Zhiya menoleh. “Belum. Aku ragu,” lirih Zhiya. “Bagaimana kalau-“ Belum sempat Arga menyelesaikan perkataannya, Zhiya langsung menyela. “Tidak, Arga. Aku bahkan tidak tau apakah medis akan paham dan percaya dengan apa yang aku alami,” tolak Zhiya. “Tidak ada salah nya mencoba, Zhiya.” “Terimakasih Arga. Tapi, aku tidak mau menemui siapapun maupun konsultasi seperti yang kau sarankan,” ujar Zhiya. Gadis itu kemudian membereskan dokumen yang berserakan dimejanya guna mengalihkan pembicaraan. Arga yang melihat itu, memilih pergi meninggalkan ruangan Zhiya dan membiarkan gadis itu menenangkan dirinya. Malam itu, saat mereka berdua menutup museum setelah jam lembur, Zhiya berhenti di depan pintu kaca besar yang menghadap taman. Bulan separuh menggantung di langit. Arga berdiri di sampingnya, diam, tapi tatapannya selalu waspada. “Terima kasih, Arga,” kata Zhiya pelan. “Aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku. Tapi kalau kau tidak ada di sini… mungkin aku
Last Updated : 2025-11-12 Read more