"Disini adalah devisi UGD, kamu tidak berhak ikut campur tentang yang terjadi di sini." Ucap dokter Cavin kepada Jonatan.
Seandainya bukan karena Keiko yang terlihat panik dan kualahan, Jonatan juga tidak akan mencampuri urusan di UGD ini. Namum melihat kekasih hatinya kesulitan, Jonatan tidak bisa diam.
"Aku tidak akan ikut campur, jika situasi tidak sekacau ini." Ucap Jonatan dingin. Jonatan tahu dokter Cevin meremehkannya, karena biarpun dia anak direktur, dia sama sekali tidak mengakui itu.
"Apa maksudmu dia tidak boleh ikut campur?" Ucap dokter Alex yang tiba-tiba muncul di ruang UGD.
Dokter Cevin terkejut melihat dokter Alex datang.
"Bagaimana kamu bisa begitu lancang menyatakan itu kepada ponakanku." Ucap dokter Alex yang marah kepada dokter Cevin.
Dokter Cevin menundukkan wajahnya karena takut. Dokter Alex dan dokter Cevin cukup dekat selama ini. Dia tidak mengira doktet Alex akan membela Jonatan.
Dokt
"Pak, Tuan muda sudah kembali." ucap jay kepada Hermawan. "Apakah kita perlu memindahkan Keiko ke rumah sakit cabang?" Tanya Jay. Hermawan tersenyum tipis mendengar ucapan Jay. "Tidak perlu Jay, aku ingin tahu, apakah Keiko bisa membangkitkan ambisi Jonatan. Biarkan mereka sementara ini." Ucap Hermawan. "Baik Tuan." Jawab jay singkat tanpa banyak bertanya. Hermawan sudah tidak muda lagi untuk sibuk mengurusi urusana percintaan Jonata. Bagi Hermawan, Jonatan harus disiapkan untuk menajdi penerus Perusahaannya karena dia adalah satu-satu nya keturunan nya. "Kamu hanya memiliki sedikit sisi lembut ibu mu Jo, aku yakin kamu lebih dominan dengan sifatku. Aku akan menunggumu untuk memimpin perusahaan ini dengan hebat, karena aku yakin kana kemampuanmu." Hermawan berguman sendiri. "_" "Paman, bisa kah kamu menolongku?" Ucap Jonatan kepada dokter Elex yang sedang duduk dan memeriksa berkas. "Bantuan apa? tumben kamu
"Kei, kamu kenal yaa sama dokter Jo." Tanya Andin perawat yang bertugas diruang operasi bersama Keiko. "Emm, dia teman SMA ku." Jawab Keiko mencoba menghilangkan kecurigaan sambil membasuh tangannya dan keluar dari ruang operasi. "Pacar kamu kah?" Tanya Andin memburu Keiko. "Bukan." Keiko menjawab tegas, agar Andin tidak membuat gosip tentang dirinya dan Jonatan. "Syukurah jika bukan pacarmu." ucap Andin lega. "Klo kamu pacarnya, mungkin kamu akan menjadi pusat perhatian di sini. Dokter-dokter wanita yang senior tidak akan segan menunjukkan taringnya kepadamu." Ucap Andin menjelaskan dengan semangat. Keiko yang mendengar itu, merasa merinding dan takut. Dia benar-benar tidak mau menjadi sasaran para dokter senior disini. Dia hanya ingin lulus dari dokter Residen dan bisa membuka praktek sendiri di kota Asia. "Mana mungkin dokter Jo dan aku berpacara. Dia thu pangeran, dan aku thu katak. Kalaupun aku menyukainya, Pangeran dan ka
Keiko berjalan menuju halte bus, dan menunggu bus datang. Pikirannya entah melayang kemana. Dia sampai tidak mengetahui bus yang selalu dia tumpangi sudah berlalu. "Aduh Key, pikiran mu kemana aja sih. Pe bus lewat kamu gak sadar. Sekarang kamu mau pulang naik apa coba." Gerutu Keiko pada dirinya sendiri. Akhirnya Keiko berjalan kaki, sambil menghubungi Rasya. Namun tidak ada respon dari Rasya. "Kamu kemana sih Sya, kenapa gak diangkat telpon ku." Keiko mendesah. Tin.. Tin.. Tin... Sebuah mobil warna merah melaju menghampiri Keiko. "Naiklah." Ucap Jonatan yang berada di mobil itu. Tapi Keiko enggan untuk naik. "Tidak terima kasih." Jawab Keiko. "Tidak akan ada bus lagi malam ini." Ucap Jonatan memaksa. Keiko masih saja ragu untuk masuk mobil itu. Namun jika dia tidak masuk, tifak6akan bus yang lewat lagi. Dia tidak ingin menghabiskan malamnya kembali ke rumah sak
Jonatan melihat kerumunan yang mengelilingi Keiko dari ruangan. Ada seutas senyuman licik di wajah Jonatan. "Kamu berani membagikan coklatku kei, Aku akan memberikan hukuman kepadamu." ucap Jonatan sambil menyeruput kopi di tangannya. Seharian Keiko menghindar dari Jonatan karena takut Jonatan akan menanyakan coklat yang dia berikan. Dia tidak punya uang lebih untuk membeli coklat untuk menutupi kesalahannya. Ketika Jonatan hendak menghampirinya, Keiko langsung menghampiri Desi atau yang lain, sehingga Jonatan tidak memiliki kesempatan untuk menghampirinya. Jonatan menyadari sikap Keiko yang menghindarinya. "Kei, bersiap, kita kan melakukan kunjungan di lantai 6." Ucap Jonatan kepada Keiko yang saat itu sedang bersama dokter yang lain. "Lantai 6?" Ucap Keiko terkejut. Lantai 6 adalah kamar VVIP untuk para pejabat dan orang yang memiliki kedudukan di Kota X. Hanya dokter senior dan perawat senior yang di ijinkan masuk ke lantai 6
