Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan

Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan

By:  vhiiilut  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
109 ratings
34Chapters
7.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Warning 21+ "Kamu ini istriku, Olivia! Aku suami kamu! Kenapa kamu bilang aku lancang?” Erlangga memberikan senyum miringnya. "Karena kita belum pernah menikah, You son of a b****!” bantah Olivia. Olivia, perempuan yang terkenal sombong itu harus terjebak ke dalam pesona mafioso yang menyamar menjadi mahasiswa bernama Erlangga. Mulai saat itu, kehidupannya yang aman berubah menjadi kehidupan penuh ketegangan. Banyak mafioso yang ingin merebut harta kekayaan ayahnya. Hingga nyawa perempuan itu mulai terancam. Pembunuhan, penembakan, penusukan, dan hal yang belum pernah dia tonton, kini dia lihat sendiri di depan mata. Beruntung dia bertemu dengan Erlangga, pria yang terus menjaganya sampai dia merasa aman. Sayangnya, Pria itu justru yang terus mengganggunya karena dia terus mengatakan kalau mereka sudah menikah. Apakah dia akan selamat? Apakah cintanya terbalaskan oleh Erlangga? Bagaimana cara Olivia bertahan hidup di tengah mafia yang sedang memburunya?

View More
Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Onynaga
aku mampir.
2022-03-24 15:11:17
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-29 08:31:40
0
user avatar
Gusty
sangat menarik
2021-10-25 19:13:25
1
user avatar
emah
Lanjut kak
2021-08-13 23:42:36
1
user avatar
Rizuki
aw, mafia Perancis? why not???
2021-08-07 21:10:18
1
user avatar
vhiiilut
halo semuanya, terima kasih sudah mau mampir di lapak cerita ini. jangan lupa vote dan kasih review ya hehe. selamat membaca
2021-07-28 21:42:43
1
user avatar
Ervin Warda
ceritanya seru. semangat nulisnya, kakak
2021-07-19 10:27:05
1
user avatar
Secret.Vee
Makin seru thor, terus lanjut
2021-06-25 11:14:50
1
user avatar
Yuliyhana
Keren kak ceritanya...
2021-06-24 22:52:26
1
user avatar
Giio
Mhantuuulll
2021-06-24 19:58:55
1
user avatar
Chocolatte
Erlangga aku padamu💝💝
2021-06-24 19:51:23
1
user avatar
Okta Novita
Waw waw waw, tutup mata 🙈
2021-06-24 19:39:32
1
user avatar
Elle Ryu
Seruuu! Sukaaa!
2021-06-21 10:25:40
1
user avatar
Delarossa
PALING SUKAAA kalau udh cerita mafiaaa
2021-06-16 10:20:22
1
user avatar
MetiMo
Lanjut thorr
2021-06-15 14:03:24
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 8
34 Chapters
Part 1
Beberapa pria yang berbalut kemeja serta blazer saling melempar keheningan. Mulut mereka tertutup rapat, berlomba untuk mengunci suara masing-masing. Hanya ada suara mesin pendingin udara di ruangan yang hanya berisikan meja dan kursi. Masing-masing dari mereka bertanya-tanya, mengapa mereka di kumpulkan lagi? Mereka adalah kelompok mafia Renoza. Organisasi yang sangat kompeten sebagai pelindung sebuah perusahaan, pemberantasan golongan, dan pembantaian sebuah kawasan. Jarang sekali tugas yang mereka emban gagal, lebih banyak berhasil dan tidak mengecewakan pelanggan. Di sela keheningan, tiga orang pria yang lain memasuki ruangan. Mereka semua bangun dan membungkukkan badan, menghormati pria yang baru saja tiba. Salah satu di antara mereka adalah Alfonso, pemimpin mereka.  Setelah semuanya kembali duduk, Alfonso kembali membuka suara. "Aku perintahkan kalian semua ke sini karena ada satu tugas yang harus kalian lakukan. Pergi ke Indonesia! Awasi seluruh
Read more
Part 2
 "Sepertinya aku harus ketemu lagi sama dia."  Erlangga, pria yang berhasil membuatnya gelisah semalaman. Pria itu berhasil mengacaukan pikiran Olivia hanya karena tatapannya yang tajam dan menusuk. Perempuan itu juga tidak menyangka kalau bisa memikirkan orang lain.  Dia sudah memutuskan untuk bertemu dengan Erlangga. Olivia ingin memastikan perasaannya pada pria itu. Olivia menolak kalau dirinya tertarik pada Erlangga. Namun, hatinya justru sangat menginginkan bertemu dengan pria itu lagi.  Sekarang, perempuan itu sedang berjalan mencari keberadaan Erlangga. Sudah tiga lantai dia telusuri, tetapi pria itu belum juga ditemukan. Olivia takut kalau dia tidak berhasil bertemu dengan Erlangga, karena dia harus memastikan perasaannya hari ini juga.  Dia berjalan dengan wajah yang sedikit diangkat, seolah dia adalah ratu yang harus dihormati. Beberapa kumpulan mahasiswa di sepanjang lorong dia anggap sebagai penonton yang butuh
