Seorang putri dari mantan mafia yang telah lama diasingkan, terpaksa harus kembali ke Inggris untuk menjalani perjodohan yang telah diatur. Grassiela Stamford, begitu terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang akan menjadi suaminya adalah lelaki asing yang pernah ia lihat belasan tahun silam. Mungkin pria itu tidak mengenalinya, mungkin juga pertemuan mereka dulu adalah sebuah kebetulan. Untuk pertama kalinya hati Grassiela berbunga. Namun seiring berjalannya rencana pernikahan, Grassiela menemukan fakta bahwa pria itu ternyata lebih licik dan lebih kejam dari dugaannya. "Aku bukan bagian dari orang-orang yang bisa kau kendalikan. Dan asal kau tahu, aku tidak akan pernah melupakan pertemuan ini," ucap Grassiela dingin bersama tatapan tajam pada pria di hadapannya. James Draxler berjalan mendekat. Tatapannya yang mendominasi membuat wanita itu menahan gugup. Lantas ia berkata di sela rahangnya yang mengetat, "jangan lupakan juga mengenai hubungan ini!" Murder and marriage Ambition and rapacious Manipulative and jealousy Wellcome to dark and hurt story BROKEN FLOWER Another side of agreement
View MoreBROKEN FLOWER
***
Ini adalah pernikahan yang sempurna. Ahli waris dari kerajaan bisnis di Rusia menikahi putri dari keluarga terpandang asal Inggris. Keduanya jelas tampak serasi. Tapi bukan kah kita menantikan sebuah drama?
Pertanyaannya adalah, apa lagi yang diinginkan si ambisius Draxler dengan menikahi seorang gadis misterius? Pria itu jelas memiliki segalanya. Lagi pula, bagaimana mungkin seorang gadis yang tak pernah terlihat sebelumnya tiba-tiba muncul di tengah keluarga Stamford dan menjadi bagian dari mereka?
Cukup menarik. Mari kita bertaruh, berapa lama usia pernikahan mereka? Para penggosip sudah tidak sabar untuk melontarkan hujatan serta cibiran di balik kisah keduanya.
"Orang-orang mengatakan bahwa aku menikah dengan seorang pangeran. Tapi kupikir, dia lebih mirip seorang monster." -Grassiela Stamford-
"Aku tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang ku inginkan. Dan mawar liar itu, adalah kunci untuk melancarkan rencanaku." -James Draxler-
Apa yang terlihat bukan lah yang sesungguhnya terjadi. Ini bukan pernikahan, melainkan bagian dari sebuah kesepakatan. Terlahir dari keluarga terpandang serta bergelimang harta tak cukup untuk membuat keduanya bahagia. Ada hati yang begitu dingin, kekecewaan yang begitu dalam serta kehidupan yang tak tersentuh. Semuanya sudah lebih dari cukup untuk membuat seseorang tak tertarik untuk membicarakan tentang cinta. Kita sama-sama tahu bahwa kata itu bukan lah untuk kalangan mereka.
Lantas peran apa yang sedang keduanya mainkan?
Kisah ini tidaklah sesederhana itu. Sejak suara tembakan menggelegar dan merenggut nyawa seseorang, semuanya dimulai. Kebencian, dendam, rencana licik dan keserakahan memancing tragedi hingga suara tembakan kembali terdengar.
"Aku bukan bagian dari orang-orang yang bisa kau kendalikan. Dan asal kau tahu, aku tidak akan pernah melupakan pertemuan ini," ucap Grassiela dingin bersama tatapan tajam pada pria di hadapannya.
James berjalan mendekat. Tatapannya yang mendominasi membuat wanita itu menahan gugup. Lantas ia berkata di sela rahangnya yang mengetat, "jangan lupakan juga mengenai hubungan ini!"
Murder and marriage
Ambition and rapacious
Manipulative and jealousy
Wellcome to dark and hurt story
BROKEN FLOWER
Another side of agreement
***
Hamparan salju membentang luas, putih, sunyi, tak terjamah. Di tengah dinginnya udara pagi yang menusuk tulang di Zermatt, dunia seakan berhenti. Di tengah lanskap itu, Grassiela berdiri mengenakan gaun panjang berwarna putih bersih yang membalut tubuhnya dengan anggun. Setiap embusan angin membuat gaunnya berayun perlahan, seperti tarian yang halus. Rambut caramelnya digerai alami, sebagian berhias jepit berkilau sederhana. Pipinya sedikit memerah karena dingin, membuat kecantikannya justru semakin nyata. Dia berdiri sendirian, menatap ke kejauhan. Di sana, seseorang terlihat berjalan mendekat. James muncul dari balik kabut salju. Pakaian hitam pekat yang dikenakannya kontras dengan putihnya dunia, seolah ia adalah bayangan yang datang untuk menghisap cahaya. Jas panjangnya jatuh rapi, dengan kemeja dan dasi hitam yang membuatnya tampak seperti figur otoritas yang tak tergoyahkan. Rambut hitamnya sedikit berantakan diterpa angin, namun sorot mata kelabunya tetap tajam, penuh tekad.
