Compartilhar

Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi
Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi
Autor: Sya Reefah

Chapter 1

Autor: Sya Reefah
last update Última atualização: 2024-08-09 10:16:24

“Wah, coba lihat. Menantu cacat dari keluarga Harrison ikut bergabung di sini.” 

Baru saja Eva terduduk. Ia sudah mendapatkan sambutan sinis dari kerabat suaminya. 

Hari ini, Eva ikut menghadiri pesta pernikahan kerabat jauh dari Henry, suaminya. Namun, kehadirannya tidak disambut dengan baik.  

Salah satu dari mereka, Bibi Maria, mulai menyahuti. “Henry, kenapa kau harus membawa perhiasan tidak layak sepertinya? Tampaknya dia lebih cocok berada di etalase daripada di keluarga kita.”

Anggota kerabat lainnya menatap Eva dengan tatapan mengejek. “Wanita yang berasal dari latar belakang biasa dan juga memiliki penyakit mata, ya. Aku tidak yakin dia bisa melakukan tugas-tugas sebagai istri dengan benar.”

“Kami bisa mengenalkanmu pada wanita yang layak denganmu. Kenapa kau harus memilih wanita rendahan sepertinya, Henry?” 

Eva menundukkan, menyembunyikan wajahnya. Ia berusaha bersikap tenang, tetapi rasa sakit hati mulai membanjiri hatinya. Dia tahu, bahwa setiap acara seperti ini, ia hanya dianggap sebagai perhiasan atau aksesoris dari Henry.

Yang lain ikut menambahi. “Aku rasa jika dia hanya menjadi beban dan tidak bisa diharapkan. Untuk apa kau masih mempertahankannya sampai sekarang?”

Semua hinaan dari keluarga Henry seperti belati tajam yang mengiris perasaannya. Eva merasa tenggorokannya tercekat, membuatnya sulit untuk menjawab. 

Air mata Eva mulai menggenang. Dia menatap ke arah Henry, berharap jika suaminya menyadari betapa sulitnya situasi yang dia alami saat ini. 

Namun dukungan yang dia harapkan tak kunjung datang. Henry hanya diam tanpa berekspresi sedikitpun.

Keberadaannya di acara tersebut semakin memperjelas betapa tidak diharapkan dirinya di keluarga Harrison. Dengan ketiadaan dukungan dari suaminya, Eva merasa semakin terasingkan. 

Kedatangannya berniat untuk memperbaiki hubungan dan menunjukkan bahwa dia bisa menjadi bagian keluarga tersebut. Namun, kedatangannya malah disambut dengan hinaan dan penilaian negatif keluarga Henry yang tidak menyukainya.

Bibi Maria kembali berkata dengan nada sinis. “Jadi, Eva, bagaimana rasanya menjadi bagian dari keluarga Harrison? Sepertinya tidak mudah, ya, untukmu.”

Eva menatap Bibi Maria, memaksakan senyumnya sebelum akhirnya menjawab. “Saya berusaha keras untuk beradaptasi dan memberikan yang terbaik, Bibi.”

“Apa waktu selama 4 tahun pernikahan itu hanya kau habiskan untuk beradaptasi?” Bibi Maria tersenyum mengejek.

Bibi Maria terus menimpali. Sementara yang lain enggan untuk berbicara dengan Eva. Mereka semua menatap sinis ke arah Eva.

Eva kembali menunduk, ia merasa semakin tertekan. 

Sementara itu, Henry tetap diam, tidak menunjukkan dukungan atau interaksi apapun.

Eva berdiri dan meminta izin lembut. “Maaf, Bibi. Saya ke belekang sebentar.”

Eva berjalan menjauh dari kerumunan keluarga besar Henry. Tak ada yang memerdulikan perasaannya, bahkan suaminya sendiri.

Di tempat duduk, Henry hanya menatap punggung Eva yang semakin menjauh tanpa berniat mengejarnya. 

Eva melangkah menuju taman belakang, berusaha untuk menenangkan diri di sana. Sesampainya di taman, Eva mengeluarkan emosi yang terpendam selama di dalam. Dadanya terasa sesak, air matanya deras membasahi pipi.

Eva dan Henry sudah menikah selama 4 tahun. Namun, rumah tangga mereka hanya berisi kekosongan. Meski statusnya sudah berubah menjadi seorang istri, tetapi selama waktu itu, dia seperti wanita lajang.

Tak pernah tersentuh. Bahkan Henry selalu bersikap dingin dan cuek. Menganggapnya tidak pernah ada.

30 menit sudah ia berada di taman belakang. Namun tidak ada satupun dari kerabat atau Henry yang mencarinya. Dia memutuskan kembali bergabung ke dalam acara.

Ketika Eva kembali, kedua matanya menangkap keberadaan Julia, sekertaris Henry. Ia tidak tahu bagaimana bisa Julia berada di acara itu. 

Eva merasa iri ketika para kerabat menyambut Julia dengan baik. Bahkan Henry sendiri sangat asik berbicara dengan Julia. Julia terlihat menonjol di tengah-tengah kerumunan itu.

“Masih di sini rupanya.” Bibi Maria muncul tiba-tiba di samping Eva melayangkan tatapan sinis. “Aku kira kau pulang lebih dulu dan menangis sepanjang perjalanan.”

Bibi Maria menatap kerumunan, melihat interaksi Julia dan Henry dari kejauhan. “Mereka benar-benar sangat cocok. Wanita berkelas, dan sangat berkilau seperti mutiara. Aku dengar jika wanita itu dulu adalah kekasih Henry, tapi kau datang dan menjadi penghalang kebahagian mereka!”

Kekasih?

Eva menatap kearah Henry dan Julia tidak percaya. Yang dia tahu jika Julia adalah sekertaris Henry di kantornya. 

Mata Eva kembali memanas. Benarkah jika dirinya hanyalah penghalang untuk dua orang tersebut? Mau tidak percaya, tetapi interaksi mereka cukup meyakinkan.

Ia juga teringat jika Henry selalu membawa Julia di setiap acara dari pada membawanya pergi.

Rasa bersalah mulai menyelimuti hatinya. Jika saja dari awal dia menolak menikah dengan Henry, kedua orang itu pasti sudah hidup bahagia saat ini.

“Eem … apa Bibi tahu seberapa jauh hubungan mereka?” Awalnya Eva enggan bertanya, tetapi ia ingin tahu lebih lanjut. 

“Mereka bahkan benar-benar sudah merencanakan pernikahan. Tapi tiba-tiba dia harus menikah dengan wanita sepertimu. Setidaknya sadar dirilah, jangan hanya menjadi beban untuknya!” 

Kata-kata tajam yang dilontarkan Bibi Maria itu seolah-olah menggaris bawahi kesalahan Eva.

Eva menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang hampir menetes. “A-aku-,” 

Dengan gerakan cepat, Bibi Maria berbalik meninggalkan Eva dengan perasaan yang membebani hati.

Eva berdiri terabaikan di antara kerumunan itu. Ia merasakan kesepian yang mendalam di tengah-tengah keramaian orang. 

Eva memutuskan untuk meninggalkan acara lebih awal. Namun, saat dia melangkah meninggalkan area. Kedua matanya terasa perih, pandangan matanya mulai buram.

“Kenapa harus di saat seperti ini?”

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Comentários (4)
goodnovel comment avatar
Jess
perempuan bodoh lagi? kenapa good novel skrg novel2nya seperti? cerita yg sama, berbab2 , muwelek dan gak selesai.
goodnovel comment avatar
Siti Fatimah
Sangat bagus
goodnovel comment avatar
Nam
cukup bagus...bagaimana kelanjutannya yaaa......
VER TODOS OS COMENTÁRIOS

Último capítulo

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 276

    Hari demi hari terlewati, hingga tanpa terasa usia kandungan Eva sudah tujuh bulan.Sejak kehamilannya, Eva banyak berubah. Bukan hanya perutnya yang semakin membesar, tetapi juga suasana hatinya sering berubah-ubah.Sore itu, Eva berada di ruang tengah dengan TV besarnya menyala. Matanya tak sengaja menangkap keberadaan Rosa yang tengah menikmati cemilan di tangannya bersama pelayan lain di dapur.Eva berharap Rosa akan melihatnya dan menawarkan cemilan itu padanya.Eva terus menunggu. Hingga cemilan itu habis di tangan Rosa.Tiba-tiba saja bibir Eva mengerucut. Tangannya menekan tombol off, lalu melangkah pergi menuju kamar.Sesampainya di kamar, tangannya meraih ponsel dan segera menghubungi Henry.Saat itu, di ruangannya, Henry sedang menerima laporan mengenai perkembangan proyek raksasa miliknya. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.Begitu melihat nama di layar ponselnya. Henry segera menekan tombol hijaunya. “Ada apa? Ada yang kau inginkan?”Terdengar suara tidak bersahabat dar

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 275

    Eva dan Henry masih berpelukan erat, seakan merasakan tekad baru. Henry memejamkan kedua matanya, mencium pucuk kepala Eva lagi, dan lagi. Ciuman itu turun ke bawah, berhenti di leher jenjang Eva. Eva menutup mulut Henry, menjauhkan wajah itu darinya. “Hentikan, Henry. Itu geli,” ucapnya diikuti kekehan kecil. Tiba-tiba saja, bel penthouse berbunyi, memecah momen hangat mereka. Keduanya saling pandang. Eva melepaskan pelukannya, sementara wajah Henry gusar, tak ingin lepas, tak ingin diganggu siapapun pagi ini. “Siapa yang datang?” Henry hanya menggeleng tidak tahu. Terhitung jarang sekali mereka kedatangan tamu luar. Bel berbunyi lagi. Henry memberikan isyarat agar Eva tetap di tempat, tak peduli siapa yang datang. Yang dia inginkan hanya bersama Eva. Istrinya. Salah satu pelayan yang bertugas bergegas membuka pintu. Di ambang pintu, tampaklah Martin dan Elise. Martin datang dengan senyum tulusnya, sementara Elise memasang wajah gelisah, campuran kegengsian yang terlihat

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 274

    Suasana penthouse semakin sunyi. Eva masih terjaga menunggu kedatangan Henry. Dia tampak mengantuk, tetapi matanya menyimpan kekhawatiran yang mendalam. Tiba-tiba suara bel berbunyi nyaring, memecah keheningan. Eva segera berlari ke arah pintu dan menariknya hingga pintu terbuka. Di ambang pintu, berdirilah Samuel yang memegang lengan Henry, yang kini terlihat lebih buruk daripada di bar. Henry terseok-seok, kepalanya bersandar penuh pada Samuel. Bau alkohol begitu menyengat menusuk hidung Eva. Seketika wajahnya berubah, bercampur lega sekaligus panik karena melihat kondisi Henry. “Dia mabuk?” “Seperti yang kau lihat.” Tanpa berlama-lama, Samuel segera menuntun Henry masuk. Langkah Henry tak beraturan, kakinya tersandung dengan kakinya yang lain. Samuel mengerahkan seluruh tenaganya untuk membimbing tubuh Henry yang berat sampai di sofa. Mereka mencapai sofa. Samuel dengan hati-hati merebahkan tubuh Henry di atas sofa panjang. Eva menatap ke arah Henry lalu beralih mengara

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 273

    Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Henry belum pulang. Biasanya, suaminya akan memberi kabar jika telat, tetapi malam ini ponselnya terasa dingin, tak ada notifikasi apapun. Eva meraih ponselnya mencoba menghubungi Henry. Panggilan pertama, tidak terjawab. Panggilan kedua, tidak terjawab. Tak biasanya Henry mengabaikan panggilannya. Rasa cemas mulai merayapi hatinya. Apa terjadi sesuatu?Eva mencoba menepis pikiran negatif. Dia beralih menghubungi sopir pribadinya, terakhir, dia pergi bersama Henry.Setelah beberapa detik sambungan terhubung, dan mulai terdengar suara di ujung telepon. “Selamat malam, Nyonya.”“Apa Tuan Henry di mobil sekarang?” tanya Eva, mencoba untuk tenang. “Saya sudah di rumah, Nyonya. Tuan Henry meminta saya pulang sejak sore tadi. Tuan kata, ada urusan pribadi yang harus diselesaikan, Nyonya.”Tak berselang lama panggilan telepon berakhir. Dia mencoba menghubungi orang-orang yang bersama Henry. Nomor Ryan pun tak ada jawaban. Mengingat keberad

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 272

    Martin menepuk pundak Samuel. “Terima kasih atas bantuanmu, Sam. Uncle berhutang budi padamu.”Samuel tersenyum lalu menggeleng. “Tidak perlu sungkan, Uncle. Aku hanya tidak ingin membiarkan wanita itu terus-terusan memanipulasi keluarga kita.”“Uncle akan memberimu bonus atas kerja kerasmu.” Pandangan Martin beralih ke arah Elise yang terduduk dengan tatapan tidak percaya. “Sekarang kau tahu sendiri, ‘kan? Orang yang selalu kau bela itu justru pelaku sebenarnya. Apa kau masih ingin memusuhi orang yang tidak bersalah?”Elise hanya diam, tidak bisa menjawab. Dia merasa menyesal dan bersalah, tetapi gengsi mengalahkan semuanya. Dia hanya bisa menunduk malu di hadapan suami dan keponakannya. Malu karena sudah membela Julia dengan sepenuh hatinya. “Papa harap setelah ini Mama meminta maaf pada Eva.” Elise ingin menunjukkan protesnya, tetapi, baru saja dia membuka mulut, Martin kembali membuatnya terdiam. “Papa tidak menerima bentuk protes apapun!” Sementara di ruang kerja…Mata Henry

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 271

    Julia menggeleng panik. “Aku … tidak, itu bukan … rekaman itu hanya editan!” Jari telunjuknya mengacung ke arah Samuel. “Kau datang pasti hanya untuk mengacaukan semuanya, ‘kan? Iya, ‘kan?” Sebelum Samuel menjawab lagi, Julia dengan cepat meraih tangan Elise. “Aunty, ini semua tidak benar.” Elise terdiam tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah dia harus percaya pada Julia, atau keponakannya?Senyum sinis muncul di bibir Samuel saat melihat kepanikan Julia. Dia merasa puas. Perlahan, langkahnya semakin mendekat. “Editan?” Senyum Samuel semakin melebar. “Aku punya bukti. Aku punya saksi. Aku tahu segalanya, Julia.”“Tidak!” Suara Julia menggelegar. “Kau bohong! Kau pasti bersekongkol dengan Eva karena kau menyukainya, ‘kan?!”Mendengar nama Eva disebut, membuat Henry kembali naik pitam. “Jangan sebut nama Istriku dengan mulut kotormu!” Martin kembali menenangkan Henry sebelum benar-benar kalap. Sedari tadi, emosi putranya meluap. Pikiran Julia dipenuhi dengan ketakutan akan k

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status