Babu Jadi Menantu

Babu Jadi Menantu

Oleh:  Diganti Mawaddah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
11 Peringkat
62Bab
13.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa jadinya jika kamu dijodohkan dengan wanita yang memiliki keterlambatan dalam mendengar atau biasa kita sebut budeg(tunarungu)? Selain budeg, dia juga tulalit. Apakah pendamping hidup seperti ini bisa mendatangkan kebahagiaan dalam rumah tangga? Simak kisah rumah tangga berbalut komedi yang bisa bikin kamu ngakak sekaligus nangis. Jangan lupa simpan di reading list kamu dan tekan bintang limanya. Terima kasih

Lihat lebih banyak
Babu Jadi Menantu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Bulan Alfonsius
ma,af ini cerita diinovel juga ada yg asli yg mana iya
2024-03-24 18:43:29
0
default avatar
Ummu Yahya
kadang ngocok perut. kadang mewek juga love ama cerita ini
2024-02-07 11:27:41
0
user avatar
Arif Zaif
lope lope bunda author
2023-01-01 10:45:16
0
user avatar
Jasmine
sudah tunarungu tulalit lg... Parmii.... wkwk kocak!
2021-11-04 21:17:22
2
user avatar
Wulan Puspita
makasih kak, bagus banget kisah nya , emosi nya dapet, sedih nya ada, lucunya juga dapet sedih koin nya selalu abis xixixixiiii sukses selalu ya kak
2021-09-13 14:28:24
2
user avatar
Bee ♡
PARMI,BACA INI BENGEK TERLOVE POKOKNYA MAH.........
2021-08-16 16:24:47
2
user avatar
Khoirul N.
cerita author ini emang selalu menarik.
2021-07-25 14:44:18
1
user avatar
D_Van
Parmi Pe'a 😆❤❤❤
2021-07-22 22:40:06
1
user avatar
Titin M Saleh
makin ke sini makin kocak, xi xi xi ...
2023-07-09 15:33:00
0
user avatar
Titin M Saleh
ceritanya bagus bangettt
2023-07-02 14:49:25
0
user avatar
Titin M Saleh
kocak, suka
2023-06-22 18:54:16
0
62 Bab
1. Parmi namanya
Parmi tengah asik membersihkan telinganya dengan ujung korek api yang berwarna coklat di bagian ujungnya. Kebiasaan yang sangat sulit ia tinggalkan walau kini usianya tak muda lagi. matanya meram-melek menikmati kesahduan dalam melakukan ritual setiap pagi, bahkan sebelum salat Subuh. Suara kokok ayam dan alunan salawat dari musolah dekat tempat tinggalnya, menambah kenikmatan pagi sambil membersihkan telinga. “Jangan terlalu dalam, Mi. Begini aja kuping kamu udah bermasalah, segala pake dikorek setiap hari. Nanti tambah budek loh!” tegur Parni;kakak dari Parmi. Parmi yang tengah berjongkok, langsung menoleh lalu menatap kakaknya dengan wajah tanda tanya. “Ngomong apa barusan?” tanya Parmi dengan polosnya. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Parni saat ini. Sudah pasti wanita itu tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaan adiknya. Baru saja dibilangin, udah beneran tidak dengar. Parni hanya bisa menggelengkan kepala, la
Baca selengkapnya
2. Berkenalan
Parmi sudah berada di Jakarta, tepatnya di depan pagar rumah majikan Mbak Yem. Bermodalkan alamat dari tetangganya itu, akhirnya Parmi sampai juga dengan selamat di sana. kepalanya celingak-celinguk mengintip keadaan rumah dari balik pagar. Rumah yang sangat sepi. Parmi memastikan alamat yang ia pegang, dengan nomor rumah yang ada tertempel di dinding samping pintu rumah. “Alamatnya sudah benar, tapi kenapa tak ada orang?” gumam Parmi.  “Assalamualaykum. Permisi! Ada orang gak? Halo! Ada orang gak?!” seru Parmi lagi dari balik pagar dengan suara sedikit berteriak. Tak lama kemudian, munculah seorang lelaki cukup dewasa dan tampan, hanya mengenakan celana boxer sebetis dan juga kaus dalam yang sudah memudar warnanya. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah pagar sambil mengucek kedua matanya. Untuk sesaat Parmi tak mampu berkata-kata. Kenapa lelaki Jakarta bangun tidur saja tampan seperti ini? Sangat b
Baca selengkapnya
3. Buang Angin
