OTW Menjanda

OTW Menjanda

By:  Melo_di_Kata  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
41Chapters
10.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Cerai? Siapa yang mau. Dimadu? Apalagi. Namun bagi Renata, lebih baik cerai daripada dimadu. Membiarkan pelakor masuk ke dalam rumah tangganya dengan Bagastya, sama saja minum racun siang bolong. Cuih, cuih, cuih ... tidak sudi! Sementara bagi Bagas, hidupnya tanpa harta, tahta, dan Renata tak akan sempurna. Makanya lelaki tersebut enggan menceraikan Renata.

View More
OTW Menjanda Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mad Dawg
cerita author bagus2, tapi kok kenapa di tengah2 cerita stop. ga upload lagi. lama2 sebel juga. saya ganti cerita ternyata sama juga stop di tengah2.
2023-06-08 22:27:46
0
user avatar
widya widya
ceritanya bagus. tp up nya lama sih thor.. udh bela2in beli koin untuk baca cerita ini. Ayo up thor...
2022-08-08 16:36:43
0
user avatar
galaxy official
ini gak lanjut kah thor?? bagus ceritanya
2022-08-08 07:50:53
0
41 Chapters
OTW 1
Renata tertegun menatap Bagastya. Mereka kini duduk berseberangan dipisahkan meja makan. Lelaki berusia tiga puluh tahun yang telah empat warsa menjadi suaminya itu hanya memandangi map plastik berwarna putih susu yang berisi bukti gugatan serta daftar berkas yang harus disiapkan untuk mengurus perceraian. Disentuh pun tidak, apalagi dibaca. Ia bahkan memasang mimik wajah datar seolah tengah menanggapi kabar tidak penting. Mimik wajahnya saat membaca koran bahkan lebih ‘hidup’ dari saat ini.Renata mendorong map itu ke arah Bagastya hingga berada tepat di depan tubuh lelaki berperawakan sedang itu. “Nih, dibaca baik-baik, jangan sampai nggak paham.”Bagastya memandang istrinya sejenak. Sorot matanya jelas-jelas menunjukkan rasa tidak terima. Ia tidak pernah menduga bahwa Renata bersungguh-sungguh dengan ancaman untuk mengajukan gugatan cerai. Pernikahan mereka memang diwarnai pertikaian tiada ujung. Ia bahkan telah memiliki kekasih untuk menghib
Read more
OTW 2
Ternyata mengurus perceraian ASN itu tidak semudah membalikkan tangan. Setelah Renata mengajukan gugatan cerai, tidak serta merta kasus mereka diproses. Bagastya harus mendapatkan izin dari atasannya. Itu berarti, pria itu harus membuat surat permohonan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari atasannya. Tidak hanya selembar surat itu saja yang harus diurus Bagastya di kantor, melainkan beberapa berkas seperti berita acara pemeriksaan oleh unit kerjanya. “Bagas, mana surat rekomendasi dan berita acara pemeriksaan dari atasanmu?” pinta Renata di ruang tengah saat pria itu pulang kerja.Mereka tidak jadi pisah rumah karena Bagastya mengotot tidak mau pindah bila tidak dibereskan barang-barangnya. Renata menahan gengsi dengan tidak mau melakukan perintah suaminya. Ia sendiri malas bertengkar. Pernah terpikir untuk melempar benda-benda milik sang suami ke jalan. Setelah dipikirkan kembali, ia tidak tega merusak citra diri sebagai wanita terhormat. Masa iya, mengamuk seperti
Read more
OTW 3
Kotak berbagai ukuran masih terus keluar dari rumah Renata menuju rumah sebelah. Beruntung jalan di depan kediaman mereka itu adalah pembatas kompleks yang langsung berhadapan dengan sungai dan hutan kota sehingga aktivitas pindahan itu tidak perlu disaksikan oleh penghuni lain. Renata malas saja menjawab pertanyaan orang mengapa ia pindah.Oh, kami akan bercerai, sehingga memutuskan berpisah rumah. Renata meringis membayangkan reaksi orang-orang atas kabar tak sedap itu. Akan tetapi, itulah yang harus ia hadapi di hari - hari mendatang.Peluh membasahi wajah dan baju Renata. Napasnya terengah saat mengangkat kardus terakhir keluar rumah. Baru melangkah beberapa tapak dari pintu gerbang, sebuah mobil kecil berwarna putih menepi lalu berhenti di depannya.“Renata? Angkut - angkut apa?” Wajah manis berhidung mancung dan berambut ikal muncul dari balik kaca jendela yang diturunkan.Renata mengeluh dalam hati. Ia kenal wanita ini, janda penghuni rumah di ujung ja