Read more
Part 3
Taman kampus menjadi saksi kesenangan Erlangga hari ini. Pria berkemeja flanel merah itu beberapa kali berteriak, menyerukan kesenangan dari dalam dirinya. Erlangga bukan hanya senang karena Olivia masuk ke dalam perangkapnya. Dia juga senang, karena bisa berdekatan dengan Olivia. Pria itu sedang duduk di salah satu bangku taman sambil bersiul. Dia sedang menunggu kehadiran rekannya di sana. Idris sengaja melakukan pertemuan dengan Erlangga di kampus, karena dia juga ingin melihat penampilan anak buahnya yang menyamar sebagai mahasiswa. Seorang pria yang memakai kaca mata hitam sedang berjalan ke arahnya. Tubuhnya yang dilapisi kaus putih dan jaket denim membuatnya terlihat tampan. Erlangga tidak sangka kalau rekannya akan bergaya seperti itu. Dia pikir Idris akan tetap memakai blazer hitam dan dasi merah seperti biasanya.  "Jadi seperti ini penampilanmu selama di kampu?" tanya Idris yang sudah duduk di samping Erlangga. Kedua pria itu tidak sali
Read more
Part 4
  Olivia tetap membungkam mulutnya sepanjang perjalanan. Perempuan itu masih terbayang wajah Erlangga yang tepat di depannya. Jangankan tatapan tajamnya, deru napas Erlangga pun masih dia ingat. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, mereka tiba di depan bengkel Olivia pikir mereka akan datang ke kafe atau restoran. Ternyata hanya ke sebuah bengkel yang kumuh. Perempuan itu mendengkus dan memutar bola matanya. Erlangga menatap sekilas wajah Olivia lalu melepas sabuknya. Wajah yang tadi sangar sudah memancarkan senyuman. "Ayo turun!" titah Erlangga. Perempuan yang sudah mengganti kardigannya dengan jaket tebal berwarna hitam tidak bergerak. Dia memainkan ponsel dan mengabaikan perintah Erlangga. "Olivia!" Kata Erlangga dengan nada rendah. "Aku nggak mau ke dalam sana! Itu tempat kumuh. Kamu kenapa bawa aku ke tempat ini, sih? Seharusnya aku udah di rumah," bantahnya sambil menatap Erlangga dengan nyalang. Raut wajah
Read more
Part 5
Setelah hampir tiga jam berada di dalam mobil, akhirnya mereka sampai juga di depan unit apartemen milik Erlangga. Kesadaran Olivia mulai menipis yang mulai menipis tidak mampu membuat perempuan itu sepenuhnya sadar dengan keadaan. Matanya yang berusaha tegar walau kelopaknya sudah tidak kuasa untuk terbuka membuat wajah Olivia berkali-kali terantuk kepala Erlangga. Erlangga membawa Olivia di punggungnya. Pria itu sudah menunggu Olivia bangun dari tadi, tetapi lima belas menit berada di parkiran membuatnya sadar kalau Olivia sudah benar-benar terlelap.  Erlangga menempelkan sebuah kartu pada mesin di depan pintu. Warna hijau yang memindai kartu berhenti, pintu besi itu terbuka. Erlangga memasuki apartemennya dengan langkah perlahan. Dia takut membangunkan perempuan yang berada di punggungnya.  “Ini apartemen kamu?” gumam Olivia. Artikulasi suaranya mulai tidak jelas karena berbicara dengan keadaan setengah sadar. Pria yang ditanya tidak menjawa
Read more
Part 6
Setelah mengantarkan Olivia ke dalam kelas, Erlangga tidak langsung pergi ke kelasnya. Pria itu justru keluar dari kampus menuju sebuah gedung mewah di daerah Jakarta Pusat. Dengan penampilannya yang hanya menggunakan kaus putih polos dan kemeja flanel serta celana levis, membuat orang yang melihatnya merasa aneh. “Siapa pria itu? Apakah dia tidak tahu kalau gedung ini hanya didatangi oleh pria berdasi?” Mungkin itu yang dipikirkan oleh mereka. Erlangga sadar kalau dirinya ditatap aneh oleh orang di sekitar, tetapi dia tidak mempedulikannya. Pria itu justru terus melangkah menuju lantai 18 dan memasuki salah satu ruangan. Sebuah kejutan untuknya, dia hanya bertemu Idris dan Yoseph. Pria itu mendecih setelah menutup pintu. "Kamu menyuruhku untuk buru-buru, tetapi sekarang baru kalian berdua di sini. Ke mana uang lainnya?" Lampu ruangan seketika meredup, bergantikan cahaya biru remang-remang. Jendela tak bergorden pun langsung tertutup oleh tralis besi
