Share

3. Menikah

Penulis: Maisa Queen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-02 06:09:47

Happy Reading 🎈

••••••

‎"Di sini... berat, Papa. Kayvan capek..." Kayvan mendekap leher Arsen dengan isakan kecil.

Arsen menatap Bi Lastri, yang terlihat lelah tapi penuh perhatian.‎

"Bi Lastri, terima kasih banyak. Biar malam ini saya yang jaga Kayla dan Kayvan. Bibi istirahat saja.‎

‎Bi Lastri adalah asisten rumah tangga yang bertanggung jawab untuk dapur dan kebersihan, tetapi ia harus merangkap menjadi pengasuh sejak Arsen memecat dua baby sitter sebelumnya karena mereka sering memukul Kayvan dan Kayla saat menangis.‎

"Tidak apa-apa, Pak Arsen. Biar saya saja yang jaga. Bapak pasti lelah setelah bekerja. Bapak istirahat saja." Bi Lastri tersenyum lembut.‎

‎"Tidak, Bi. Saya yang harus di sini. Saya ingin memeluk anak-anak saya malam ini. Bibi istirahat ya. Besok masih harus beres-beres. Terima kasih banyak, Bi." Ucap Arsen tegas, namu terdengar lembut.

‎Tak ingin membantah majikannya, wanita paruh baya itu mengangguk, memberikan senyum penuh dukungan, dan segera keluar dari kamar.

‎Kayvan masih terisak kecil di pelukan Arsen, merengek dan memanggil namanya, seolah memastikan Arsen tidak akan pergi.

‎"Papa di sini, Sayang. Papa tidak ke mana-mana. Anak Papa yang pintar, jangan nangis lagi ya." Arsen mencium puncak kepala Kayvan.

‎Tiba-tiba, Kayvan mengangkat kepalanya dan menatap mata Arsen.

‎"Mama... ke mana, Pa? Mama belum pulang?" Kayvan bertanya dengan suara polos.

‎Pertanyaan itu menampar Arsen lebih keras dari pertengkarannya dengan Vina. Hatinya tersentak, teriris melihat anak sekecil Kayvan harus menanyakan sosok ibu yang nyatanya ada di rumah, tapi lebih memilih dunia luar.

‎Arsen menghela napas, mencari kata-kata yang tepat.

‎"Mama... Mama sudah tidur, Nak. Mama lelah. Tapi dengarkan Papa, Sayang. Jangan terlalu mengharapkan Mama, ya. Dia... dia bukan wanita yang baik-baik. Dia tidak pantas untuk kalian." Arsen tidak berusaha menutupi keburukan istrinya.

‎Kayvan mencerna ucapan papanya. Ia menyandarkan kepalanya lagi ke dada Arsen, lalu berbisik perlahan.

‎"Kalau begitu... cari ibu baru saja, Papa. Kayvan ingin dipeluk oleh seorang mama. Dari dulu Mama tidak pernah mau memeluk Kayvan. Mama bahkan sering marah-marah kalau Kayvan menangis..."

‎Permintaan polos dari bibir kecil itu menghancurkan hati Arsen. Ia menyadari bahwa ia telah membiarkan anak-anaknya menderita terlalu lama. Ia harus memperbaiki ini, tidak demi Vina, tapi demi masa depan mereka.

‎Arsen mencium kening Kayvan lama, janji itu terpatri.

‎"Ya, Sayang. Tentu. Papa akan cari ibu baru. Besok, Papa akan mulai mencari ibu baru yang baik, yang mau memeluk kalian, yang mau mencintai kalian sepenuh hati dan membacakan dongeng. Maka dari itu, Kayvan jangan sakit lagi, ya. Harus cepat sembuh biar bisa ketemu Mama baru."

‎Keajaiban terjadi. Mata Kayvan berbinar. Ia segera menghapus air matanya dengan punggung tangan kecilnya dan tersenyum lebar. Senyum itu tulus, seperti mentari pagi.

‎"Benar, Papa? Janji? Kalau begitu... sekarang Kayvan sudah sembuh! Sudah tidak berat lagi!" Kayvan berusaha meyakinkan papa nya.