Read more
OTW 4
Pacarku itu cuma satu, Dewi!Teganya Bagastya mengucapkan kalimat penghinaan itu padanya. Apa dia tidak sadar telah menyakiti hati istrinya, bagai menyayat dengan sembilu?"Renata! Jawab!" desak Bagastya."Jawab dulu, kamu ada hubungan apa sama Ines? Kamu pacaran juga dengan dia?""Enggak, dong! Ines belum terbukti bisa punya anak. Ngapain aku coba-coba sama dia?"Ooo, jadi semua ini masih tentang anak? batin Renata. Dewi memang memiliki satu anak. Ia telah berpisah dari suaminya dua tahun yang lalu. Entah bagaimana status pernikahan mereka. Apakah telah bercerai secara resmi atau masih menggantung, Renata tidak mau menelisik lebih lanjut. Dari mana Renata tahu perihal Dewi? Oh, Renata punya banyak kenalan dan hobi stalking. Menggali informasi adalah salah satu keunggulan yang ia miliki yang mengantarkannya mendapatkan klien - klien kelas kakap sebagai nasabah perusahaan sekuritas tempatnya bekerja."Kalau udah tahu dari In
Read more
OTW 5
Renata pasrah dalam gendongan Bagastya. Beruntung kasur mereka belum dibereskan sehingga masih bisa digunakan. Sebenarnya Renata tadi sudah melipat bed cover dan hendak melepaskan seprei.Entah mengapa, tangannya berhenti melepas karet-karet dari sudut kasur dan justru merapikannya kembali. Ia bahkan membentangkan bed cover lalu merebahkan diri di atasnya seraya mengelus permukaan kain yang lembut dan harum itu dengan penuh perasaan, seolah tengah membelai seseorang yang biasa berbaring di sana. Seiring dengan itu, hatinya retak dan kepingannya rontok satu demi satu. Ia merindukan sosok yang selalu ditemui saat membuka mata di pagi hari. Sosok yang kini membaringkannya di sini dan merapatkan tubuh hingga napasnya terasa membelai kulit.“Renata ….” Bagastya mengerang lirih seraya menyibakkan rambut Renata yang menutupi wajah. Panggilan itu terasa dipenuhi luka.“Bagas ….” Renata membalas dengan dengan lirih, lebih mirip desahan. Ia merindukan pria ini sampai ke sums
Read more
OTW 6
Darah Renata memanas. Tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari Bagastya, ia membalikkan badan hendak turun. Ternyata ia tidak bisa pergi begitu saja. Tangannya ditahan dengan kuat oleh suaminya. Bagastya menarik paksa tubuh sang istri yang masih tanpa busana hingga ambruk ke sisinya. Mereka baru saja menikmati momen yang luar biasa. Mengapa harus dirusak dengan pertikaian? "Ayolah, jangan berdebat. Aku masih ingin memelukmu seperti ini, Renata," mohon pria itu dengan nada memelas. Renata tidak melawan. Ia balas melingkarkan lengan di pinggang lelaki itu. "Aku juga masih ingin seperti ini. Enggak cuma sebentar, tapi selamanya.""Renata, aku mohon dengan sangat. Ini bukan cuma demi kesenanganku, tapi demi Mama. Kamu mungkin marah karena merasa tidak adil. Tapi, coba, kalau kamu ada di posisi mama atau ada di posisiku. Apa yang kamu rasa?""Kok kamu gitu? Kalau sebaliknya, kamu jadi aku, apa yang kamu rasa?""Loh, kalau kita enggak punya anak
Read more
OTW 7