"Aku hanya menginginkanmu, dan sampai kapanpun hanya kamu, tidak ada wanita lain selain kamu." Ucap Jonatan yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya kepada Keiko. Keiko hanya menatap wajah Jonatan yang semakin dekat dengan ekspresi tegang. Melihat Ekspresi Keiko, Jonatan pun tertawa. "Kamu sangat imut Kei, ketika kebingungan menguasaimu." Ucap Jonatan. Jantung Keiko berdetak dengan cepat karena sikap Jonatan. Sedikit merasa kesal, namun ada sebongkah rasa bahagia di hati nya. Baru baru ini Jonatan begitu agresif mengejarnya, dan melakukan kontak fisik dengan Keiko. Dulu Jonatan mencintainya dengan sikap dingin dan cueknya, namun sekarang Jonatan lebih berinisiatif, dan membuat pergerakan yang Keiko tidak bisa menebaknya. Ting... Lift terbuka, Jonatan pun beranjak keluar dan mengajak Keiko keluar. "Apa kamu akan terus berada di sini." Ucao Jonatan dengan memandang Keiko yang masih mematung. Keiko terkeju
Mentari pagi bersinar terang di musim semi ini, Keiko memandang ke arah jendela dengan pikiran yang entah lari kemana. "Kei, nglamun aja, ayuk berangkat, dah telat tau!" ucap Rasya yang membuyarkan lamunan Keiko. Keiko tersenyum dan merespon sahabatnya itu. berjalan lima menit dari apartemen, Keiko dan Rasya sudah disambut oleh bus yang datang. mereka bergegas masuk bus agar tidak terlambat. Rasya menceritakan beberapa kejadian di ruang UGD beberapa hari ini, dia mengeluhkan ketidak adilan pembagian shift yang di lakukan oleh dokter kepala. "Bisa gak, kamu meminta Jonatan untuk memindahkanku dari UGD dan ikut bersamamu?"tanya Rasya menatap Keiko penuh harap. "Bukannya kamu harusnya memohon kepada Robbi kalau soal itu, Robby kan lebih dekat dan sering bertemu dengan Jonatan dibanding denganku," jawab Keiko. "Hhhhhhhh, percuma cerita denganmu," ucap Rasya jengkel. "Iya ya, nanti coba aku sampaikan ke dokter Jo. Jangan ngambek
Keiko berjalan keluar dari rumah sakit, dengan pikiran yang sedikit kacau. Dia bahkan tidak menyangka pengakit ibu nya akan menurun kepadanya. Keiko tersenyum ketir melihat nasibnya. Dia yang sekarang masih harus melunasi hutangnya kepada Tuan Hermawan, harus menerima kenyataan pahit ini. "Tenang Kei, ini masih gejala awal yang bisa kamu tekan. kamu harus benar-benar memanagenen dirimu setelah ini, agar penyakit ini tidak menjadi parah. Dokter Haffa bilang dia akan baik-baik saja setidaknya setahun ini. Jadi berhentilah khawatir, lunasi hutangmu dan kita jadwal ulang semua rencanamu," ucap Keiko menyemangati dirinya. **** Keiko bergegas masuk apartemen nya untuk mengambil buku tabungannya. setelah menemukannya dia melihat nominal yang ada di buku tabungan yang telah dia kumpulkan selama 5 tahun ini. "Sudah ada 100.000.000, ku rasa ini bisa melunasi hutangku paling tidak sepaturuhnya," ucap Keiko kepada dirinya. Keiko membawa tabungan itu dan men
"Jadi 100.000.000 sudah kamu berikan ke Tuan Hermawan?" tanya Rasya dengan nada penasaran."Emmm," jawab Keiko dengan nada datar."Kenapa? bukannya kamu mau nunggu hingga terkumpul 200.000.000 dulu?" tanya Rasya yang ingin mengorek keterangan dari Keiko."Aku akan bekerja keras lagi untuk mengumpulkan sisa nya Sya, namun setidaknya setengah sudah aku lunasi,""Lalu apa Tuan Hermawan menerimanya begitu saja?" tanya Rasya."Emm dia menerima nya," jawab Keiko."Aku fikir Tuan Hermawan juga tidak begitu jahat, dia hanya menolongmu, bahkan memberi kehidupan yang layak kepadamu selama ini, biarpun alasannya adalah agar kamu meninggalkan Jonatan, namun aku fikir bantuannya juga tidak menghinamu selama ini, bahkan terkesan sembunyi sembunyi. Seandainya waktu itu kamu tidak mendengar ucapan mereka, mungkin sampai sekarang kamu tidak mungkin tahu, apa kamu tidak merasa salah paham dengan Tuan Hermawan Kei?" tanya Rasya yang menarik kesimpulan tentang terjadi anta