‎Arsen tertawa kecil, tawa pertama yang tulus setelah berjam-jam tenggelam dalam amarah. Tawa yang didasari oleh harapan baru.

‎"Anak pintar. Tidur sekarang, ya. Papa akan peluk kalian sampai pagi."

‎Arsen membaringkan Kayvan di ranjang, lalu ia bergeser ke ranjang Kayla. Ia berbaring di tengah, memeluk kedua anaknya yang sudah tidur dengan kasih sayang yang mendalam.

‎Malam itu, Arsen tidak hanya memeluk anak-anaknya, tapi ia memeluk kembali tujuan hidupnya-untuk memastikan dua malaikat kecil ini mendapatkan kebahagiaan, bahkan jika ia harus menghancurkan pernikahannya sendiri.

‎•••••

‎"Vano, Sekarang hubungi Pak Bagas, karyawan divisi Procurement." Perintah Arsen.

‎Vano terkejut, mengangkat pandangannya dari tablet. "Pak Bagas? Ada apa, Tuan?"

‎"Katakan padanya, dia harus segera mempersiapkan diri. Aku dan kau akan tiba di rumahnya dalam waktu setengah jam. Persiapkan segala keperluan untuk akad."

‎Vano terdiam sesaat, memproses informasi yang baru ia dengar.

‎"Tuan... maaf, apa maksud Tuan? Persiapan akad? Tuan baru saja menyelesaikan perceraian." Tanya Vano penasaran.

‎Arsen menatap Vano dengan tatapan tegas yang tidak menerima bantahan.

‎"Aku tahu. Aku akan menikahi putri Pak Bagas, Virly. Anak-anakku tidak boleh kehilangan sosok ibu lagi setelah Vina pergi. Aku butuh istri hari ini juga. Tidak ada waktu untuk berkabung."

‎Vano, yang biasanya tenang, terlihat sedikit terguncang dengan kecepatan keputusan dan moralitas di baliknya, tetapi ia tahu batasannya. Ia adalah bawahan yang setia.

‎"Baik, Tuan. Akan saya hubungi Pak Bagas sekarang."

‎Vano segera menelpon Pak Bagas, suaranya terdengar cemas saat menyampaikan perintah mendadak itu.

‎"Pak Bagas? Ini saya, Vano. Tuan Arsen akan tiba di rumah Anda dalam 30 menit. Beliau ingin segala persiapan untuk akad nikah segera dilakukan."

‎"Ya, hari ini. Tuan Arsen sangat serius." Vano mendengarkan jawaban Pak Bagas yang pasti terkejut.

‎Setelah panggilan selesai, Arsen memberikan perintah berikutnya kepada sopirnya.

‎"Kita ke butik sekarang. Butik La Belle Vie. Pakaian yang sudah kupesan harus kita ambil."

‎Gio menoleh ke belakang, memegang seat belt. "Pakaian untuk akad, Tuan? Tapi... kita belum membicarakannya dengan calon mempelai wanita."

‎Arsen menutup mata sejenak, wajahnya menunjukkan kelelahan yang nyata.

‎"Tidak perlu. Ukuran dan desain sudah kuserahkan pada pemilik butik. Dia hanya perlu menandatanganinya. Aku tidak punya waktu untuk drama pemilihan gaun. Kita harus kembali ke rumah Pak Bagas sebelum jam makan siang."

‎"Baik, Tuan."

‎Tanpa membuang waktu, mobil mewah itu melaju kencang meninggalkan area pengadilan. Di kursi belakang, Arsenio duduk tegak.

‎Ia baru saja bebas dari satu transaksi yang menjijikkan, dan kini ia bergegas menuju transaksi lain yang ia yakini akan menyelamatkan anak-anaknya.

‎Pernikahan ini bukan tentang cinta, tetapi tentang pemenuhan peran dan pelunasan hutang—pernikahan yang dibangun di atas keputusasaan.

‎••••••

Di ruang tamu sederhana itu, ketegangan terasa begitu padat. Telepon dari Vano telah mengonfirmasi waktu kedatangan Arsen, setengah jam lagi.

