Belenggu Adat dalam Cinta

Belenggu Adat dalam Cinta

Oleh:  Nismara_  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
21Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

KETIKA ADAT DAN CINTA TAK SELARAS Reyhan Mahendra adalah seorang CEO muda di sebuah perusahaan ternama di Bandung. Karena fokus dengan karir, ia masih melajang hingga usianya kini menginjak 28 tahun. Namun, belakangan ini hati Reyhan bergetar oleh seorang gadis manis asal Surabaya. Gina Agustya Mahanani. Seorang gadis 25 tahun yang 2 tahun ini telah menjadi sekertarisnya. Reyhan benar-benar jatuh hati pada sekertarisnya itu. Kisah cinta mereka tak seperti kisah dongeng manis anak-anak. Perjalanan cinta keduanya tak mudah. Reyhan adalah orang Sunda, sementara Gina adalah orang Jawa. Mitos kedua suku ini dilarang menikah masih dipercaya kuat hingga zaman modern. Kedua orang tua mereka pun masih mempercayai mitos tersebut. Apakah keduanya berhasil mematahkan mitos itu? Bagaimana akhir dari kisah cinta pak CEO dan mbak sekertaris? Yuk, saksikan kisah perjuangan mereka jatuh bangun kejar restu!

Lihat lebih banyak
Belenggu Adat dalam Cinta Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
21 Bab
Nikah Yuk!
Di bawah langit senja, seorang lelaki bernama Reyhan Mahendra nampak menunggu kehadiran seseorang di taman kota Bandung. Lelaki itu memakai jas warna hitam rapi dengan jam warna silver di tangan kirinya. Wajah karismatiknya makin kentara dengan aksesoris  kaca mata hitam yang ia kenakan. Kulit putih bersih dengan gaya rambut undercut berhasil membuat beberapa wanita berdecak kagum.Sembari duduk menunggu, sesekali Reyhan mengedarkan matanya. Ia agak sedikit kesal. Pasalanya, sudah 10 menit ia berada di sini. Taman kota Bandung ini pun nampak semakin ramai dari pertama kali ia datang."Maaf. Saya terlambat," ucap seorang gadis berbalut rok plisket putih dan kemeja biru laut. Jilbab putih menutup dada yang ia kenakan terlihat makin memperindah penampilannya.Reyhan tersenyum tipis. Ia melepas kaca mata hitamnya, menatap orang yang telah dinantikannya. Gina Agustya Mahanani, gadis yang ditunggunya sedari tadi.
Baca selengkapnya
Stasiun Kereta
***(2 tahun yang lalu....)Butiran air hujan masih menempel di jendela kereta. Tanah di luar masih terlihat basah, begitu pula mata seorang gadis yang bernama Gina Agustya Mahanani. Mata gadis itu masih sembab karena tangisan beberapa saat yang lalu. Dadanya pun sesak, tak rela meninggalkan kota masa kecilnya ini, Surabaya.  Hujan baru saja reda sesaat setelah Gina naik ke dalam kereta. Rasanya kota ini pun menangis melepas kepergiannya ke Bandung. Lebih daripada itu, orang tua dan dua adiknya lah yang sedih keterlaluan. Mereka mengiring Gina merantau dengan air mata membuat gadis itu makin merana. Sudah pasti ia akan menghadapi hari pertama yang berat di perantauan sebab rasa tak rela pergi. 15 menit sudah kereta ini berjalan tetapi Gina masih enggan membuka mata. Pedih nan perih terasa pada m
Baca selengkapnya
Wanita Jalang
"Besok bapak hanya ada satu rapat dengan klien, jam 9 pagi," kata Gina. Saat ini ia sedang berada di kantor. Tepatnya di ruangan Reyhan, CEO perusahaan tempatnya bekerja. Mereka hanya berdua di ruangan ini, menjalani posisi bos dan sekertarisnya. Mereka tetap bekerja secara profesional meski faktanya Reyhan telah melamar Gina."Apa tidak bisa dibatalkan?" tanya Reyhan."Maaf pak sebelumnya. Tapi, ada kepentingan apa hingga harus diundur?""Aku ingin membawamu ke rumah. Aku ingin mengatakan pada keluargaku jika aku berniat menikahimu," kata Reyhan dengan nada bicara lembut. Sorot matanya pun memancarkan ketulusan.Pipi Gina memanas. Ia menahan senyum bahagianya. "Aku senang sekali. Tapi pak Rey, klien kita besok adalah klien penting.""Sekertaris Gina, aku adalah bosmu. Aku yang berhak memutuskan. Ganti saja rapatnya lusa, segera hubungi klien kita itu.""Ba-baiklah," cicit
Baca selengkapnya
Restui Kami!