Selamat membaca. Wanita yang biasa dipanggil Parmi itu tengah menyapu ruang tengah, saat Anton baru saja tiba di rumah orangtuanya. Sambil melenggak-lenggokkan pinggulnya, mengikuti irama musik india kesukaannya.Prem ratan dhan payo (payo)Prem ratan dhan payo (payo)Rut milan ki layooPrem ratan...Dengan lincah Parmi menggoyangkan bahu dan pinggulnya, sambil berputar-putar."Parmi!" panggil Anton sedikit keras. Namun Parmi tidak mengindahkan, karena kedua telinganya tertutup headset."Parmi!" Panggil Anton lagi semakin kencang."Budeg kali ini pembantu, hadeehh!" Anton memijat pelipisnya, menatap miris Parmi yang masih meliuk-liuk dengan gagang sapu di tangannya. Wanita ini yang akan menjadi istrinya kelak. MasyaAllah ... tampaknya lebih error dari Bulan. Anton bermonolog. Disaat yang bersamaan, Parmi tersadar bahwa ada Anton, anak majikannya yang tengah menatapnya. Parmi menghentikan gerak
Baca selengkapnya
4. Sahur
Parmi sudah bangun dari pukul setengah tiga shubuh, menyiapkan menu sahur untuk keluarga tempat ia bekerja. Ada ayam goreng kremes, tahu tempe goreng, sambel, dan tumis pokcoy. Ada juga potongan buah pepaya dan melon yang ia siapkan, tak lupa teh lemon hangat. Semua sudah tertata rapi di atas meja makan. Parmi melirik jam di dinding sudah pukul setengah empat shubuh, waktunya ia membangunkan orang rumah untuk sahur. Parmi mengetuk pelan kamar Bu Rasti. Tak lama Bu Rasti keluar kamar beserta suaminya;Pak Andi. "Makanan sudah siap, Bu," ucap Parmi sambil tangannya menunjuk meja makan. Bu Rasti tersenyum."Tolong bangunkan Anton ya!" titah Bu Rasti pada Parmi, yang diikuti anggukan oleh Parmi. Parmi berjalan ke kamar Anton, lalu mengetuk pintu.TokTok"Pak, bangun, sahur!" Tak ada sahutan. Parmi mencoba kembali mengetuk pintu kamar Anton.TokTok"Pak, sahur!" panggilnya dengan setengah berteriak.
Baca selengkapnya
5. Celana dalam Abu
"Yang warna apa sih emangnya?" Parmi bertanya dengan polosnya. "Biru, abu-abu, kuning, merah, ya pokoknya warna warni," terang Anton dengan gusar. "Kayak pelangi ya, Pak, s*mpaknya," celetuk Parmi sambil terkekeh lagi. Ia melanjutkan kembali menjemurnya, seakan tidak terjadi apa-apa, padahal Anton sedang menunggu jawabannya, kemana semua dalaman yang biasa ia pakai?.  "Parmi, yee ... malah lanjut jemur, ini s*mpak saya mana?" Duh gue jadi sampak s*mpak dah nih ngomong sama pembantu budeg. Anton bermonolog. Parmi tidak mendengar, masih lanjut menjemur. "Parmi!" pekik Anton lagi, habis sudah pahala puasa ia hari ini. Emosi tingkat dewa berhadapan dengan Parmi. Parmi menoleh. "Apaan sih, Tuan?" "Ya Allah, s*mpak saya, saya mau ngajar. Cepat ini tolong carikan!" "Yang gini ya?" Parmi mengangkat s*mpak basah bewarna abu-abu. "Iya itu." Anton mengangguk. "Ya udah ini." Parmi hendak memberikan sempak basah
Baca selengkapnya
6. Anton setuju dijodohkan
"Bagaimana kalau kamu nikah sama saya aja?" "Parmi." Parmi masih melongo menatap Anton yang memanggilnya berkali-kali."Parmi boloooot!" kesabaran Anton mulai menipis."Ah, eh... Iya Tuan, ada apa?" tanya Parmi saat tersadar dari lamunannya, mengucek kedua matanya, memastikan bahwa tadi hanya sebuah hayalan."Sempet-sempetnya ngelamun," gerutu Anton sambil memainkan bola mata malasnya."Udah saya mau berangkat, jangan kelamaan nangis, ntar rumah saya banjir!" ucap Anton sembari melebarkan langkah kakinya meninggalkan kamar Parmi."Emang hujan?" Parmi mengintip ke arah jendela, sambil menggaruk kepalanya."Gak hujan, kok. Banjir apanya? Aneh banget punya anak majikan bolot," gumam Parmi lagi. "Lagian, ngelamun apaan tadi? Tuan bolot ngelamar aku, dih ogah! Udah aku bolot, nikah sama guru bolot, anaknya ya bolot bin bolotot bangetlah!" Parmi masih bergumam, mencebikkan bibirnya.****Hari in
Baca selengkapnya
7. Mengutarakan Niat