Read more
Part 7
“Ke mana Erlangga, sih? Nyusahin aja jadi orang!” Sudah hampir jam dua siang, tetapi batang hidung Erlangga belum tampak juga. Olivia sudah geram dengan pria itu. Dia ingin sekali menjambak rambut Erlangga kalau bertemu nanti. Akhirnya, perempuan itu memutuskan untuk pergi dari kantin. “Kelamaan nungguin dia. Nanti malah nggak ikut kelas.” Dalam hati dia mengutuk pria bernama Erlangga, seandainya dia dateng, akan aku hantam wajahnya dengan tas. Padahal, sepertinya nyali Olivia belum cukup untuk melakukan itu. Ditatap dari jarak dekat saja sudah gerogi, apalagi melakukan hal yang tidak-tidak. “Eheeem!” Olivia menoleh ke sumber suara di belakangnya. Ternyata Erlangga, dia sedang mengikuti Olivia dari belakang. “Apa yang aku bilang tadi saat di kantin?” tanya Erlangga dengan tatapan mata yang menajam. Olivia menjawab setelah memutar bola matanya. “Terus aku harus nungguin kamu sampai kapan? Dua menit lagi udah masuk kelas
Read more
Part 8
“Hari ini kita ke rumah kamu, ya.” Pernyataan dari Erlangga membuat Olivia mengembuskan napasnya dengan kasar. Perempuan itu tersadar, kepergiannya semalam pasti akan membuat ayahnya marah. “Bisa kita main ke mana dulu gitu? Aku juga kayaknya mau nginep di apartemen kamu lagi, Lang!” kat Olivia. Sontak pria di sampingnya langsung tertawa. Apa maksudnya Olivia ingin menginap di apartemennya lagi? Erlangga berpikir kalau Olivia ingin tidur di apartemennya, berarti Olivia sudah mau menerima Erlangga. “Kenapa? Kamu udah nggak sabar untuk tinggal sama aku, ya? Jangan-jangan kamu juga udah nggak sabar untuk tidur sekamar sama aku, Liv,” kata Erlangga yang sedang menyetir. “Anda ini terlalu percya diri banget, ya?” tanya Olivia sedikit jengkel. Erlangga terus tertawa kecil mendengarnya. “Emang itu kenyataannya, kan? Bukan percaya diri, tapi emang itu kenyataan yang terjadi.” “Kalau bisa, aku mending nggak ketemu lagi sama kamu, Er.” O
Read more
Part 9
Dua orang yang tidak memiliki kejelasan status akan tinggal bersama di satu apartemen. Terdengar konyol, tetapi itu yang terjadi pada Erlangga dan Olivia. Kedua insan itu sedang berdebat masalah kamar. “Pokoknya aku mau kamar ini. Kamu harus pindah kamar!” titah Olivia. “Ini apartemen aku. Kenapa jadi kamu yang ngatur-ngatur? Kamu pindah aja ke kamar sebelah!” Erlangga kembali mendorong Olivia dari kamarnya. Setelah lolos dari kejaran anak buah Firman, mereka berdua langsung ke apartemen. Warna langit yang sudah jingga yang membuat Erlangga untuk memilih pulang. “Kenapa kamu nggak mau ngalah sama cewek, sih?” protes Olivia. “Bukannya malam ini kamu jadi pembantu aku? Mending kamu buatin aku minum aja sekarang dari pada rebutan kamar.” Erlangga menutup pintu kamar dan menguncinya. “Kenapa kuncinya kamu simpen?” tanya Olivia yang semakin sewot. “Jaga-jaga kalau kamu mau ambil kuncinya terus nyelonong masuk. Udah, sekarang kamu bu
Read more
Part 10
“Kenapa diem aja?” tanya Erlangga. Mereka berdua sudah tiba di depan sebuah gedung tinggi daerah Kasablanka. Erlangga sengaja mengajak Olivia ke pertemuan kelompoknya. “Kamu masih marah sama aku?” Erlangga kembali bertanya. Dia melepas kaitan sabuk pengaman dan menghadap Olivia. “Nggak ada yang harus dimarahi. Ngapain kita ke sini?” Olivia akhirnya membuka suara, setelah perjalanan yang cukup memakan waktu dia terdiam. “Saya mau ketemu temen-temen aku. Kamu nggak apa-apa ikut aku, kan?” tanya Erlangga. Embusan kasar napas Olivia mengartikan dia tidak senang. Perempuan itu seolah kehilangan mood untuk tersenyum setelah perbuatan yang Erlangga lakukan. “Hei! Kenapa nggak mau natap aku, sih?” Erlangga membuat wajah Olivia menatapnya. “Kamu masih marah masalah tadi?” “Kamu pikir a kumasih marah atau nggak? Kalau kamu punya pikiran, seharusnya kamu tahu,” sahut Olivia. Erlangga sadar kesalahannya. Dia tidak seharusn
Read more
DMCA.com Protection Status