Renata memang selalu melepas Bagastya berangkat di pagi hari. Jarak tempuh kantor suaminya serta jalur yang kerap macet, mengharuskan Bagastya berangkat lebih pagi. Ia sendiri lebih santai, karena kantornya bisa dijangkau tidak lebih dari lima belas menit dan ketika tiba saat berangkat, daerah tersebut bebas macet. Keberangkatan Bagastya kali ini berbeda, karena pria itu tidak akan pulang lagi ke rumah ini. Napas Renata tersengal saat Bagastya mengambil tas selempang, menggantungnya di bahu, kemudian membalikkan tubuh. Matanya kabur menatap punggung yang mengenakan setelan kemeja putih dan celana hitam itu berjalan perlahan menuju pintu. Langkah demi langkah lelaki itu seolah meruntuhkan keping demi keping bahtera mereka yang tersisa. Harapan pun luruh. Begitu Bagastya tidak terlihat, Renata menghambur ke jendela depan, menyaksikan suaminya memasuki mobil dan menghilang dari pandangan. Selesailah sudah.Pernikahan empat tahun berakhir pada hari ini. Sel
Read more
OTW 8
Renata merapikan rumah dan letak perabot yang tersisa agar terlihat menarik untuk ditawarkan kepada calon penyewa. Ia memastikan seluruhnya dapat digunakan dengan baik. Beberapa bagian tembok yang terlihat kusam telah dicat kembali sehingga tampilan rumah itu semakin cerah. Sekarang tinggal menunggu kabar tentang calon penyewa dari Ines. Sudah tiga hari ia dan Bagastya tidak berkomunikasi. Kontak terakhir hanya berupa pesan singkat dari Bagastya yang mengabarkan bahwa barang-barangnya telah sampai dengan selamat. Itu saja. Renata juga tidak berharap lebih. Pasti pria itu semakin fokus dengan calon istrinya. Mungkin mereka tengah sibuk merencanakan pernikahan.Ah, mengapa masih saja ada rasa nyeri di hati bila mengingat itu? bukanlah ia telah memantapkan hati untuk melupakan masa lalu. Bahkan tiga hari yang lalu ia memasukkan barang-barang Bagastya dengan hati riang. Mengapa tidak mendengar suaranya ia gelisah seperti ini?Lebih parah lagi, Bagastya ternyata b
Read more
OTW 9
Renata menyambut uluran tangan Satria dengan berdebar. Tangan itu besar dan genggamannya kokoh. Akan tetapi, rasanya dingin. Mau tak mau Renata mendongak untuk menatap wajahnya dan mendapati sepasang mata tajam bagai mata elang yang terbingkai dalam raut wajah yang tegas."Renata, Pak." Jawaban Renata terdengar parau. Ia tiba - tiba merasa tidak percaya diri di hadapan pria itu."Silakan duduk dulu, Pak," saran Ines seraya memberi isyarat dengan tangan. "Mau minum apa?"Satria menarik kursi, kemudian duduk dengan anggun. "Tidak usah, terima kasih. Jangan panggil, Pak. Kita seumuran, 'kan?"Renata dan Ines mengangguk bersamaan. "Emang umur Abang berapa?" tanya Ines tanpa malu. Renata langsung menoleh pada temannya itu. Ia heran mendapati sorot berbinar dalam sepasang mata lebarnya.Satria kembali tersenyum. "Bisa menebak?""Tiga puluh?""Tiga puluh satu?"Ines dan Renata menyahut bersamaan. Pria tampan itu kembal
Read more
OTW 10
Renata merasa lega akhirnya rumah itu laku disewa. Uangnya lumayan, begitu pula penghuni baru itu. Sebagai tetangga, Satria begitu menggairahkan. Apakah jalan mereka akan beriringan di masa depan? Renata memang tidak berharap banyak. Akan tetapi, bukan sebuah kebetulan bila pria itulah yang mengontrak rumahnya, bukan?“Abang enggak bawa mobil, kan? Gimana kalau saya antar?” tanya Ines.Lagi-lagi Renata kagum dengan kebrangasan kecepatan tindakan wanita itu. Barangkali karena pedagang, ia terbiasa menangkap peluang dengan sekejap mata.“Oh, saya pesan taksi online aja. Rumah saya kan jauh. Nanti merepotkan,” tolak Satria secara halus. Ines terlihat kecewa. Namun senyum Satria membuatnya bersemangat kembali, dan itu membuat perut Renata penuh. Ada apakah antara Ines dengan Satria?Seseorang mengetuk pintu. “Nah, si Pinah datang. Sebentar, ya!” Ines melesat ke depan untuk menerima orang itu. Saat kembali ke ruang tengah, di
Read more
DMCA.com Protection Status