‎Pak Bagas mondar-mandir, wajahnya pucat. Bu Anisa memegang tangan Virly erat-erat.

‎Virly menarik tangannya, air mata mengalir deras. "Aku tidak bisa, Pa! Aku tidak bisa dengan semua ini! Ini gila! Menikahi orang yang baru kukenal, yang mengancam kita!"

‎"Nak, tolong, terima tawaran ini. Hidup kita akan terjamin. Hidupmu juga. Kalau Papa dipenjara, bagaimana nasibmu, Nak? Siapa yang akan membiayai kuliah mu? Tuan Arsen kaya, setidaknya anak-anaknya butuh ibu yang baik, dan kau adalah orang baik, Sayang..." Pak Bagas berlutut di depan putrinya, memohon.

‎Om dan Tante Virly yang ikut berkumpul juga ikut membujuk.

‎"Virly, setuju saja. Anggap ini pengorbanan, Nak. Minimal kau bertahan satu tahun. Jika dalam satu tahun kau tidak betah, kau boleh mengajukan cerai secara damai. Kami akan mendukungmu."

‎Pak Bagas mengangguk cepat. "Benar, Nak. Papa janji, Papa akan dukung kalau kau tidak bahagia."

‎Kepala Virly terasa seperti meledak. Ia melihat keputusasaan ayahnya dan air mata ibunya. Ia melihat jalan buntu. Dengan air mata yang semakin deras, Virly akhirnya mengangguk pasrah. Pengorbanan itu terasa menusuk jantungnya.

‎Tak lama kemudian, suara deru mesin mobil mewah berhenti mendadak di depan rumah. Bukan hanya satu mobil, tapi beberapa, termasuk satu mobil van hitam.

‎Pak Bagas segera keluar menyambut. Arsen turun dengan aura mengintimidasi. Ia sudah mengenakan jas mahal yang membuatnya terlihat sangat berwibawa, dingin, dan tegas.

‎Arsen langsung masuk, diikuti oleh Vano, seorang pria berpakaian rapi dan dua pasangan paruh baya—Orang tua Arsen, yang berperan sebagai saksi.

‎Arsen langsung ke intinya, tanpa basa-basi.

‎"Pak Bagas, ini ayah dan ibuku sebagai saksi. Dan ini penghulu. Kita tidak punya banyak waktu."

‎Vano segera menyerahkan paperbag yang dibawanya kepada Arsen. Arsen mendekati Bu Anisa.

‎Arsen memberikan paperbag itu kepada Bu Anisa. "Bu Anisa, tolong suruh putri Anda memakai gaun ini sekarang. Akad akan dilaksanakan secepatnya."

‎Bu Anisa segera menggenggam tangan Virly, yang masih berdiri membeku karena shock.

‎"Ayo, Nak. Demi Papa. Kita ke kamar." Bu Anisa berbisik lembut.

‎Di dalam kamar, tangis Virly kembali pecah. Ia memeluk ibunya erat-erat, seolah itu adalah pelukan terakhirnya sebagai gadis bebas.

‎"Ma... aku takut! Aku tidak mau! Aku tidak mau jadi 'ibu' untuk anak-anaknya!" Virly terisak keras.

‎"Sstt... Nak, dengarkan Mama. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu masih bisa bertemu kami setiap hari. Ingat tujuanmu. Kamu menyelamatkan Papa. Pakai bajunya sekarang, Nak. Mereka sudah menunggu."

‎Dengan hati yang hancur dan air mata membasahi gaun sederhana yang ia kenakan, Virly memakai gaun pernikahan yang dibelikan oleh Arsen—gaun yang terasa seperti pakaian tawanan.

‎Virly kembali ke ruang tamu, wajahnya pucat namun anggun dalam balutan gaun itu. Ia duduk di samping ayahnya. Arsen menatapnya sekilas, tanpa senyum, tanpa kehangatan.

‎"Laksanakan akad sekarang. Kita tak punya banyak waktu." Ucap Arsen kepada penghulu.

‎Pernikahan sederhana dan dingin itu dimulai. Dengan satu tarikan napas, Pak Bagas menyerahkan putrinya. Dan dengan tegas, Arsen mengucapkan ijab kabul.

‎"Bagaimana para saksi, sah?"

‎"Sah!"

••••

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar yaaa biar semangat hehehe 💙💙💙

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua    6. Tangisan

    Hai💙💙Ayok bantu votee dan komenn yang buaanyakkk🥳🥳 Bantuin Promosiinn juga boleh yaa😋😋Selamat membaca bagi yaa gaysss. Votee dan komen yang banyak ya! Spam dengan emot ini dulu biar semangat 💙💙 💙 💙 💙 💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙••••••‎‎Setelah kepergian Arsen, kamar anak-anak mendadak terasa sunyi. Virly hanya diam saja, tubuhnya terasa mati rasa. ‎‎Ia menatap hampa ke depan, memproses semua yang terjadi begitu cepat. Ia masih mengenakan gaun pernikahan yang kini terasa seperti rantai.‎‎Rasa tidak adil menyelimuti dirinya.‎‎"Apakah orang kaya selalu seenaknya terhadap orang di bawahnya?" batinnya menjerit. ‎‎Di usianya yang baru 17 tahun, saat ia masih harusnya memikirkan ujian akhir SMA dan kencan dengan pacarnya, kini ia dipaksa menjadi ibu bagi dua anak yang tidak ia harapkan.‎‎Di hadapan Kayla dan Kay, Virly menjatuhkan dirinya, duduk lemah di lantai berkarpet. Ia mengingat kembali wajah kejam Arsen saat mengancam ayahnya.‎‎Rasa benci itu perlahan menguasa

  • Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua    5. Vina dan Andra

    Happy Reading 🎈 ••••••‎Di sudut kota yang jauh dari rumah Arsen yang penuh ketegangan, Vina memasuki sebuah kafe private yang mewah dan tersembunyi. Tempat itu terasa kontras dengan suasana rumahnya pagi tadi—di sini, segalanya ringan dan bebas.Candra, pacar Vina, atau lebih tepatnya selingkuhannya, segera berdiri begitu melihat Vina. Pria muda bertubuh atletis itu tersenyum lebar, senyum yang memancarkan kegairahan dan kenikmatan hidup. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar."Akhirnya, ratuku datang juga!"Vina segera masuk ke dalam pelukan Candra, menghirup aroma parfum maskulin yang berbeda dari aroma kemeja Arsen yang kaku.‎"Aku merindukanmu, Sayang." Vina mendekap erat.‎Setelah melepaskan pelukan, Candra memegang wajah Vina, menatap matanya dengan penuh puja."Kenapa lama sekali, Darling? Aku bahkan sudah menunggu dari tadi. Aku hampir bosan melihat layar ponselku." Keluh Candra.‎Vina mendengus, ekspresinya kembali berubah malas begitu mengingat drama di rumahnya.‎Vina me

  • Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua    4. Mama baru

    Happy Reading 🎈 ••••••‎"Bagaimana para saksi, sah?"‎"Sah!"‎Virly tidak dapat menahan tangisnya. Ia kini resmi menjadi istri dari pria yang ia benci dan takuti, seorang pria yang membelinya untuk melunasi hutang ayahnya.‎Begitu akad selesai, Arsen langsung menyela, memotong waktu untuk doa dan salam.‎"Virly, sekarang kamu harus ikut ke rumahku. Sekarang juga."‎Virly menatap Arsen tajam, melampiaskan sisa perlawanannya. "Tidak mau! Aku tidak mau ikut! Kau tidak bisa memaksaku!"‎"Jangan membantah! Segera pamit kepada keluargamu! Kita akan pergi sekarang."‎Virly tetap keras kepala, ia tetap menggeleng. Arsen yang mulai kehilangan kesaaran, meninggikan suaranya, memperingatkan. "Aku bukan orang yang sabar, Virly. "‎"Satu..."‎"Dua..."‎"Ti__"‎Tepat sebelum kata 'tiga' keluar, Mama Arsen, Diana, yang sedari tadi diam dan mengamati drama itu dengan wajah prihatin, menegur putranya.‎Diana menarik lengan Arsen dengan lembut. "Arsen! Jangan seperti itu. Dia baru saja menikah."‎Di

  • Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua    3. Menikah

    Happy Reading 🎈 ••••••‎"Di sini... berat, Papa. Kayvan capek..." Kayvan mendekap leher Arsen dengan isakan kecil.Arsen menatap Bi Lastri, yang terlihat lelah tapi penuh perhatian.‎"Bi Lastri, terima kasih banyak. Biar malam ini saya yang jaga Kayla dan Kayvan. Bibi istirahat saja.‎‎Bi Lastri adalah asisten rumah tangga yang bertanggung jawab untuk dapur dan kebersihan, tetapi ia harus merangkap menjadi pengasuh sejak Arsen memecat dua baby sitter sebelumnya karena mereka sering memukul Kayvan dan Kayla saat menangis.‎"Tidak apa-apa, Pak Arsen. Biar saya saja yang jaga. Bapak pasti lelah setelah bekerja. Bapak istirahat saja." Bi Lastri tersenyum lembut.‎‎"Tidak, Bi. Saya yang harus di sini. Saya ingin memeluk anak-anak saya malam ini. Bibi istirahat ya. Besok masih harus beres-beres. Terima kasih banyak, Bi." Ucap Arsen tegas, namu terdengar lembut.‎Tak ingin membantah majikannya, wanita paruh baya itu mengangguk, memberikan senyum penuh dukungan, dan segera keluar dari kamar

  • Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua    2. Dipenjara atau menikah

    Happy Reading 🎈••••‎"APA?! Menikah dengan Bos Papa?! Tidak mau! Papa, ini lelucon, kan?! Aku masih kuliah Pa! Aku bahkan sudah punya pacar! Papa tidak bisa melakukan ini padaku!" Virly menolak mentah-mentah.‎Reaksi Virly sama sekali tidak menggoyahkan Arsen. Ia bangkit dari sofa, menjulang tinggi di atas keluarga yang sedang hancur itu.‎"Aku tidak peduli kau punya pacar atau masih kuliah. Kau punya waktu satu hari untuk memutuskan, Nona Virly." Arsen berkata dengan suara dingin, tegas, dan menindas.‎Ia melangkah maju, memaksa Virly mendongak untuk menatapnya.‎"Menikah denganku, dan hutang ayahmu lunas. Atau, ayahmu masuk penjara besok, dan semua asetmu akan kuserahkan ke bank. Aku hanya butuh ibu untuk kedua anakku. Aku tidak butuh drama cintamu."‎"Kau tidak boleh seenaknya! Kau tidak bisa membeli hidup orang lain seperti ini! Ini tidak adil!" Teriak Virly marah.‎"Keadilan? Keadilan adalah hutang yang harus dibayar. Sekarang pilihan pembayaran ada di tanganmu. Pikirkan baik-b

  • Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua    1. Awal

    Happy Reading 🎈 ••••‎"Lagi ngapain?" tanya Virly ketika melihat Reno di seberang yang grasak-grusuk."Apa sayang? Gak kedengeran, tunggu bentar mau pindah posisi dulu." Terdengar jawaban dari seberang telepon.‎‎"Lagi ngapain sih? Kayak cewek aja, kameranya gak bisa diem." Virly menatap kesal layar handphone nya.‎"Apa sayang? Cewek? Cewek siapa? Di sini gak ada cewek." Suara Reno kembali terdengar, tapi tidak dengan mukanya.‎‎"Reno anak setan. Kalau nggak jelas aku matiin aja ya?" Virly ngedumel kesal mendengar ucapan Reno.‎‎"Ehhh, jangan dulu dong! Ini udah selesai." Reno tersenyum menampilkan mukanya di layar HP.‎‎"Lagi di mana? Kok banyak suara?". tanya Virly penasaran."Lagi di luar sama teman, sayang!" jawab Reno.‎‎"Ihh, geli banget dan di panggil sayang. Panggil nama aja bisa nggak?" Virly geli sendiri mendengar ucapan Reno yang memanggilnya sayang sedari tadi.‎‎"Biar terbiasa sayang, lagian kita kan pacaran." jawab Reno santai.‎"Baru juga sehari." Virly memutar matany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status