Sore ini buka puasa di rumah Anton, lebih terasa ramai, karena ada Iqbal yang bertandang kesana. Papa Anton juga pulang lebih awal, mereka semua berkumpul di meja makan."Enak banget kolaknya ya," puji Iqbal saat menyantap kolak buatan Parmi."Enak dong, buatan calon mantu Bude kamu ini," sahut Bu Rasti sambil menyeringai. Matanya melirik Anton, yang makan dengan khusyu."Kalau Anton gak mau, buat saya aja gak papa, Bude." "Enak aja, limited edition gitu mah, harus jadi mantu Bude."Ada ya, budeg limited edition!" celetuk Anton, bertepatan dengan Parmi yang lewat di dekatnya, sambil menenteng piring kotor yang ia bawa dari kamarnya. Karena Parmi lebih memilih buka puasa di dalam kamarnya."Siapa yang budeg? Tuan?" tanya Parmi melihat ke arah Anton cukup serius."Periksa Tuan, jangan dibiarkan nanti tambah parah, jadi tuna wisma. Tau kan tuna wisma itu apa?" Iqbal, Papa dan Mama Anton sudah terbahak mendengar percaka
Baca selengkapnya
8. Pulang Kampung
Tepat pukul tiga shubuh, mereka tiba di kampung halaman Parmi. Terlihat ibu dan kakak Parmi yang bernama Parni, sudah menunggu di pelataran rumah mereka. Rumah jaman dahulu dengan halaman luas, hanya saja masih berlantaikan tanah. "Parmi!" ibu Parmi setengah berteriak, menyusul Parmi. Diiringi Parni yang mengekori ibunya. Parmi dan yang lainnya turun dari mobil. Parmi tersenyum sangat senang, menyambut ibu dan kakaknya. Mereka berpelukan cukup lama, maklum saja sudah tiga bulan Parmi tidak pulang, sebelumnya, Parmi tidak pernah kerja jauh dari rumahnya. "Tuan, nyonya, bapak, tuan Iqbal. Kenalkan ini ibu dan kakak saya. " ucap Parmi memperkenalkan anggota keluarganya. Ibi dan kakak Parmi mencium punggung tangan Bu Rasti, Pak Andi, bahkan Iqbal dan Anton. "Eh, jangan Bu." Anton menepis lembut tangan calon mertuanya."Mari masuk Pak, Bu!" Bu Parti mempersilakan tamunya untuk masuk ke dalam rumah sederhana mereka.Semuanya duduk rapi
Baca selengkapnya
9. Lamaran
Pukul satu siang, keluarga Anton, kembali ke kediaman Parmi. Kedua tangan orang tua Anton, turut membawa bingkisan hantaran sederhana untuk Parmi. Bagaimana pun saat ini mereka sedang melamar anak gadis orang, jadi tetap harus dihargai dan diperlakukan sebaik mungkin. Semuanya kini tengah berkumpul di ruang tengah. Tampak Parmi duduk di samping ibunya, begitu juga dengan Parni, kakaknya."Jadi maksud kedatangan kami kemari adalah untuk melamar nak Parmi, untuk menjadi menantu di keluarga kami. Tepatnya untuk menjadi istri anak kami, Anton." Ucap Pak Andi dengan jelas. "Bagaimana, Bu. Parmi?" "Saya sebagai orangtua, sangat bersyukur akhirnya ada yang melamar anak gadis saya. Namun semua keputusan kembali lagi pada..""Huuuuaachhiimmm..." Parmi bersin di tengah-tengah keseriusan yang terjadi."Ehh ...maaf," ucap Parmi sungkan, sambil menutup hidungnya. Semua yang ada disana menyeringai, begitu juga Anton."Merusak suasana saja Si P
Baca selengkapnya
10. Salah Paham
Bu Rasti, Anton dan Parmi. Kini tengah mengantre di sebuah rumah sakit. Tepatnya di poli THT. Parmi bersikeras agar Anton memeriksakan kesehatan telinganya. Padahal berkali-kali Bu Rasti dan Anton memberitahukan bahwa telinga Anton baik-baik saja. Akhirnya Anton memberikan syarat kepada Parmi, agar ia juga ikut memeriksakan telinganya. Pada awalnya Parmi menolak, ia mengatakan bahwa ia mendengar cukup baik hanya sesekali suka budeg, tapi itu hanya sesekali katanya.Parmi duduk tepat tidak jauh dari Anton, sesekali Parmi melirik Anton, yang wajahnya terlihat sedikit kesal. Sedangkan Bu Rasti masih asik dengan ponselnya."Ngapain sih, Ma?" tanya Anton sambil melirik ke arah ponsel mamanya."Ini, mama lagi pilihkan baju kebaya untuk Parmi dan jas untuk kamu." sahut Bu Rasti, matanya masih fokus di layar ponsel."Sewa aja Mah, biar irit!" "Hush...nikah sama anak perawan, semua harus baru. Pamali ah sewa!" Anton memutar bola mata mala
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status