud.Percakapan ini terkesan random. Keluarga Yoga memang sungguh aneh. Mereka sangat akrab satu sama lain. Namun, cara menunjukkan kedekatan itu berbeda dari keluarga biasanya.Papa terkesan cerewet, tetapi sebagai kepala keluarga. Dia sangat perhatian serta bertanggung jawab.Sedangkan Mama, dia memang terlihat tegas. Akan tetapi, di balik k
Malama itu kami kumpul bersama keluarga besar Yoga. Ada Uti sudah pastinya. Tak ketinggalan Nindia, gadis yang sejak kecil mengejar Yoga serta menyebutnya sebagai suami masa depan.Aku mengenakan gaun merah pemberian Mama mertua. Kali ini rambutku sengaja ditata rapi agar terlihat lebih elegan. Pasalnya, konon keluarga Yoga datangnya dari kalangan atas semua.Namun, yang aku perhatikan mereka cukup sederhana dan tak mempersoalkan diriku yang berasal dari keluarga biasa.Mungkin dulu keluargaku seperti mereka. Namun, sekarang lain cerita setelah Ayah jatuh bangkrut."Kau sudah siap?" tanya Yoga begitu usai berdandan.Untuk penampilan Yoga, tidak perlu lagi dipertanyakan. Seperti biasa, dia hanya mengenakan setelan jas hitam."Iya," sahutku."Kita temui tamu sekarang. Pasti mereka sedang menunggu kita," ucapnya.Yoga mengulurkan tangan. Aku yang masih belum siap, terpaku untuk sesaat. Benarkah pria ini suamiku? Dia memperlakukanku dengan manis."Yumi," sapanya."Ah iya." Aku tersadar da
Hidup bersama mertua, sudah tentu tak bisa dihindari bagi sepasang suami istri yang baru menikah. Pun halnya denganku yang tiba-tiba sudah menjadi istri orang.Lantas bagaimana dengan saudara ipar yang dibenci oleh para istri sejuta umat?Tentu aku tidak menjadi salah satu dari mereka. Yoga berstatus anak tunggal."Mengapa harus di rumah orang tuamu? Aku mau di rumah Ibu," sarkasku menolak ajakan Yoga."Tidak masalah kalau kau ingin tinggal di sana. Tapi, kita harus tidur satu ranjang." Kali ini ide gila apa yang coba diusung Yoga. Sungguh memalukan.Tidur bersama? Oh tidak bisa. Tentu hal itu tak akan pernah terjadi. Pria ini tidak bisa dipercaya untuk urusan ranjang. Dia selalu mencuri ciuman dalam kesempitan. Tentu saja dengan alasan klasik. Tidak sengaja."Mengapa begitu? Kami memiliki tiga kamar tidur kok," tukasku tak terima."Lalu, apa kau ingin Ibumu tahu tentang kita yang sebenarnya? Baiklah, tidak masalah. Aku tidak merasa dirugikan untuk itu. Tapi bagaimana denganmu? Apa ya
Selayaknya bisnis simbiosis mutualis. Aku pun harus menyiapkan surat kontrak sebagai simbol dari hubungan ini. Lagi pula aku tidak ingin berlama-lama hidup dalam kepalsuan. Pernikahan ini, harus segera berakhir.Dalam surat tersebut, tak lupa aku cantumkan jangka waktu pernikahan kami. Hanya satu tahun lamanya.Jika biasanya dalam pernikahan kontrak pihak pria yang membuat surat-surat perjanjian, maka lain halnya dengan kami. Aku yang menyiapkan hal tersebut."Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan padamu." Usai makan, aku mengajak Yoga bicara."Katakanlah, aku mendengarkan," titahnya sembari membuka arloji."Tanda tangani surat perjanjian ini," ucapku seraya menyuguhkan surat kontrak yang seminggu lalu sengaja ku buat untuk berjaga-jaga."Surat kontrak?" Ku lihat kening Yoga berkerut nyaris menyatu. Mungkin dia terkejut aku memberinya sesuatu diluar nalar. Namun, inilah fakta yang harus ia terima. Surat kontrak ini sangat penting untukku.Dari surat inilah aku bisa melindungi selur
"Pelan-pelan tariknya... Sakit tahu!" Aku meringis kesakitan pada bagian bawah tubuh."Ini juga sudah pelan-pelan!" seru Yoga, menghardikku.Yoga terus berusaha menarik sesuatu yang menancap di bawah tubuhku secara perlahan.Suaraku menggema hingga memenuhi kamar pengantin kami. Mungkin saja orang di luar sana dapat mendengarnya cukup jelas."Aww... sakit! Tuh kan keluar darah. Huhuhu..." Tetapi, aku terus meringis kesakitan."Woi! Yoga... Hati-hati. Kasihan itu anak orang." Sesuai dugaan. Papa Yoga mendengar suaraku yang menggema hingga keluar ruangan. Entah apa yang sedang mereka pikirkan tentang kami."Iya, Pa. Ini juga sudah hati-hati," jawab Yoga dari dalam kamar, masih berusaha untuk menarik benda berukuran kecil itu."Yes, berhasil," katanya."Huaaa....""Cengeng banget sih jadi cewek?! Tenanglah, ini sakitnya tidak akan lama!" seru Yoga.Pria yang kini telah resmi menjadi suamiku itu terus mencercaku, karena tak bisa menahan perih yang menurutnya tak seberapa."Darah ini, kau
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments