Hanifa Larasati dikhianati oleh suaminya yang tertarik pada gadis lain yang lebih muda. Pengkhianatan itu ternyata diketahui juga oleh Adam, teman masa kecilnya yang diam-diam menyukainya. Hani yang seperti kehilangan pegangan, kembali dekat dengan Adam yang dengan sukarela membantu dirinya untuk mengungkap perselingkuhan suaminya. Sayangnya, bukan hanya perselingkuhan yang kemudian mereka ungkap dalam hal ini. Tanpa sengaja mereka pun menemukan bukti kejahatan berupa bisnis prostitusi online yang dilakukan oleh keluarga Reyfan, suami Hani. Karena merasa bukan bidangnya, Adam kemudian meminta bantuan kepada seorang sahabatnya, Daniel Devanno, yang merupakan seorang aparat penegak hukum berpangkat perwira. Tak disangka, Daniel justru jatuh cinta pada Hani. Lalu siapakah yang akan dipilih Hani nantinya? Adam ataukah Daniel?
view more[Uang semesteran udah aku transfer ya, Sayang.]
Itu bunyi pesan w******p yang baru saja aku terima dari nomer HP Mas Reyfan, suamiku. Uang semesteran? Kapan aku pernah bilang butuh uang buat semesteran? Sedangkan anak kami saja, Keenan, usianya baru 3 tahun dan belum bersekolah.
Sayang? Kapan juga suamiku itu pernah memanggilku dengan sebutan manis seperti itu? Panggilannya untukku kan 'Mama', dan itu pun lebih karena membiasakan panggilan untuk anak kami.
Saat kami sedang berdua saja, dia bahkan hanya memanggilku 'Hani'. Bagus sih kalau itu Bahasa Inggris, jika terdengar di telinga orang maka seolah-olah dia sedang memanggilku 'Sayang'. Tapi sayangnya, itu namaku, Hanifa Larasati. Jadi, siapa itu yang sedang dia kirimi pesan sebenarnya?
Hanya sepersekian detik aku memandangi pesan dengan dahi berkerut sebelum kemudian tulisan itu mendadak hilang dari layar ponselku. Aku kaget bukan kepalang, kenapa pesannya dihapus? Tapi karena sudah terlanjur penasaran, akhirnya kuberanikan diri untuk mengetikkan sesuatu padanya.
[Uang semesteran apa ya, Mas?]
Dari status akunnya, Mas Reyfan terlihat masih online. Tapi pesan yang kukirim barusan tak jua dibacanya. Baru sekitar 3 menit berikutnya dia terlihat sedang menuliskan sesuatu.
[Itu Han, tadi ponsel Mas dipinjem sama temen buat kirim pesan ke adiknya. Ponsel dia ketinggalan di rumah.]
[Oooh gitu ya?]
[Iya, ngomong-ngomong, uang bulanan kamu masih kan?]
Dia tiba-tiba bertanya, yang justru membuatku semakin curiga. Tumben dia nanyain uang bulananku. Biasanya juga langsung dia kasihkan tunai tanpa basa-basi. Entah apakah itu cukup atau kurang. Dia bahkan tidak pernah bertanya. Mendadak aku merasa seperti ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suamiku itu. Tapi apa?
.
.
.
Sore harinya saat mas Reyfan pulang dari kantor, aku berniat memeriksa isi ponselnya. Meskipun hal itu adalah sesuatu yang jarang kulakukan selama hampir 5 tahun hidup bersamanya.
Saat Mas Reyfan sedang mandi, kuputuskan untuk mengambil ponselnya yang seperti biasa diletakkan di atas nakas kamar kami. Perlahan mulai kunyalakan ponsel itu, tapi sebuah notifiķasi yang muncul membuatku kaget.
[Masukkan PIN]
Apa? Jadi dia mengunci ponselnya? Sejak kapan ya? Sayangnya, aku tak bisa menemukan jawaban dari pertanyaanku itu. Tentu saja tidak, karena selama ini aku tak pernah iseng membuka-buka ponselnya. Apakah biasanya juga dia mengunci ponselnya sebelum kudapati pesan aneh yang nyasar ke nomerku tadi siang? Segala prasangka buruk tiba-tiba saja menggelayuti pikiranku. Jika kutanyakan padanya berapa PIN ponselnya, dia pasti akan curiga dan pasti akan lebih sulit untukku menyelidiki kebenarannya.
Dengan kecurigaan yang menggunung, alhasil aku tak bisa memejamkan mata malam itu. Sampai hampir jam 12 malam, aku hanya bisa kelap-kelip memandangi langit-langit kamar. Sementara itu, mas Reyfan sudah terlelap sedari 2 jam yang lalu. Sedikit putus asa karena tak jua bisa memikirkan langkah selanjutnya yang bisa kulakukan, iseng kutulis sebuah status di akun w******p ku. 'Semoga saja tidak' dan langsung ku post.
Setelah itu, aku memejamkan mata mencoba menenangkan pikiran agar segera bisa terlelap. Namun aku terkejut ketika tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselku.
[Han, belum tidur?]
Sebuah pesan dari seorang teman lama sontak membuatku terkejut.
Aku dan Adam adalah teman satu SMA dan rumah orang tuanya juga satu kompleks dengan tempat tinggal orang tuaku. Tapi selama aku mengenalnya, belum pernah sekalipun kami bertegur sapa lewat dunia maya. Kami sama-sama menyimpan nomer kontak pun, itu karena dulunya kami pernah berada dalam satu organisasi kepemudaan di daerah kami.
[Belum, Dam.]
Aku menjawab cukup singkat. Bingung juga harus mengobrol apa dengannya. Selain juga karena aku tak biasa melakukan chat dengan lawan jenis setelah menikah, kecuali hanya dengan suamiku.
[Kamu nggak ada rencana pulang ke rumah orang tua kamu dalam waktu dekat, Han?]
Ini lebih aneh lagi. Kenapa dia tiba-tiba bertanya hal yang bernada perhatian seperti itu?
[Belum ada Dam, bapak ibuku sehat kan?]
[Alhamdulillah, sepertinya sehat. Tadi sore aku ketemu mereka jalan-jalan di depan kompleks.]
[Syukurlah kalau gitu.]
[Oya, Han. Suamimu sekarang ambil kuliah lagi ya?]
Setelah tak ada chat beberapa menit, lagi-lagi pertanyaannya membuatku kaget. Kenapa mendadak perasaanku mengatakan jika dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu padaku?
[Setauku nggak tuh, Dam. Ada apa memangnya?]
[Oooh, nggak sih. Nggak ada apa-apa.]
Mendengar jawaban 'tidak' nya itu aku justru semakin curiga. Aku yakin ada sesuatu yang dia ketahui tentang suamiku.
[Dam, pliss katakan ada apa? Jika kamu mengetahui sesuatu, tolong kasih tau aja.]
Aku begitu yakin Adam memang mengetahui sesuatu. Lama dia tidak membalas pesan dariku, hingga akhirnya beberapa menit kemudian kulihat dia mulai mengetikkan sesuatu lagi.
[Nggak ada apa-apa kok, Han, aku kira suami kamu kuliah lagi, soalnya beberapa kali aku lihat dia di kampusku. Mungkin sedang ada urusan, atau aku saja yang salah lihat.]
Ya Tuhan, adakah semua ini ada hubungannya dengan isi pesan yang dikirimkan mas Reyfan padaku tadi siang? Tidak, aku yakin Adam tidak salah lihat. Naluriku berkata itu memang benar suamiku. Kemudian aku berpikir aku harus menemui Adam secepatnya. Mungkin dia bisa membantuku mengungkap rahasia yang sedang disembunyikan suamiku saat ini.
Satu bulan setelah pertemuannya kembali dengan Santi, hari ini keduanya nampak sedang duduk di sebuah ruang pertemuan di salah satu sudut kantor Adam.Di hadapan keduanya ada 4 orang karyawan inti di perusahaan Adam yang sedang menghadap ke arah mereka. Nampak di depan mereka tumpukan berkas yang baru saja selesai dibahas."Jadi rencanaku bisnis kosmetik ini nantinya akan seperti itu. Bagaimana menurut kalian?" tanya Adam pada keempat anak buahnya."Bagus, Pak. Saya rasa ide ini sangat cemerlang mengingat pasar kosmetik yang saya lihat saat ini sedang lesu-lesunya. Hampir tak ada brand baru yang muncul akhir-akhir ini," ujar salah satu karyawan itu."Iya itu maksudku. Ya sudah kalau gitu kita cukup
Malam itu entah kenapa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Adam. Kedatangan mantan karyawannya dengan penampilan yang sedikit berbeda namun masih sama malu-malunya itu membuatnya justru susah untuk lupa.Dari sejak lelaki itu menginjakkan kaki di rumah orangtuanya, Adam hanya terlihat mondar mandir dari kamar menuju balkon. Secangkir kopi dibawanya ke sana kemari dengan perasaan kacau yang sulit dia mengerti sendiri."Lagi ngapain kamu, Dam? Mama perhatikan dari pintu tadi kayak orang lagi bingung gitu?"Ibunya yang sedari tadi mengamati tingkah aneh putranya menghentikan langkahnya di pintu balkon."Mama ngagetin aja." Muka Adam langsung memerah karenanya.
Beberapa minggu setelah pertemuannya dengan mantan bosnya, gadis itu melakukan treatment di sebuah klinik kecantikan. Hani juga telah membekalinya uang yang cukup untuk dia belanjakan beberapa potong baju yang akan lebih membuatnya percaya diri saat bertemu dengan Adam nanti.Dan siang itu adalah hari yang telah direncanakannya untuk menemui Adam. Santi melangkah dengan penuh kayakinan menuju ke kantor Adam usai turun dari taksi online yang ditumpanginya."Bisa saya bertemu dengan pak Adam?" tanyanya pada resepsionis."Maaf, apa ada sudah janji sebelumnya, Bu?" tanya balik sang gadis dengan seragam warna violet itu."Mmmm."Santi mulai men
Rapatnya Hani menyimpan rasa shock atas pertemuannya dengan Adam, bahkan membuat Daniel pun tak menyadari bahwa istrinya memang sedang sedikit tak enak badan hari itu. Sampai-sampai lelaki itu setengah memaksa mengajak sang istri untuk mau ikut bersamanya keluar larut malam.Hanya untuk membuat Daniel tak cemas dengan kondisi dirinya yang memang sedang kurang baik setelah kejadian yang menimpa siang harinya, Hani pun terpaksa menuruti ajakan suaminya.Daniel membawa istrinya ke sebuah Kafe bernuansa outdoor di daerah pinggiran kota malam itu. Mereka tiba di tujuan saat hari telah lewat. Meski begitu, suasana masih terlihat lumayan ramai. Tempatnya yang didesain sangat romantis ternyata sedikit membawa suasana hati Hani menjadi lebih membaik."Kamu suka temp
Tubuh Hani masih gemetar, bahkan ketika mobilnya sudah memasuki halaman rumah. Usai Adam membiarkannya pergi dari parkiran mall, wanita itu mengendarai dengan sangat pelan sembari berusaha menenangkan kembali gejolak di dalam dadanya. Kalimat demi kalimat Adam terngiang-ngiang di kepalanya seolah tak mau pergi."Lho, Bu Hani kenapa?" Bik Marni yang saat itu sedang bermain bersama dengan Tasya dan Keenan di serambi rumah sedikit kaget melihat Hani nampak seperti orang linglung saat keluar dari mobilnya di garasi.Sesaat Hani baru menyadari ada yang memperhatikannya. Buru-buru wanita itu menggeleng."Enggak kok, Bi'. Cuma agak pusing sedikit," jawabnya.Lalu dengan sigap, Bi' Marni pun segera m
"Sudah dibayar sama mas yang di sana, Bu."Hani dan 3 orang teman wanitanya saling pandang. Lalu bersamaan menoleh ke arah yang di tunjuk oleh kasir restoran."Yang mana? Yang di dalam ruangan itu?" tanya salah seorang teman Hani."Iya, yang sedang memimpin rapat itu, Bu."Hani tak mungkin tak mengenalnya. Di dalam ruang meeting dengan dinding kaca itu memang ada Adam dan beberapa orang yang mengenakan seragam yang dia kenali sebagai karyawan kantor Adam."Kamu kenal, Han?" tanya salah seorang temannya lagi, melihat Hani seolah sedang menunggu orang itu membalikkan badan untuk melihat ke arah mereka.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments