Share

Bab 3

Author: Rania
Dalam perjalanan ketika aku dibawa paksa menuju kasino, Darel menghela napas pelan. "Aku tahu ... kamu juga terlahir kembali."

Aku tertawa sinis. "Lahir kembali atau nggak, apa bedanya? Apakah itu membuatmu lebih memihakku?"

"Maafkan aku," katanya lirih.

Aku menggeleng, tidak tahu harus berkata apa. "Darel, sudah dua kehidupan ... dan kamu masih hanya bisa mengucapkan tiga kata itu?"

Tanpa peringatan, dia menunduk dan menciumku dengan keras.

"Ravina," katanya sambil menyandarkan dahinya pada dahiku, suaranya penuh tekad, "Ini terakhir kalinya kamu harus menanggung kesakitan karenaku."

"Ke kasino hanya untuk mengeluarkan sedikit uang menebus kakakmu. Kamu nggak akan kenapa-napa. Setelah itu, aku akan menikahimu. Aku akan menebusmu dengan sisa hidupku."

Sudut bibirku bergerak, suaraku terdengar serak, "Darel, aku cuma mau bertanya satu hal terakhir. Kamu benar-benar nggak bisa melihat bahwa dia sengaja melakukan semua ini untuk menarik perhatian?"

Darel terdiam lama, lalu mengalihkan pandangan. "Aku nggak tahu."

Tidak tahu, atau tahu tapi pura-pura tidak tahu?

Konyol sekali. Mereka semua tahu trik Nadina. Namun sekali lagi, aku yang didorong masuk ke bahaya.

....

Ruang VIP di kasino itu gelap, tirai tebal menutup rapat dari hiruk pikuk di luar.

Di atas meja judi di tengah ruangan, bertumpuk lembaran utang dan salinan kontrak. Nadina terikat di sofa dekat jendela, riasannya berantakan karena air mata, sorot matanya penuh kepanikan dan permohonan.

Benedict langsung menerjang ke arahnya. "Nadina! Kamu nggak apa-apa?" Suaranya bergetar.

"Berhenti. Siapa yang bilang kalian boleh ngobrol?" Manajer kasino menjentikkan jarinya. Beberapa penjaga bertubuh besar segera mengadang Benedict.

"Kami tidak mau dengar omong kosong. Bayar utangnya atau rahim perempuan ini yang jadi gantinya."

Tangan Darel menggenggam erat sampai buku-bukunya memutih. Dengan suara ditekan, dia bertanya, "Berapa utang Nadina?"

"Dua triliun. Nama keluargamu sudah tercantum di atas kertas. Satu sen pun nggak boleh kurang," jawab manajer kasino sambil menunjuk tumpukan surat utang.

"Sebanyak itu?!" Benedict berseru kaget.

Mereka jelas tidak mungkin bisa menyiapkan dana sebanyak itu dalam waktu singkat.

Raut wajah Benedict berubah total. Dia menatap lembaran utang di meja, lalu menatapku. Kegilaan merayap pelan di mata itu.

"Ravina juga putri Keluarga Lewis. Bisa nggak kita tukar dia dengan Nadina?"

Aku tertegun. Semua orang serentak memandang ke arahku.

"Kamu bicara apa?" Suara Darel terdengar berbahaya.

Benedict mendengus, nadanya seolah mengatakan sesuatu yang paling masuk akal di dunia. "Kalau bukan karena Ravina mempermalukan Nadina, Nadina nggak akan datang ke sini karena marah. Nadina nggak salah. Jadi, tinggalkan Ravina."

Begitu suaranya berhenti, manajer kasino langsung tertawa.

"Heh, menarik. Kalau dia masih dari Keluarga Lewis, nggak masalah. Lagi pula, perempuan ini kelihatannya lebih sehat. Rahimnya pasti laku lebih tinggi."