Langit hari ini nampak seperti kanvas biru tanpa coretan apapun. Matahari bersinar terik dengan leluasa. Karenanya, beberapa orang mengeluh akan gerahnya suasana meski baru jam 10 pagi.1 jam yang lalu, seharusnya Reyhan dan Gina sudah meninggalkan kantor. Namun, kerjaan yang menumpuk membuat mereka mengurungkan niat. Penampilan Gina yang rapi semenjak pagi pun perlahan mulai agak kusut karena lelah. Ia harus menyelesaikan semua kerjaannya secepat mungkin."Apa belum selesai?" tanya Reyhan. CEO itu dengan santainya masuk ke ruangan Gina tanpa permisi.Gina menggeleng. Ia sangat kesal dengan tumpukan dokumen di mejanya ini. Ia sekilas melihat Reyhan dan melanjutkan menatap laptop di depannya."Sudahlah. Tinggalkan saja. Aku akan suruh orang lain mengerjakannya. Jika tidak seperti itu, kau tidak akan selesai hari ini," Reyhan menutup laptop Gina. Membuat gadis itu agak kaget. Pasalnya, wajah Reyhan kini juga
Baca selengkapnya
Santet
Gina sudah berada di kos-kosan. Ia kacau sekali setelah dimarahi habis-habisan oleh bu Dian. Matanya pun masih sembab dan merah.Meringkuk di atas kasur, itulah yang dilakukannya dari tadi. Hari ini berat, membuat kepalanya cenat-cenut. Seperti dugaannya, keluarga Reyhan sangat menentang hubungan mereka. Apa yang ditakutkannya sungguh terjadi."Kenapa adat dan cintaku tak selaras?" gumamnya. Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Namun, Gina sama sekali tak berniat mengangkatnya. Bahkan, ia tak melirik ponselnya yang bersenandung berkali-kali. Entah siapa yang menelfon. Tetapi, yang jelas orang itu menelfon di saat yang tidak tepat.Allahuakbar...Allahuakbar....Gina tersentak dan langsung beranjak duduk. Tanpa sadar, sudah berjam-jam ia berbaring di atas kasur. Masih agak linglung, Gina mendengarkan azan asar sambil menjawabnya lirih.Selesai adzan Gina berdiri dan berjalan menuju m
Baca selengkapnya
Nindy kembali
Hari ini, Gina terlihat lebih sibuk dari biasanya. Banyak dokumen menumpuk di meja. Matanya pun tak berpaling dari komputer. Sesekali, ia memainkan pena karena agak pusing.Cuaca di luar sedang buruk. Banyak awan abu-abu yang sepertinya tengah bersiap menjatuhkan air mata. Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun, Gina memiliki firasat buruk. Ia agak sedikit gelisah dan sulit berkonsentrasi."Gina...," panggilan lembut terdengar dari luar. Suara ketukan pintu tiga kali beruntun menyusul setelahnya."Silakan masuk," sahut Gina. Kini sorot matanya beralih pada seseorang yang tengah membuka pintu perlahan. Reyhan, ia menghampiri Gina. Wajahnya juga terlihat lesu. Sudah seminggu sejak kejadian penolakan orang tuanya terhadap hubungannya dengan Gina. Belum sempat Reyhan bicara, sebuah guntur menggelegar dengan kerasnya membuat Gina bergidik takut. Ia langsung berdiri karena kaget. Spontan saja, ia menutup tirai jendela ruangannya.
Baca selengkapnya
Pulang
Beberapa hari setelah Gina dibawa ke rumah sakit, kondisinya tak bisa dikatakan membaik. Gina terlihat makin kusut dan lesu meskipun dokter bilang jika ia hanya kelelahan dan kurang istirahat. Kondisi ini cukup membingungkan karena sudah 3 hari Gina dirawat tanpa ada tanda-tanda kondisinya membaik.Reyhan selalu setia menemani Gina meski tidak bisa 24 jam karena urusan kantor. Namun, pria itu pasti menjenguk Gina setiap hari. Lebih dari rasa sakit Gina, mungkin Reyhan merasakan hal yang lebih karena mencemaskan gadis yang dicintainya itu.Selain Reyhan, Nindy juga sering datang menjenguk. Kadang, ia datang bersama Reyhan. Kondisi seperti itu sebenarnya tidak Gina sukai. Tapi ia yakin pada Reyhan. Meski Nindy akan menggoda pak bosnya itu seperti biasa. Di sisi lain Nindy saingannya dan di sisi lain Nindy tetap temannya. Melihat Nindy masih perduli padanya saja sudah membuat Gina bahagia. Saat ini, ia tak ingin berpikir negatif."Gina. Kondisi kamu gimana?" tanya
Baca selengkapnya
Surabaya
Pesawat melaju konstan setelah lepas landas beberapa menit yang lalu. Nampak dari jendela pesawat lautan awan putih tipis dan sinar hangat matahari."Sampai jumpa lagi, Bandung."Gina menatap malas semua hal yang ada di sekitarnya. Sesekali, ia menengok jendela. Sesekali pula, ia menoleh ke arah Nindy yang tidur di sampingnya serta Reyhan yang duduk di kursi depannya. Gina akan pulang, bersama Reyhan dan Nindy. Gina akan pulang ke Surabaya."Andai aku nggak sakit, mereka berdua nggak akan repot-repot seperti ini," batin Gina. Namun, tak ia pungkiri bahwa ia cukup senang dengan fakta bahwa Nindy masih perduli padanya.Tiba-tiba, Reyhan menoleh ke belakang. Ia menatap Gina yang duduk lemas karena masih sakit. Wajah gadis itu pucat. "Lagi mikirin apa?" tanya Reyhan lembut.Gina menggeleng dan memilih melempar pandangannya ke jendela pesawat. Ia memandang hamparan tipis awan dan rumah-rumah ya
Baca selengkapnya
Pak Ustad
Malamnya, tepatnya kisaran pukul 19.30 banyak tetangga yang berdatangan. Mereka datang untuk menjenguk Gina. Kabar pulangnya Gina dalam kondisi sakit menyebar dengan cepat di antara tetangga.Kebanyakan dari para tetangga yang menjenguk membawa buah tangan. Entah itu buah, roti, atau pun yang lainnya. Sudah jadi kebiasaan melakukan itu. Rasanya, menjenguk orang yang tengah sakit tanpa membawa apapun itu rasanya kurang baik.Semua berkumpul di ruang tamu. Mereka semua mengobrol dengan topik utama adalah Gina. Tentu saja, karena gadis itulah para tetangga berbondong-bondong menjenguk.Rumah kediaman pak Broto ini terasa ramai. Tetangga yang datang cukup banyak. Mereka saling peduli satu sama lain. Tak hanya ibu-ibu tentunya yang datang. Melainkan ada pula beberapa bapak-bapak dan anak kecil yang diajak menjenguk. Selain itu, Reyhan, Nindy, pak Broto dan Satria juga menyambut tamu dengan baik.Di saat ruang t
Baca selengkapnya
Pengakuan Reyhan
"Santet?!" kata semua orang yang ada di dalam kamar Gina karena terkejut. Suasana di kamar Gina menjadi heboh setelah perkataan pak ustad bahwa Gina terkena santet."Tidak salah lagi, pasti santet," kata pak ustad mengulangi perkataannya."Bagaimana bisa? Siapa yang tega melakukan ini ke mbak Gina?!" pekik Santi heboh. Ia menutup mulut karena tak percaya bahwa asumsinya ternyata benar.Reyhan yang mematung karena masih sulit percaya pun kini angkat bicara. "Tapi, apa alasan Gina disantet?"Pak ustad menggeleng dan berkata "Motif melakukan santet tidak bisa diketahui. Tapi, apa ada orang yang membenci Gina?""Anakku adalah anak yang baik. Tidak mungkin ada yang tega melakukan ini!" teriak bu Yati sambil berderai air mata.Pak Broto yang tak kuat berdiri pun akhirnya bertekuk lutut. Ia sangat terguncang dengan fakta yang baru saja ia dengar sendiri. Ia tak habis pikir. Bisa-
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status