Share

Dua

Aku bahkan lupa bernapas saat mendengar pesannya. "Ada apa dengan suamiku?" tanyaku entah pada siapa. Semenjak mas Aryo mengungkapkan rencana itu dan ketika aku kurang menyetujuinya, lelakiku itu seolah berubah.

*****

Aku masih mondar-mandir dalam rumah, gelisah melanda hati karena mas Aryo tak kunjung datang. Berdiri sebentar kemudian duduk lagi, begitu terus hingga aku merasa lelah sendiri. Beberapa kali diri ini mencoba menghubunginya. Namun, tak diangkat olehnya, chat yang kukirim juga belum dibaca. "Kemana kamu, Mas? Ada apa?" gumamku. Khawatir bercampur kesal.

Aku terjaga ketika mendengar suara berisik di ruang belakang. Pelan kubuka mata dan mencoba menajamkan pendengaran. Setelah yakin dengan apa yang kudengar, gegas memaksa tubuh ini untuk segera bangkit, berbagai hal buruk memenuhi pikiranku.

"Ah!!!!" jeritku saat melihat seorang wanita sedang duduk di kursi lain.

Wanita itu juga nampak kaget, dia sampai memundurkan badan sambil memegang dadanya.

"Siapa kamu?!" tanyaku sok galak.

"A-aku Ratih, Mbak," jawabnya gugup.

"Kenapa kamu bisa ada di rumahku? Kamu mau maling?" tanyaku menggebu.

"Bb-bukan, Mbak." Lagi dia menjawab dengan ketakutan.

"Ada apa ini?!" Suara mas Aryo menggema dari ruang belakang.

"Mas, udah pulang? Kok aku gak tau?" Bukannya menjawab, aku malah dibuat bingung karena ternyata suamiku sudah berada di rumah.

"Tadi pas kami datang, kamu lagi tidur," sahutnya kemudian duduk di sisiku.

"Kami? Bukannya temanmu itu namanya Agus? Lalu siapa wanita ini? Kenapa bisa berada di sini? Ada hubungan kalian?" Aku mencerca mas Aryo dengan pertanyaan.

"Dia ini Ratih, istrinya Agus. Yuk ikut aku!" ajaknya sambil bangkit dengan tangan terulur pada diri ini. Dengan malas aku menyambutnya, sesekali mataku menatap wanita yang disebut Ratih tadi. Sumpah aku penasaran dengan apa yang sedang terjadi dalam rumah tanggaku.

****

"Astaghfirullah ...!" pekikku sambil menutup mulut dengan kedua tanganku.

"Hust!" sahut Mas Aryo, yang kemudian menarik diri ini menjauh.

"Tt-tadi siapa? Agus?" Tiba-tiba aku menjadi gaguk setelah melihat seorang lelaki berbaring di ranjang.

Mas Aryo tak menjawab, dia masih saja menarik diriku menuju ruang tamu, di mana tadi Ratih berada.

"Tadi itu Agus, Dek. Beberapa bulan yang lalu dia mengalami kecelakaan. Alhamdulillah dia selamat, tapi ... kamu bisa lihat sendiri kan bagaimana keadaannya," terang Mas Aryo setelah kami sudah duduk di kursi ruang tamu.

Aku benar-benar tak bisa berbicara, ingatanku masih tertuju pada sosok Agus yang tadi terbaring di tempat tidur.

"Mm-maafkan kami, Mbak. Sudah merepotkan Mas Aryo dan Mbak ... ?"

"Milla," sahutku cepat, entahlah aku merasa bersalah dan menjadi iba pada perempuan yang terlihat manis itu.

"Oh, Mbak Milla. Terima kasih Mbak Milla telah bersedia menampung kami," ucapnya nampak tulus. 

"Selama belum mendapatkan kontrakan yang sesuai keinginan, gak pa-pa kok tinggal di sini. Semoga segera menemukan kontrakan atau kost yang sesuai dengan keinginan, Mbak Ratih," balasku. Mendengar ucapanku wanita itu hanya manggut-manggut.

"Ok, silakan Mbak Ratih istirahat, kami juga akan beristirahat," pintaku.

"Silakan, Mbak. Gak usah sungkan, anggap saja seperti di rumah sendiri," imbuh mas Aryo.

Perempuan itu pun tersenyum manis pada suamiku sebelum beranjak pergi.

"Auw!" Seketika dia menjerit ketika aku mencubit pahanya. "Enak saja suruh anggap seperti rumah sendiri," dengusku kesal setelah perempuan yang menggunakan daster panjang itu sudah berlalu ke ruang belakang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status