Alis Darel mengerut tegang, suaranya meninggi penuh kemarahan. "Nggak mungkin!"

Namun, tiba-tiba Nadina meraung histeris dan menangis keras sampai tubuhnya gemetar, "Darel, aku nggak mau mati. Tolong ... tolong selamatkan aku ...."

Tatapan Darel goyah. Tinju yang digenggamnya semakin keras, urat di lengannya menonjol. Akhirnya, dia memandangku dan berkata dengan nada seolah sedang membujuk gadis kecil ketakutan.

"Ravina, aku tahu kamu nggak akan tega melihat kakakmu terluka. Kamu tunggu di sini dulu, aku akan cepat mencari uang untuk menyelamatkanmu, ya?"

Seluruh darah dalam tubuhku seperti berhenti mengalir. Aku tersenyum ... sebuah senyum yang lebih buruk daripada tangisan. "Darel, aku nggak salah dengar, 'kan? Kamu ingin menukarkanku dengan dia?"

Di mata Darel ada rasa bersalah, kegelisahan, dan konflik yang mendalam.

"Ravina," katanya lirih, "aku pasti kembali menjemputmu. Aku bersumpah."

Benedict mengerutkan kening. "Cuma menunggu sampai kami mengumpulkan uang, apa susahnya? Nadina bisa menunggu selama ini. Kenapa kamu nggak bisa?"

Oh ya? Benarkah?

Tapi, Nadina bisa diselamatkan. Lalu, apa yang akan menyelamatkanku?

Sebelum para penjaga menekanku ke lantai, aku menggunakan sisa tenaga terakhirku untuk meraih pergelangan tangan Darel.

"Darel, apakah kamu benar-benar ingin melihatku kehilangan rahimku untuk kedua kalinya dalam hidup ini?"

Darel sempat mengangkat tangannya, seolah ingin meraihku. Namun, Nadina langsung berlari dan menubruknya, memutus gerakan itu sambil menepis tanganku.

"Aku takut sekali, Darel! Ayo kita pulang! Aku nggak mau tinggal di sini sedetik pun!"

Pergolakan dalam mata Darel langsung menghilang. Dia menggenggam tangan Nadina. "Aku tahu ini nggak adil untukmu, tapi Nadina nggak bisa kehilangan rahimnya. Dia selalu ingin punya anaknya sendiri."

Aku tertawa getir. "Jadi kamu ingin aku yang kehilangan rahim sebagai gantinya."

"Kamu nggak akan apa-apa," katanya cepat, seperti takut dirinya berubah pikiran. "Aku akan segera mengumpulkan uang. Begitu aku menebusmu, kita langsung menikah!"

Pintu besar tertutup keras di belakang mereka.

Ruang VIP kasino kembali sunyi.

Tumpukan surat utang di meja segera disapu bersih, diganti dengan dua gelas sampanye.

Aku melambaikan tangan. Para petarung yang menyamar sebagai penjaga kasino sebenarnya adalah prajurit keluarga yang setia padaku. Mereka pun segera mundur dengan hormat.

Kerapuhan yang kutunjukkan tadi lenyap sepenuhnya dari wajahku. Yang tersisa hanyalah ketegasan. "Lanjutkan rencananya. Mulai sekarang."

Sang prajurit mengangguk, menerima cincin bersegel keluarga dariku, lalu menghancurkan chip pemantau tanda vital yang tertanam di dalamnya.

Sinyal "Ravina telah mati" akan segera menyebar ke seluruh keluarga.

Manajer kasino mengangkat gelasnya ke arahku, senyumnya penuh makna. "Ratu ... kerja sama yang menyenangkan."

Mulai saat ini, Ravina telah mati.

Yang bangkit kembali adalah seorang pembalas dendam yang akan membuat mereka hancur.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terlahir Kembali: Menagih Utang Penyesalan   Bab 8

    Sejak hari itu, aku tidak pernah melihat Darel lagi.Setelah Keluarga Lewis diakuisisi sepenuhnya, aku langsung naik menjadi penguasa termuda di dunia mafia. Sejak itu, namaku bukan lagi "Nona Lewis", melainkan penguasa sejati keluarga ini.Zander juga secara resmi melamarku dalam rapat keluarga.Tiga bulan kemudian, di gereja keluarga di Pulau Sisilia.Zander menggenggam tanganku, kehangatan telapaknya terasa menembus lapisan kain putih. Pandangannya penuh cinta dan kelembutan."Ravina, meskipun kamu selalu menunjukkan diri sebagai sosok kuat, aku ingin bilang ... semua kelemahan yang kamu sembunyikan, itu bukan kelemahanmu. Itu adalah harta yang ingin kulindungi seumur hidupku.""Abu Nadina sudah kularungkan di laut lepas. Semua orang yang pernah menjebakmu ... sekarang sedang menyesal di neraka."Suaranya tiba-tiba mendingin, tetapi berubah lembut lagi saat dia melanjutkan, "Mulai hari ini, aku akan selalu ada di sisimu. Menjadi benteng terkuatmu."Zander lalu berlutut satu kaki, me

  • Terlahir Kembali: Menagih Utang Penyesalan   Bab 7

    Ketika kehancuran Keluarga Lewis muncul di halaman utama berita finansial, hari itu bertepatan dengan ulang tahunku. Zander menyiapkan 999 bunga mawar untuk menyatakan cintanya sekali lagi. Dalam suasana manis itu, aku akhirnya menyetujuinya.Namun, suara dering ponsel tiba-tiba memecah momen tersebut. Ternyata telepon dari pengacara yang mewakili sisa-sisa kekuatan Keluarga Lewis.Aku mengangkatnya dengan santai, mengira ini pasti urusan Darel yang ingin memperebutkan tiga pelabuhan Amrik Selatan milik keluarga kami yang tersisa. Bagaimanapun juga, tiga jalur penyelundupan itu cukup membuat keluarga mafia mana pun tergiur."Bu Ravina, bukan tentang perebutan." Suara pengacara itu terdengar berhati-hati, "Pak Darel meminta saya menyampaikan bahwa dia bersedia melepaskan seluruh hak waris Keluarga Lewis. Termasuk hak penggunaan permanen tiga pelabuhan itu, semuanya akan dialihkan kepada Anda tanpa syarat."Ujung jariku terhenti. "Syaratnya?""Dia hanya menginginkan satu kesempatan untuk

  • Terlahir Kembali: Menagih Utang Penyesalan   Bab 6

    Di ruang kontrol kasino, aku melihat dengan jelas setiap detik yang baru saja terjadi melalui layar monitor. Melihat kegilaan dan keputusasaan yang muncul di mata Darel, aku tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan tawa sinis.Saat dia melihat "mayat Ravina", dia pasti akan jauh lebih gila daripada sekarang.Namun, apa gunanya cinta yang datang terlambat?"Sudah cukup lihatnya?" Zander menatapku, lalu berkata dengan suara dalam, "Kamu nggak seharusnya melirik sampah seperti dia."Di mata Zander, aku adalah satu-satunya yang terlihat."Aku hanya menikmati melihat para lelucon itu mengerahkan sisa tenaganya," jawabku pelan. "Nggak lama lagi, rantai pendanaan Keluarga Lewis akan putus sepenuhnya. Semua berkat kamu berhasil menahan akun rahasia mereka di bank luar negeri."Zander tersenyum tipis. "Kamu bilang akan memberiku kesempatan untuk mengejarmu. Ini adalah ketulusanku."Ujung telingaku memanas. Aku refleks mundur setengah langkah, tetapi dia dengan mudah menarikku ke dalam pelukan

  • Terlahir Kembali: Menagih Utang Penyesalan   Bab 5

    Darel tiba-tiba melempar ponsel itu tepat di depan Nadina. Layar ponselnya pecah menjadi serpihan kecil, tetapi catatan transfer uang terlihat sangat jelas di mata Nadina. Itu adalah uang tutup mulut yang dia kirimkan kepada para penjudi itu satu per satu.Wajah Nadina seketika memucat, tubuhnya kaku karena ketakutan."Kamu benar-benar nggak menganggap nyawa adikmu sebagai nyawa, ya?" Amarah Darel hampir membakar habis akalnya. Tatapan yang dia arahkan pada Nadina penuh kebuasan.Air mata Nadina tiba-tiba mengalir menghantam punggung tangan Darel."Bukan seperti yang kamu pikirkan ...."Benedict mengernyit dan segera melindungi Nadina dalam pelukannya. "Darel, kenapa kamu membentak Nadina? Dia nggak bersalah!"Darel tertawa sinis. Tangannya yang berlumuran darah mengepal kuat. "Nggak bersalah? Nadina, kalau di kartumu ada 30 triliun, kenapa kamu nggak bayar utang judi itu? Semua ini adalah sandiwara yang kamu rencanakan sendiri, 'kan?"Mata Nadina gemetar dan menghindari tatapannya den

  • Terlahir Kembali: Menagih Utang Penyesalan   Bab 4

    Begitu mobil yang meninggalkan kasino keluar dari garasi bawah tanah, Darel langsung mengeluarkan ponsel dan menelepon pihak bank.Namun, Benedict tiba-tiba menahan pergelangan tangannya. "Tunggu!"Darel mengerutkan kening dan berusaha menarik tangannya, suaranya penuh ketidaksabaran. "Lepaskan! Ravina masih di dalam, terlambat satu detik saja dia bisa celaka!"Benedict mendengus dingin."Kenapa panik? Ravina itu selalu merundung Nadina. Menurutku, justru bagus mengambil kesempatan ini untuk memberi dia sedikit pelajaran, supaya dia tahu posisi dirinya.""Kasino itu cuma mau uang, bukan mau nyawanya. Biarkan saja dia tinggal di sana beberapa hari, biar hatinya luluh. Nanti kita jemput dia, baru dia akan lebih menurut."Darel tercengang.Memang, seperti kata Benedict. Sejak aku terlahir kembali, sikapku terhadap Nadina, mulai dari pemilihan pasangan perjodohan sampai ketidakpedulian di depan makam ibuku, semua itu seperti duri yang menusuk hati Darel satu per satu.Mungkin, "pelajaran"

  • Terlahir Kembali: Menagih Utang Penyesalan   Bab 3

    Dalam perjalanan ketika aku dibawa paksa menuju kasino, Darel menghela napas pelan. "Aku tahu ... kamu juga terlahir kembali."Aku tertawa sinis. "Lahir kembali atau nggak, apa bedanya? Apakah itu membuatmu lebih memihakku?""Maafkan aku," katanya lirih.Aku menggeleng, tidak tahu harus berkata apa. "Darel, sudah dua kehidupan ... dan kamu masih hanya bisa mengucapkan tiga kata itu?"Tanpa peringatan, dia menunduk dan menciumku dengan keras."Ravina," katanya sambil menyandarkan dahinya pada dahiku, suaranya penuh tekad, "Ini terakhir kalinya kamu harus menanggung kesakitan karenaku.""Ke kasino hanya untuk mengeluarkan sedikit uang menebus kakakmu. Kamu nggak akan kenapa-napa. Setelah itu, aku akan menikahimu. Aku akan menebusmu dengan sisa hidupku."Sudut bibirku bergerak, suaraku terdengar serak, "Darel, aku cuma mau bertanya satu hal terakhir. Kamu benar-benar nggak bisa melihat bahwa dia sengaja melakukan semua ini untuk menarik perhatian?"Darel terdiam lama, lalu mengalihkan pan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status