"Tolong, jangan kamu seret putri kita untuk masuk kedalam dunia bawah mu, Pah! Apa kamu tega jika nanti hal buruk terjadi kepadanya? Bahkan aku juga hampir gilaa, saat melihatmu yang selalu pulang bersimbah darah dan luka di sekujur tubuhmu. Apa kamu ingin membuat putri kita sama sepertimu? Huh?" racau Arumi saat mendebatkan pengganti Fathan sebagai ketua Mafia Raxtra.
Mafia Raxtra adalah salah satu klan Mafia terkuat yang sangat di takuti oleh klan Mafia kecil di sekitarnya. Bahkan posisi ketua saat ini, banyak menjadi incaran oleh rival Fathan Wiratama yang notabennya adalah sepupu dari pihak keluarganya sendiri."Ckk!! Itu semua tidak akan pernah terjadi, Mah. Karena Papah yakin, dengan kecerdasan dan kecerdikan yang di miliki oleh Fiza, akan membawa Mafia Raxtra menuju kejayaannya." ujar Andreas dengan penuh keyakinanSedangkan Fiza yang menjadi tokoh utama perdebatan mereka, saat ini masih terdiam sambil mencerna setiap ucapan yang mereka lontarkan. Kemudian saat tersadar, Fiza pun terperangah dengan mata yang membola sempurna, lalu gadis itu langsung menutup mulutku dengan kedua tangannya.'Astaga! Jadi selama ini, Papah adalah ketua Mafia Raxtra yang terkenal dengan kekejaman dan kebengiasannya itu? Shit! Pantas saja selama ini dia mendidik ku untuk menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Bahkan menitikkan satu air mata saja, Papah akan mengatakan bahwa aku adalah gadis lemah. Ckk!! Aku tak menyangka jika selama ini sosok hangat dan penyayang, ternyata menyimpan sebuah rahasia terbesar yang sangat mengejutkanku.' gumam Fiza dalam hati. Saat ini posisi Fiza sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kaki."Tidak akan aku biarkan kamu menyeret Fiza kedalam dunia bawah mu itu, Fathan Wiratama!" desis Arumi sambil menatap tajam kearah Fathan.Ya, Fathan Wiratama adalah nama Papah Fiza. Dia salah satu pengusaha sukses di bidang Teknologi Informasi. Dia juga CEO di Wiratama Corp.Selain memiliki kepribadian yang dingin dan tak tersentuh, Fathan adalah sosok yang sangat sulit ditebak. Karena terkadang sikapnya pun berubah-ubah saat bersama dengan keluarga kecilnya."Setuju atau tidak. Aku tetap akan menjadikan Fiza sebagai Queen di Mafia Raxtra. Hingga saat itu tiba, Hafizh akan menggantikan posisinya. Tetapi sebelum Hafizh menduduki posisi itu, dia juga harus menjadi laki-laki yang kuat dan tangguh seperti Kakak perempuannya." tegas Fathan yang terus memaksakan kehendak tanpa ingin dibantah, meskipun itu istrinya sendiri.Semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu, Fathan memang banyak berubah. Setelah insiden yang mengenaskan terjadi kepada adik laki-lakinya, yaitu Farhan Wiratama. Lebih tepatnya dia adalah satu-satunya saudara kembar Fathan yang tewas terbunuh oleh rival terbesarnya, Mafia Tuxido.Awalnya mereka merayakan kemenangan saat mendengar kematian Farhan, yang mereka kira adalah Fathan. Akan tetapi perayaan itu tidak berjalan sempurna, saat Fathan mengetahui jika pembunuh adiknya adalah Giorgio Rider, ketua Mafia Tuxido.Meskipun Arumi pernah menceritakan tentang kematian Farhan, tetapi wanita itu tidak pernah memberitahukan bahwa Fathan adalah salah satu ketua di dunia bawah atau lebih tepatnya ketua Mafia Raxtra.Setelah mengatakan hal itu, kini Fathan berjalan menghampiri Fiza. Kemudian berdiri tepat di depan gadis cantik itu sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana."Ayo! Ikut, Papah!" titah Fathan kemudian berjalan menuju ke ruang kerjanya.Sambil memutar bola mata malas, kini Fiza mengikuti perintah Papahnya tanpa menjawabnya. Karena Fiza sudah merasa muak jika harus berdebat dengan Papahnya yang sama-sama memiliki watak keras sepertinya.Setelah sedikit terlihat perdebatan dengan putrinya. Akhirnya Fathan memilih untuk mengalah dan meninggalkan putrinya sendiri di dalam kamarnya."Kenapa hidupku harus serumit ini, Tuhan? Kenapa tidak kamu ambil saja nyawaku daripada terus Kau berikan tekanan dan ujian seperti ini?" racau Fiza."Bahkan aku tidak pernah bermimpi untuk dilahirkan dalam keluarga yang memiliki rahasia besar dalam hidup mereka. Seandainya saja aku bisa memilih, aku ingin menjadi wanita biasa dan hidup normal seperti mereka. Tidak seperti saat ini, hidup penuh tekanan seperti di neraka," imbuh Fiza.Sejujurnya Fiza merasa iri dengan teman-temannya yang bisa hidup bebas dalam mengambil keputusan untuk masa depannya.Namun, apa yang Fiza inginkan tidak pernah terwujud, karena sang Ayah selalu saja membatasi pergaulan dan pertemanannya.Apalagi semenjak Om nya meninggal dengan cara yang sangat tragis. Fathan semakin gencar untuk mewanti-wanti dan memberikan penjagaan ketat kepada wanita muda itu.Sehingga mau t
Keesokan harinya, Fiza mencoba menghubungi Lucas untuk membuat janji kembali. Beberapa kali Fiza menghubungi pria itu, akhirnya pria arogan itu menjawab panggilannya. "Halo, Cas? Maaf, kemarin aku--" "Apa? Mau buat alasan apa lagi? Hampir seharian aku menunggumu di tempat yang kamu sebutkan kemarin lusa, tetapi apa? Kamu justru tidak menampakkan batang hidungmu sama sekali. Apa kamu sedang bermain-main denganku, Nona?" ketus Lucas dari sebrang panggilan. "Bukan begitu, Cas. Percayalah! Kemarin aku sedang tidak baik-baik saja. Kalau kamu tidak percaya, siang ini jam sepuluh aku menunggumu di tempat kemarin. Agar kamu tau jika aku benar-benar tidak mempermainkan mu." Saat ini Fiza sedang mencoba untuk meyakinkan Lucas, jika keadaannya kemarin memang sedang sangat kacau sehingga dia melupakan begitu saja janjinya.Tut... Tut... Tut...Belum pria itu menjawab ucapan Fiza, tiba-tiba panggilan suara pun terputus begitu saja.Saat ini Fiza hanya bisa pasrah. Peluangnya untuk mendekati ri
Tak terasa kini hari mulai gelap. Lampu penerangan di dalam kamar gadis itu belum menyala. Dan itu membuatnya tersadar jika seharian ini aku benar-benar mengurung dirinya sendiri, tanpa ada orang lain yang mempedulikan dirinya."Apakah aku tidur di lantai seharian sambil meringkuk seperti ini?" gumam Fiza sambil menyandarkan tubuhnya di dinding kamar. Lalu Fiza memandangi jendela yang masih terbuka, kini angin pun berhembus kencang dan menerobos masuk ke dalam. Perlahan gadis itu berdiri dan melangkah menuju ke balkon dan menelusuri gelapnya malam, tanpa secercah cahaya di dalam kamarnya. Saat tiba di balkon Fiza mendongakkan kepalanya dan menatap ke atas awan yang di penuhi dengan taburan bintang-bintang, sambil tersenyum getir. "Seandainya saja aku bisa sebebas bintang yang bertaburan di sana, bersinar menembus gelapnya malam. Menjadi penerang setiap makhluk hidup di bumi ini. Ah, benar-benar khayalan tingkat tinggi." gumam Fiza sambil tersenyum kecut. Saat Fiza ingin merenggangk
"Ayo, Pah! Lakukan lagi! Jika Papah mau, silahkan bunuh aku daripada harus mendapatkan perlakuan tidak adil seperti ini. Aku akui memang selama ini aku tidak pernah kekurangan materi dan kemewahan dari kalian. Tetapi apa kalian tau? Jika selama ini aku sangat haus kasih sayang dari kalian. Bahkan sekedar untuk menoleh ke arahku pun seakan kalian merasa jijik kepadaku. Apa benar jika aku sebenarnya bukan bagian dari kalian? Huh?" celetuk Fiza dengan gemuruh di dalam dada yang sedang berapi-api. "Fiza, hentikan!" Kemudian gadis itu pun mengalihkan pandanganya ke arah suara itu berasal. Ternyata sejak tadi Arumi sedang memperhatikan perdebatan mereka.Perlahan wanita itu melangkah ke arah dua orang terkasihnya dengan tatapan sendu. Napas Fiza saat ini terengah-engah dan tidak beraturan. Saat langkah kaki Arumi berhenti tepat di samping Fathan, saat itu juga wanita itu mencoba untuk meraih tangan putrinya. Tetapi dengan cepat gadis itu segera berjalan mundur dan menepisnya. "Jangan sen
Fathan yang sangat memahami bagaimana situasi saat ini hanya mengedipkan matanya, sebagai isyarat agar putrinya mengalah dan tidak membantah ucapan Mamahnya.Tiba-tiba nafsu makan Fiza menghilang, kemudian dia meletakkan alat makannya di atas piring, lalu menyandarkan punggungnya di kursi. "Kenapa tidak kamu habiskan makanan mu, Fiza? Bukankah tadi kamu bilang sangat menyukainya?" tanya Arumi sambil menatap lekat wajah putrinya yang tiba-tiba saja terdiam.Sesaat suasana terasa hening, karena gadis itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sejujurnya pagi ini Fiza hanya ingin tenang, dan menjalankan rencananya dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, pagi ini mood gadis cantik itu sudah memburuk, karena perdebatkan kecil yang baru saja terjadi. "Aku sudah kenyang, Mah. Dan Fiza ingin kembali ke kamar, karena harus bersiap-siap untuk pergi." ucap Fiza sambil mendorong kursi ke belakang. Kemudian Fiza pun berlalu meninggalkan mereka yang masih menikmati hidangan sarapan paginya."Ceklek!
Tak terasa kini sang mentari pun kembali bersinar menembus dari balik tirai jendela, setelah semalaman dia menyembunyikan dirinya. "Hoam! Mengapa hari berganti cepat sekali sih!" gerutu Fiza sambil merenggangkan otot-ototnya yang terasa sangat kaku. Perlahan kakinya turun ke lantai yang dingin, karena saat ini AC di dalam kamar gadis cantik itu masih menyala untuk mendinginkan seisi ruangan. "Seandainya saja Papah tidak memberikan tugas kepadaku, pasti saat ini aku masih menikmati mimpi indahku. Dan semalaman menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman ku." keluh Fiza, kini langkah kakinya mulai berjalan menuju ke dalam kamar mandi. Karena pagi ini, Fiza harus bertemu kembali dengan Lucas seperti janjinya kemarin kepada laki-laki itu.*** "Jadi kamu akan tetap melakukan penyamaran itu, Fiza?" tanya Arumi sambil menatap tajam ke arah putrinya.Belum Fiza menjawab pertanyaan dari Mamahnya. Kini Fathan menjawabnya terlebih dahulu dengan suara yang cukup tinggi. "Tentu saja dia aka