Matahari musim dingin memantul di salju yang berkilau, pemandangan Matterhorn tampak anggun dari jendela kamar suite mereka. Grassiela baru terbangun, tubuhnya masih terasa hangat di balik selimut tebal. Ia menoleh, tempat di sebelahnya kosong. Dari balik bulu mata lentiknya, ia dapat melihat James berdiri di balkon, mantel tidurnya terikat rapi, siluetnya tegap di bawah cahaya siang. Ponsel masih di tangannya, layar menyala redup—menandakan panggilan baru saja berakhir. Grassiela menggeliat, meraih selimut dan membungkus tubuhnya, lalu melangkah keluar ke balkon. Angin dingin menusuk kulitnya, namun ia lebih fokus pada ekspresi James yang serius. “Ada apa?” suaranya pelan, nyaris tenggelam oleh desir angin Alpen. James menoleh padanya. “Kau sudah bangun?" Dia melirik sekilas. "Hanya soal bisnis,” ujarnya menepis pikiran yang semula rumit. Diam-diam Grassiela menelan salivanya, mengingat bahwa bisnis James kacau akibat ulahnya. Setelah ia membongkar bisnis ilegal itu, sebagian bes
Suasana pagi di dalam chalet terasa lebih ramai dari biasanya. Para pelayan berlalu-lalang menyiapkan koper, sementara perawat sibuk memakaikan mantel hangat pada bayi mungil yang tersenyum di dalam boks bayi.Di kamar utama, seorang dokter sedang memeriksa Grassiela yang duduk bersandar di ranjang, dia masih terlihat pucat namun lebih tenang daripada semalam.James berdiri di samping ranjang dengan ekspresi serius, tangannya dilipat, matanya mengawasi setiap gerakan dokter.Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk pelan.Helena muncul terlebih dahulu, disusul Alfonso di belakangnya. Keduanya mengenakan pakaian musim dingin, siap untuk pergi.“Grace…” Helena tersenyum lembut, mendekati ranjang dan menggenggam tangan putrinya, “kami berangkat dulu, ya?”Grassiela menatap mereka, sedikit terkejut. “Kalian… jadi pergi sekarang?”Alfonso mengangguk. “Kami hanya pergi ke bawah, ke lembah. Udara di sana lebih hangat dan cuc
Salju terus jatuh perlahan―halus dan membungkam. Di bawah langit malam Zermatt yang gelap dan membeku, James hanya berdiri terpaku. Ucapan Grassiela menggema di kepalanya, menusuk lebih dalam daripada peluru manapun yang pernah ia terima.Grassiela memeluk dirinya sendiri, menggigil bukan hanya karena dingin… tapi oleh sakit di dalam dadanya.“Cukup…” suaranya pecah di udara beku. “Aku… tak tahan lagi.”James membuka mulutnya, tapi tak ada satu kata pun keluar. Tatapannya penuh syok dan penyesalan saat mencermati wajah istrinya yang berlinang air mata.Grassiela menghapus air mata dengan punggung tangannya, namun tangis itu tak henti mengalir. “Aku tidak bisa terus bersamamu," bisiknya. “Setiap kali kau melakukan kekejaman… setiap kali kau menghukum seseorang… dan terlebih karena aku... semua itu membuatku merasa bersalah.”Ia menunduk, bahunya bergetar. “Membuatku frustasi karena dosa yang tidak kulakukan sendiri.”Air mata jatu
"Aku merindukan saat kita bersama."Ucapan James yang tenang dan dalam, membuat hati Grassiela terasa mencelos.Grassiela memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan gugup yang mulai merayap di tubuhnya.“Itu hanya dugaanmu,” ujarnya, nadanya terdengar lebih seperti pembelaan. Ia meletakkan nampan di atas meja kerja yang dipenuhi berkas.James menatapnya, mengamati setiap gerakan istrinya. “Ucapan terima kasih… sambil membawa kopi hangat dan sandwich buatan sendiri?” suaranya rendah, namun mengandung nada menggoda dan percaya diri.Grassiela tak menjawab. Ia sibuk merapikan lipatan rok tidurnya, menghindari tatapan James. Suasana ruangan diselimuti keheningan yang menegangkan.Perlahan James berjalan mengitari meja dan berhenti tepat di belakangnya. Napas hangatnya menyentuh tengkuk Grassiela.“Kau datang ke sini karena kau merindukanku, kan?” bisiknya, nada suaranya tenang tapi penuh keyakinan.Grassiela
Salju turun perlahan, seperti serpihan kapas yang menari di udara, menyambut kedatangan rombongan di Zermatt. Mobil hitam berlapis baja berhenti tepat di depan sebuah chalet mewah yang berdiri anggun di lereng pegunungan berselimut putih. Bangunan itu memadukan arsitektur kayu tradisional Swiss dengan sentuhan modern, sementara balkon-balkonnya dipenuhi ukiran kayu yang rumit.James turun lebih dulu, matanya menyapu sekeliling, memastikan setiap pos penjaga ada di balik pepohonan pinus yang berdiri gagah di tepi jalan. Fausto dan Benicio, yang sejak awal duduk di mobil belakang, segera bergabung. Keduanya, meski sama-sama terbiasa melihat kemewahan, tak bisa menahan komentar.“Porca miseria… ini lebih seperti istana salju daripada chalet,” gumam Fausto sambil mengangkat alis, tangannya menyentuh pagar kayu berlapis es tipis.Benicio hanya tersenyum miring. “James tidak pernah setengah-setengah. Kalau dia bilang aman dan nyaman… berarti inilah maksudnya.”
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments