WHEN TEARS FALL INTO RAIN

WHEN TEARS FALL INTO RAIN

Oleh:  mahesvara  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
51Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sebuah lagu menjadi ikatan penghubung antara Kiran dan Eesha. Lagu yang sama juga menjadi alasan KIran menghilang. Selama dua puluh tahun menunggu, Eesha mulai merasa putus. Hilangnya Kiran di masa lalu, memaksa Eesha menggunakan cara terakhir untuk menemukan Kiran. Bersama dengan sahabatnya, Trika, Eesha menuliskan skenario film Two yang menceritakan kisah kelam di masa lalunya bersama dengan Kiran dan Amartya. Pada hari perealesean film dan lagu yang dulu selalu Kiran nyanyikan, tragedi yang sama dengan dua puluh tahun mulai terjadi lagi. Kini. . . Eesha harus memilih antara menemukan Kiran atau menghentikan tragedi yang sama seperti dua puluh tahun yang lalu. . .

Lihat lebih banyak
WHEN TEARS FALL INTO RAIN Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
51 Bab
NOTE 1 LAGU PENGHUBUNG EESHA DAN KIRAN
Oktober 2020  Eesha sedang berdiri di tengah kerumunan pengunjung mall yang tidak begitu padat dan memandang ke arah papan billboard yang ada di dalam mall yang sedang memutar sebuah video trailer film yang akan ditayangkan minggu depan. Trailer film itu memutar potongan – potongan bagian dalam film dan lagu latar yang akan menjadi andalan dalam film itu.  Dengan bibirnya dan dengan lirih, Eesha ikut menyanyikan lagu latar dalam video trailer dengan durasi satu menit dua puluh detik itu.  [Lebih baik melihatmu dari jauh, tidak berani berharap bisa bersamamu Dengan hati – hati, kusembunyikan kasih sayang ini di dalam hati  Bahkan jika air mata jatuh menjadi hujan  Bahkan jika kata – katamu sedingin es  Jika kekasih tidak bisa bersama, lebih baik merindukanmu di dalam hati] Eesha menghentikan gerakan bibirnya ketika ponselnya bergetar. Ma
Baca selengkapnya
NOTE 2 LAGU YANG MENJADI ALASAN KEMATIAN
Eesha yang telah selesai bermain dengan Kiran segera pulang. Begitu sampai di rumahnya, Eesha segera berteriak memanggil Ibunya.  “Ibu, aku pulang. .” kata Eesha dengan melempar sepatu yang digunakannya. “Kakak mana?”  “Eesha sayang. . . jangan melemparkan sepatu yang kamu gunakan, letakkan dengan rapi di lemari sepatu di dekat pintu. . .”  “Maaf, Bu. . .” jawab Eesha dengan merapikan sepatunya yang baru saja dilemparkannya. “Kakak mana, Bu?” tanya Eesha untuk kedua kalinya.  “Kakakmu pulang malam karena ada pekerjaan di kota dan sepertinya Kakakmu akan sering pulang mulai hari ini.”  Eesha segera menekuk wajahnya dan menunduk kesal, “Padahal kakak bilang mau membantuku mengerjakan tugas. .“ “Kalau begitu. . . bagaimana jika Ibu yang membantumu mengerjakan tugas, putri kecilku?”  “Sepertinya aku tidak punya pilihan lain selain menerima bantuan Ibu. . .”  “Jawaban apa itu. . .?” tanya E
Baca selengkapnya
NOTE 3 HUJAN MERAH PART 1
Rhea tersenyum senang memandang coklat di dalam tas tangannnya sembari berdiri di pinggir jalanan kota yang sunyi. Angin malam yang dingin berhembus kencang membuat Rhea mengecangkan mantelnya dan memeluk tubuhnya sendiri untuk menghalangi tubuhnya terkena hembusan angin malam yang dingin. Untuk sesaat Rhea merasakan bulu kuduknya berdiri dan perasaan takut menjalar ke seluruh tubuhnya tanpa alasan. “Mungkin ini disebabkan angin malam yang dingin. . .” pikir Rhea Dari kejauhan, Rhea melihat seorang pria berjalan mendekat ke arahnya dengan perlahan. Senyum kecil di sudut bibirnya terlihat jelas oleh Rhea. Pria itu berjalan semakin dekat, membuat Rhea semakin jelas melihat pria asing itu. Gambaran yang diberikan pelayan café di tempat Rhea bekerja sesuai dengan ciri – ciri pria asing yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Rhea mendengus kesal ke arah pria asing yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya. “Ada apa Tuan meminta be
Baca selengkapnya
NOTE 4 HUJAN MERAH PART 2
Setelah itu, Eila kembali ke rumahnya bersama dengan Rania, Amartya, dan Ganendra. Eila kemudian segera berangkat bersama dengan dua polisi yang menunggunya sementara Rania menunggu Eesha yang masih asyik mandi dengan bernyanyi kencang. Begitu keluar dari kamar mandi, Eesha terkejut mendapati di rumahnya sudah ada Rania, Amartya dan Ganendra yang duduk di ruang keluarganya. “Nenek Rania. . .” kata Eesha terkejut menatap ke arah Rania, “kenapa Nenek ada di sini bersama dengan Rama?” Eesha kemudian menatap ke arah Ganendra dengan tatapan penasaran, “Siapa paman ini, Nek? Ibuku ke mana?” Rania tersenyum memandang ke arah Eesha, “Ibumu ada urusan mendadak dan harus berangkat ke kota pagi – pagi sekali. Jadi ibumu menitipkanmu bersama dengan Nenek hari ini. untuk hari ini, kamu tinggal di rumah nenek ya? Bersama dengan Amar dan Ganendra.” “Ibu pergi?” tanya Eesha tidak percaya. “Iya, sayang. Ibumu berpesan kalau kamu ingin libur
Baca selengkapnya
NOTE 5 JANJI YANG DILANGGAR
Sesuai dengan perintah Rania, Eesha berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki bersama dengan Ganendra yang menggendong Amartya di punggungnya. Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Eesha terus menyanyikan sebuah lagu yang membuat telinga Amartya sakit ketika mendengarnya. Lebih baik melihatmu dari jauh, tidak berani berharap bisa bersamamu.  Dengan hati – hati, kusembunyikan kasih sayang di hati.  Bahkan jika air mata jatuh menjadi hujan.  Bahkan jika kata – katamu sedingin es.  Jika kekasih tidak bisa bersama, lebih baik merindukanmu di dalam hati.  Amartya yang sudah tidak bisa menahan rasa sakit di telinganya, akhirnya membuka mulutnya. “Berhentilah bernyanyi. . .” teriak Amartya dengan kesal. “Apakah suaraku seburuk itu?” tanya Eesha menghentikan langkahnya dan menatap Amartya di punggung Ganendra. “Ya, bu
Baca selengkapnya
NOTE 6 TIGA ANAK DAN PETUALANGAN KECIL MEREKA
Jam sekolah berakhir, Kiran dan Eesha duduk menunggu di dekat gerbang sekolah. “Tadi pagi. . .” kata Kiran yang penasaran. “Kamu bersama dengan siapa, Eesha?” Sejak pagi, Kiran sudah menahan rasa penasarannya ketika melihat Eesha datang ke sekolah bersama dengan seorang Paman tampan dengan anak laki – laki di punggungnya. Kiran hendak bertanya pada Eesha namun seharian ini Eesha sibuk bersama dengan teman – teman perempuannya karena Eesha membawa banyak coklat. Layaknya gula yang dikelillingi oleh semut, tak ada celah sedikit pun untuk Kiran bertanya kepada Eesha. “Tadi pagi?” tanya Eesha mengingat kejadian di pagi hari. Tidak lama kemudian Eesha menyadari maksud dari pertanyaan yang diajukan Kiran kepadanya. “Ah, itu. . . cucu Nenek yang tinggal di dekat rumahku. Sepertinya nanti malam, aku harus menginap di ruman Nenek Rania, karena ibuku mendadak harus pergi ke kota dan mungkin tidak akan pulang.” “Ke kota? Kenapa?” Kiran semakin pe
Baca selengkapnya
NOTE 7 AWAL MIMPI BURUK EESHA
Rajendra mengemudikan mobilnya mengantarkan Eila kembali ke rumahnya di pinggiran kota. Kondisi jalanan yang sedikit gelap membuat Rajendra harus benar – benar fokus untuk melihat agar keduanya bisa sampai dalam keadaan selamat. “Maafkan saya karena telah merepotkan, Bapak. . .” kata Eila memecah ketegangan Rajendra yang sejak tadi fokus melihat ke arah jalanan yang sedikit gelap. “Tidak apa – apa, ini bukan masalah,” jawab Rajendra dengan sedikit rileks. “Saya juga ingin memeriksa ke tempat di mana Ibu tinggal. Saya ingin bertemu dengan anak Ibu dan temannya itu. Saya harus menemukan dari mana lagu itu berasal. Mungkin dengan menemukan asal lagu itu, saya bisa menemukan jejak Hujan Merah yang selama ini sulit sekali ditemukan.” “Apakah mungkin lagu itu yang menjadi penyebab tewasnya putri saya?” tanya Eila ragu – ragu. “Saya masih menduga lagu itu ada hubungannya dengan pembunuh berantai Hujan Merah. Tapi itu masih hanya sebuah dugaan
Baca selengkapnya
NOTE 8 PERBURUAN MALAM PART 1
Ishya, Ibu kiran tiba – tiba terbangun dari tidurnya ketika tidak sengaja tertidur di ruang tengah rumahnya. Untuk pertama kalinya, Ishya berpisah dengan Kiran, putra kesayangannya dan perasaan gelisah langsung menyerbu Ishya. Ishya memijat dahinya dan merasakah sesuatu yang buruk dalam pikirannya. Ishya bangkit dari duduknya dan segera mengambil mantel hangatnya. Dengan menerobos gelapnya malam, Ishya memberanikan diri membuka pintu rumahnya dan berjalan keluar rumah. Entah kenapa sesuatu yang buruk terlintas di kepalaku. Putraku, Kiran. Aku harus menemui Kiran dan memastikan keadaannya baik – baik saja. Kuharap ini hanya pikiranku saja. Kuharap kamu baik – baik saja, Kiran putraku. Tidak lama kemudian. . .Rania bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke depan pintu rumahnya. Suara ketukan pintu di malam hari sempat membuat Rania merasa sedikit tidak enak. Terlebih lagi, cucunya Amartya yang masih belum pulang membuat perasaa
Baca selengkapnya
NOTE 9 PERBURUAN MALAM PART 2
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Kiran, Hujan Merah tersentak dan terkejut. “Dari mana kamu tahu nama itu, anak kecil?” Kiran menemukan celah. “Jika Paman ingin tahu dari mana aku mendengar nama itu? Maka turunkan dulu pistol Paman dan biarkan dua temanku menjauh dari sini.” Hujan Merah menyeringai ngeri ke arah Kiran dan memuji keberanian Kiran. “Kamu masih anak – aank tapi kamu cukup pintar dan berani. Kamu bahkan berani mengajakku untuk bernegosiasi di saat seperti ini. Kurasa kamu bukan anak biasa. Sepertinya, kamu benar – benar sudah tidak merasa takut lagi, anak kecil?” “Kuanggap itu pujian, Paman. Kuakui nama itu sangat penting bagiku. Aku harus menemukan pemilik nama itu karena suatu alasan tapi, nama itu tidak lebih penting dari keselamatan dua temanku. Jadi, Paman mau mendengarkan permintaanku?” tanya Kiran dengan senyuman kecil di bibirnya. Hujan Merah tertawa keras mendengar jawaban Kiran. “Baik
Baca selengkapnya
NOTE 10 SANG PENYANYI
 Dua puluh tahun kemudian. . . Setelah selesai berjalan – jalan melihat trailer dari film perdananya di papan billboard, Eesha kemudian memlih untuk duduk di café di pinggir jalanan kota dan menikmati gelas besar es krim strawberry dan teringat kenangan lamanya bersama dengan Kiran.  “Kamu mau es krim, Kiran? Bibi di kantin dengan sengaja memberiku dua es krim karena membantunya membersihkan sampah di depan kantin.”  “Bisa aku minta yang strawberry?” tanya Kiran.  “Strawberry? Kenapa Strawberry? Biasanya anak laki – laki sangay suka dengan es krim rasa coklat.”  “Aku lebih suka es krim dengan rasa strawberry. Apakah tidak boleh?”  “Baiklah kalau begitu. Kiran yang rasa Strawberry dan aku akan makan yang rasa coklat.” Eesha tersenyum.  “Kamu tidak keberatan aku meminta yang rasa strawberry?”&nbs
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status